Pairing : Edgar x Luca
Request by Ishikawalyn
Note :
- Fluff UwU Fuwafuwa UwU
- Ke-UwU-an ❤️✨
- In-manor!AU
- TIM VALE MANA SUARA NYA // HEH
- Edgar is Tsundere, try to change my mind 😀Happy Reading Desu ~
"KENAPA SEHARI SAJA KAU TIDAK MENGGANGGUKU, HAH ?!" "Oh, ayolah ! Aku hanya ingin melihatnya," dan terdengar lagi suara benda terlempar, "DASAR PENGGANGGU ! DASAR TIKUS ! KELUAR !" dan sekali lagi terdengar suara ribut dari ruang seni, "Ck, ah baiklah, terserah kau sajalah," kata seorang lelaki berambut coklat tua yang di kucir ekor kuda, "Dasar peli-" "KELUAR !!!" dan dengan itu, dia ditinggalkan sendiri di dalam ruangannya sebelum laki-laki tadi menjadi lebih babak belur karena di lempari kanvas dan palet kayu.
Lelaki berpakaian tahanan itu berjalan menelusuri lorong, alih-alih ingin menyingkirkan pertanyaan apa yang sebenarnya lelaki yang tadi ada di ruang seni tadi sedang kerjakan, malahan semakin penasaran sendiri dia. Akhirnya, seperti biasa dia lebih memilih untuk ke ruang kerjanya, "Siapa tau pria tua itu perlu bantuan. Atau paling tidak aku bisa membenarkan oli si pinguin," merasa puas dengan rencananya, lelaki bernama Luca Balsa itu berjalan dengan riang menuju 'garasi' tempat ia melakukan eksperimen. Disaat dia menuruni tangga dari lorong ruang seni, dia melihat seorang lelaki muda berambut pirang berjalan naik sambil tergopoh-gopoh membawa sebuah kotak kayu yang besar dan terlihat berat, "Victor," panggil Luca, "Hmm ?" Victor berhenti menaiki tangga dan melihat ke arah Luca, "Apa itu surat-surat ?" Victor menjawab dengan gelengan kepala, "Oh ?" "Ini... Cat," Luca memiringkan kepalanya, "Cat ? Kau mau mengecat tembok ? Setauku kamarmu baik-baik saja ?" Victor menggeleng, "Ini pesanan dari Edgar," Luca mendekati Victor dan melihat kotak yang lebih tepatnya adalah koper itu. Benar saja, ada sebuah label bertuliskan 'Edgar' berwarna merah. Tiba-tiba Luca mendapatkan sebuah ide, "Hei, boleh aku yang bawa ?" Tanya Luca, "Ehh ? Tumben ? Ada apa ?" Luca hanya tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Victor, "Tidak apa, aku sedang bosan karena tidak ada kegiatan," dalam hati Luca berkata, 'Akhirnya ada alasan untukku dekat dengan Edgar,'. Victor, disisi lain, mengangkat alisnya tapi dia tetap memberikan Luca kotak itu,"Kau tiba-tiba jadi baik pada Edgar... Kau mau pdkt ? Tapi... Kamu tidak terlihat seperti sedang mendekatinya. Apa Edgar lagi-lagi menendang selangkanganmu agar kamu menjauh darinya ? Terakhir kali kamu menjerit kesetanan di depan ruang seni sampai-sampai Andrew ikut menangis karena kamu tidak bisa diam dan hampir seluruh penghuni mano-" "SSSTTTTTT JANGAN INGATKAN AKU..... !!!" Bisik Luca sambil membekap mulut Victor. Luca menggaruk kepalanya, "Tidak,kok. Aku cuman hampir mati karena di hajar dengan kanvas dan palet kayu," "...Cuman ?" Luca mengangguk, "Hampir..." Luca mengangguk lagi, "... Baiklah, terserah kau saja. Tapi kalau testismu pecah, aku tidak akan membantumu," kata Victor dengan sangat manis dan tersenyum ceria sebelum melambaikan tangannya dan pergi dengan Wick yang mengekor.
Luca terdiam. Wajahnya terheran-heran, "...Apa ini akibat dia berteman dengan Mike dan Aesop ? Kalau iya aku beritahukan ini ke Eli dan kapan-kapan akan ku setrum mereka. Semoga Andrew masih baik-baik saja juga. Astaga. Kenapa Tim Manen tidak ada yang beres jalan hidupnya," gumam Luca sembari berjalan mengantarkan kotak kayu itu menuju ruang seni.-skip-
Seorang lelaki dengan wajah yang sangat cantik sedang memfokuskan diri menyapukan setiap warna dari toples berisi cat dengan banyak warna dengan kuasnya. Mata birunya yang indah melihat setiap detail yang dia buat pada gambar itu. Puas dengan pekerjaannya, lelaki itu tersenyum. Tapi senyuman itu seketika hilang karena seseorang mengetuk pintu ruang seni, "...Aku benar-benar tidak suka kalau pria botak berkuku panjang itu datang kemari," geramnya.
Dengan hentakkan kaki di setiap dia melangkah, lelaki cantik tersebut berjalan dengan gusar menuju pintu ruang seni dan membuka pintu dengan kasar, "Sudah ku bilang pergi dari sini dasar bot-" "Oh ? Kau masih sibuk ?" Lelaki tadi terdiam melihat siapa sebenarnya yang mengetuk pintu, "...Apa maumu ?" Lelaki itu, Luca, menyerahkan sebuah kotak, "Ini untukmu, Edgar," Edgar, lelaki pemarah itu melihat kotak kayu itu. Dia membuka lebar pintu masuk lalu mengambil kotak di tangan Luca. Tangan mereka saling bersentuhan, "...T-terima kasih," bisik Edgar, "Ngomong-ngomong kamu sedang mengerjakan apa, sih ? Kenapa aku tidak boleh lihat ?" Edgar menggeram lalu membanting pintu didepan wajah Luca. Sebelum Luca beranjak pergi, tiba-tiba kertas terselip dari bawah pintu. Luca mengambilnya dan membacanya.
Tulisannya berantakan dan tertulis dengan cat merah, 'Kalau kau tidak pergi akan ku pecahkan testismu' tulis Edgar. Luca membaca kertas itu, dan seketika bulu kuduknya berdiri semua. Luca pun pilih meninggalkan ruang seni sebelum dia benar-benar kehilangan 'masa depannya'.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDV Oneshot
FanfictionJudul sudah mengatakan jadi tidak perlu saia jelaskan lagi