Di suatu tempat seorang lelaki sedang mati-matian mencari informasi tentang pelaku yang telah menembak Febby, lelaki itu adalah Kara dan tidak lupa juga dengan beberapa sahabatnya yang setia menemaninya yaitu Keano, Putra, dan Danial.
Ditengah-tengah pencarian, Keano dan Putra sudah sangat merasa lelah dan membutuhkan istirahat."Kar, kita istirahat dulu, gue capek nih dari tadi keliling mulu," saran Putra dengan napasnya yang tersengal. Keringat pun sudah membasahi mereka semua, seharian ini mereka memang hanya menggunakan waktu untuk mencari tahu penjahat yang sudah membuat Febby terbaring lemah.
"Iya, Kar gue juga capek istirahat dulu yuk entar kita lanjut lagi,” cetus Keano menimpali ucapan Putra.
Kara yang mendengar itu pun merasa iba kepada ke dua sahabatnya, dan memutuskan untuk menerima ajakan mereka dan beristirahat beberapa menit. Ia diam sejenak masih dengan kegelisahan di dalam dirinya.
"Ok, kita istirahat dulu beberapa menit nanti kita lanjut lagi,” jawab Kara yang kemudian berhenti. Setelahnya tercipta hening karena mereka semua sibuk dengan pikiran masing-masing.
Hal yang sama adalah, mereka memikirkan tentang Febby juga kejadian yang menimpanya.
Keheningan itu tercipta cukup lama hingga mereka saling menatap. Putra berbicara lebih dahulu.“Kira-kira kenapa orang itu bisa nembak Febby?” ucapnya mendapat atensi dari yang lain. Memikirkan itu wajah Kara kembali memerah, tangannya terkepal kuat seakan jika pelaku itu ada di depannya, ia bisa membunuhnya saat itu juga.
“Yang jelas adalah ... Febby punya banyak musuh, dia dibenci sama banyak orang termasuk keluarganya juga.” Kali ini Keano yang angkat bicara, apa yang ia katakan sangat benar.
“Miris emang, tapi benar. Di dunia ini banyak yang mau sakitin Febby, dan kita gagal lindungi dia,” kata Kara menundukkan wajahnya.
“Lebih tepatnya gue, harusnya gue yang selalu jaga dia,” lanjutnya lagi diselimuti rasa bersalah. Niat awal mereka untuk beristirahat kini berubah, sebab mereka tidak bisa benar-benar beristirahat dari rasa bersalah masing-masing.
Keano dan Putra saling melemparkan tatapan. Mereka juga bergantian melihat kelakuan Danial yang sedikit berbeda dari biasanya. Ia menatap Kara terus-menerus dengan wajah datar, baru saja Putra ingin bertanya ia sudah bicara lebih dulu.
“Kenapa harus lo?” tanyanya dengan wajah dingin dan nada yang sedikit tidak enak, lebih tepatnya sangat tidak enak. Sebab sekarang Kara kebingungan.
“Maksud lo?” Kara bertanya balik.
“Kenapa harus lo yang jaga dia?” Danial mengulangi pertanyaannya, kini pertanyaan itu ia akhiri dengan tawa kecil yang sangat mengejek. Kara saja berubah ekspresi mendengar ucapan itu.Putra tertawa canggung juga dan menepuk pundak Danial yang membuat suasana sekarang menjadi sangat aneh.
Beberapa hari ini sikap Danial memang begitu berbeda dari biasanya bagaimana tidak hampir setiap menit Danial akan mengangkat sebuah panggilan telepon ditambah lagi ucapannya barusan.
“Hahahah lo kenapa bro?” tanya Putra berusaha mencairkan suasana, sedangkan Keano bengong tak tahu harus mengatakan apa.
“Gue enggak suka nada bicara lo tadi,” ucap Kara yang berhasil membuat Keano dan Putra saling menatap seolah mereka mengatakan gawat.
Danial terdiam sejenak, namun setelahnya ia tertawa lebih keras lagi. “Gue bercanda.”
“Lo tahu, gue enggak lagi pengen bercanda sekarang,” Kara menjawabnya dengan mengutarakan perasaannya. Hal itu membuat Danial tidak bisa mengatakan apa-apa.Merasa bahwa situasi sudah menjadi lebih buruk, Keano mengambil alih. Ia memang adalah yang paling dewasa di pertemanan mereka.
“Udah ah, fokus kita jangan terbagi. Sekarang kita harus cari pelaku penembakan Febby.”Dengan mengatakan itu, situasi pun menjadi kembali normal. Bibit -bibit ketegangan sudah berlalu dan Putra merasa lega akan hal itu. Hanya saja ada cukup panjang jeda keheningan di antara mereka.
"Al, kayanya lo sibuk banget yah, dari tadi gue lihat-lihat handphone lo bunyi terus, kek punya urusan penting banget gitu, lo punya masala?" tanya Keano berbasa-basi memecah suasana.
Putra dan kara yang dari tadi sibuk mencari lokasi untuk mereka jadikan tempat peristirahatan sementara pun sedikit tidak konsentrasi atas pertanyaan Keano.
"Nggak, biasa aja kali,” jawab danial santai tetapi berbeda di dalam lubuk hatinya yang penuh dengan kegelisahan.
Keano pun hanya mengangguk, padahal di dalam lubuk hatinya terbesit rasa curiga terhadap sikap Danial yang akhir-akhir ini cukup berubah.
Keheningan meliputi ke empat lelaki saat ini, hingga seseorang dari mereka membuka suara agar memecahkan keheningan antara mereka.
Kara pun bangkit dari duduknya sambil menatap ketiga temannya itu. Ia tidak tahan lagi untuk berada di sini sambil menghabiskan waktu sia-sia, sementara waktu itu bisa ia gunakan untuk menjaga Febby atau mencari pelaku yang sudah membuat Febby seperti itu.
“Gue enggak bisa lagi tinggal leha-leha, kalau kalian mau ikut silakan tapi kalau enggak juga enggak apa-apa,” ucapnya menunggu jawaban dari mereka semua.
Putra dan Keano bangkit mengikuti.“Tentu kita mau.” Mereka kompak menjawab itu, namun Danial masih duduk menatap mereka dengan wajahnya yang tanpa ekspresi.
“Lo enggak?” tanya Putra ragu.
Mungkin ada jeda beberapa detik sampai Danial bangkit dan tersenyum. “Iya, gue mau. Ayo.”
Sejak tadi mereka semua terus memikirkan hal yang sama yaitu.Kenapa sikap Danial menjadi sangat aneh?
_________________________________________
HAI APA KABAR HARI INI AKU UP
PART BAKALAN BANYAK JANGAN LUPA PANTENGIN TERUS
(っ.❛ ᴗ ❛.)っJANGAN LUPA DI VOTE YA ⭐
DAN
DI SPAM KOMEN SUPAYA AUTHOR MAKIN SEMANGAT UP NEXT PART NYA
💌💌💌💌💌MAAF KALAU BANYAK KATA YG TYPO
SEBENTAR LAGI AKU BAKALAN REVISI
MENURUT KALIANCERITA AKU SERU ATAU
NGGAK
??????????????
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI ✓ [ Open Pre Order ]
Teen FictionSUDAH BISA DI BELI DI SHOPEE, BURUAN SEBELUM BERAKHIR DISKONYA @FIRAZMEDIA. itu nama Shopee nya teman-temann (Versi Wattpad belum sepenuhnya aku revisi ya teman-teman. Kalau minat versi rapi nya kalian bisa beli versi cetak di shopee @Firazmedia ) ⚠...