Pairing : Norton x Reader
Happy reading Minna-san ~
Norton PoV
"Hah ? Ditunda ?" "Iya, katanya di daerah sana udah pada kena juga. Jadi ditunda," aku seketika menopang dahiku. Pening sekali rasanya. Capek-capek aku buat surat izin kesana ternyata pandemi ini sudah merebak kesana juga, "... Jadinya gimana ?" Ku dengar Naib juga menghela nafasnya, "eehhh....katanya Prof Luchino tugas observasi kita diganti jadi laporan modul biasa, gitu. Nggak jadi observasi secara langsung," aku menyenderkan punggungku di kursi. Aku terdiam sebentar lalu berdehem, "...ehem, ok,deh. Nggak masalah," sepertinya habis ini aku harus mengubah rencana. Hahh...mau gimana lagi, dasar. Bikin repot saja. Aku menutup telponku dengan Naib.
Entah rasanya penat sekali. Kulihat tumpukan-tumpukan kertas di depanku dan laptopku yang masih menyala. Ternyata ini rasanya sia-sia. Sudah aku cicil sedikit (baca : lumayan banyak) untuk observasi, eh malah tidak jadi.
Ya sudah. Aku simpan saja, siapa tau perlu.
Aku mematikan laptopku lalu menutupnya. Lagi-lagi aku menyandarkan punggungku di kursi sambil menutup mata dengan lenganku. Mau berapa lama pandemi ini terjadi ?
Baru saja aku memikirkan hal itu, aku mendengar suara panggilan. Rasanya malas sekali membalasnya. Pasti Naib kalau tidak mungkin Eli atau malah Prof Luchino sendiri. Aku mengangkatnya lalu menjawab dengan nada malas, "...Halo ?" "Eh ? Sayang ? Kamu kenapa kok lemes banget ?" Seketika aku terjengkang dari kursiku. Itu suaramu. Suara yang membuatku kembali bersemangat lagi,"SAYANG KAMU NGGAK APA ?! SUARA APA TADI ?!" Aku gelagapan, "E-eh ? Oh ! Aku-" "Kamu begadang lagi ? Astaga,Norton,sayang, kan aku udah bilang jangan begadang !" Suaramu terdengar khawatir meski kau memarahiku. Aku terkekeh, "Ehehe, nggak,kok yang ~ aku cuman err...sibuk sama tugasku, tapi aku nggak gadang,kok tenang aja tenang ~" aku bisa mendengar helaan nafasmu, "Ngomong-ngomong, apa kamu mau kesini ? Aku libur sampai 4 bulan,lho ! Lama sekali, hmm...kalau bisa kesini,ya. Biar kamu ada temennya juga, hehe," Katamu. Ya, aku, sih mau banget ke rumahmu. Tapi,kan-Eh... sebentar, "Hmm... sepertinya aku akan kesana," "Beneran ?! Wah, asik yey ! Aku kasih tau papa mamaku, ya kalo kamu mau kesini !" Katamu bahagia. Entah bagaimana, mendengar suaramu membuat semua penat dan stressku menghilang. Ajaib sekali. Aku ikut tersenyum meski kamu tidak bisa melihatku, "Ok ! Aku pesen tiket dulu,ya ~ sampai ketemu disana sayang ~" kataku, "Naik apa ? Pesawat atau kereta ?" Aku kembali berpikir, "Entahlah, mana aja yang masih bisa di pesan," kataku. Suara tertawamu yang khas membuat hatiku berbunga-bunga. Apakah ini yang dinamakan sudah jatuh cinta tapi malah semakin jatuh cinta lagi ?
"Ok, aku tunggu kamu, ya sayang. Hati-hati di jalan," katamu, "Iya, sayang. Makasih," jujur aku sama sekali tidak ingin mengucapkan selamat tinggal padamu. Aku masih ingin mendengarkan suaramu.
Aku berdiri dari kursi dan menuju dapur. Sepertinya teh enak juga. Jadi ingat, Ibu. Teh buatan ibu sangat enak. Dia pasti sibuk mengurus pasien. Ah, andai ayah masih ada, mungkin dia akan sendirian dirumah karena ibu pasti bolak-balik rumah sakit dan aku ingin sekali kerumahmu. Jadi ternyata begini rasanya LDR.
Aku berjalan menuju meja dapur dan menaruh teh disana. Tanganku masih sibuk mencari-cari informasi penerbangan. Sepertinya semua tiket sudah habis. Oh ! Ada !
Hari Sabtu jam 8 pagi. Baiklah, aku pesan saja.
Selesai melakukan transaksi, aku duduk di kursi sambil menopang dagu. Ku hirup aroma teh di depanku. Rasanya membuatku tenang. Aku membayangkan dirimu menunggu dibandara dengan senyummu yang merekah. Ah, jadi tidak sabar.
Lagi-lagi aku tersenyum sendiri. Kalau ayah ada disini, mungkin dia akan menganggapku gila. Aku membuka handphoneku, terlihat lockscreen-ku bergambar dirimu sedang tersenyum. Ingin rasanya aku memelukmu lagi.
Dulu kita bertemu waktu aku ke kampusmu. Aku yang tidak pernah jatuh cinta seketika merasa kalang kabut. 2 bulan menjalani pertukaran pelajar disana sangat kurang bagiku. Sampai akhirnya, sebelum aku kembali, aku bisa menyatakan perasaanku dan menjadikanmu milikku. Sekalipun kita lebih banyak bertemu lewat Videocall, setiap liburan aku pasti kerumahmu. Ikut bercanda tawa dengan keluargamu. Rasanya hidupku kembali menjadi hangat.
Saat aku hendak meminum tehku lagi, ternyata sudah kosong. Hmm... sepertinya sudah habis waktu aku minum sambil membayangkan dirimu. Dasar kau ini, bikin aku dimabuk cinta saja.
Aku beranjak dari kursiku dan mencuci gelasku. Baru saja aku menaruh gelas di laci, tiba-tiba pintu terbuka, "Norton," oh ternyata ibu, "Iya,Bu ?" "Kamu dirumah sendiri nggak apa,kan ?" Ah! Aku jadi teringat, "Oh, ah...Bu. Aku besok Sabtu mau ke rumah (Y/N)," kataku, "Aku juga sudah pesan tiket," ibu memandangiku sebentar lalu tersenyum, "Oh ! Jadi kamu mau ke rumah mbak (Y/N) ? Baiklah, hati-hati dijalan, ya. Maaf ibu sibuk sekali," aku menggeleng padanya, "Ah nggak. Itu,kan memang kewajiban dokter. Semangat,Bu" kataku. Ibu memelukku, "Siap-siap dulu, barang-barang apa saja yang mau kamu bawa. Oh, iya. Ibu ada snack siapa tau mbak (Y/N) suka," kata ibu mengambil beberapa bungkus Snack di laci. Aku tersenyum melihatnya, "aku beres-beres dulu,Bu" kataku.
Di kamar, aku segera menyiapkan segala keperluan dan perlengkapan yang mau aku bawa, "Hmm...bawa sabun ga, ya ? Ah, minta (Y/N) aja,deh" ku masukkan semua pakaian, juga beberapa buku, kertas tugas, serta laptop , dan kabel-kabel penting. Aku terduduk di kasur sambil melihat hasil kerjaku, apa masih ada yang kurang,ya ?
Sepertinya tidak. Koper dan ransel juga sudah penuh semua. Akhirnya aku menutup resleting tasku dan berbaring di kasur, ku peluk boneka beruang yang kamu berikan waktu aku berulang tahun. Mengingatnya membuatku semakin tidak bisa berhenti tersenyum. Ingin segera rasanya aku pergi ketempatmu.
Aku mengambil handphoneku,
KAMU SEDANG MEMBACA
IDV Oneshot
FanfictionJudul sudah mengatakan jadi tidak perlu saia jelaskan lagi