Setelah keluar dari ruangan itu kara tidak sengaja berpapasan dengan Adit dengan keadaan kara yang saat ini sangat kacau. Rambutnya berantakan dan juga matanya yang sudah memerah dengan seragam acak-acakan.
Sedangkan Adit dan yang lainnya menatap heran karena mereka tidak tahu situasi sekarang. Ia pun mendekat untuk bertanya apa yang terjadi pada dirinya saat mereka pergi.
"Kar, lo kenapa? Kok lo keluar, nanti yang jaga Febby siapa?” tanya Keano dipenuhi rasa penasaran.
Merasa tidak mendapatkan jawaban dari Kara mereka pun tampak merasa marah dan gelisah, saat ini Kara tak berniat untuk mengatakan sepatah kata pun. Diamnya Kara memancing emosi sehingga salah satu dari mereka pun membentak kara.
"KARA, LO DENGAR KITA NGGAK SIH? LO JANGAN DIAM KEK ORANG BISU DONG, KITA BUTUH JAWABAN BUKAN KEBISUAN LO ITU ANJ-" belum selesai Kelzon membentak, Kara menoleh dengan tatapan tajam hingga membuat Kelzon membeku tak dapat melanjutkan apa yang ingin ia sampaikan.
"FEBBY PAMIT SAMA GUE!" teriak Kara membuat mereka yang ada di sana kebingungan juga khawatir.
“Udah, jangan ada yang emosi. Jangan lupa kita di rumah sakit, yang paling penting sekarang adalah Febby, kan?” Abi menengahi agar emosi mereka bisa meredam.Setelah situasi menjadi lebih baik, Adit mendekati Kara dengan tatapan berkaca-kaca.
"K-Kara, Febby pamit? Mau ke mana?" tanya Adit lirih. Semua pikiran-pikiran buruk muncul secara tiba-tiba hingga membuat Adit ketakutan sendiri.
"Gue enggak tahu, Dit, tadi Febby sempat sadar dan dia juga nyariin lo sama Aidan, terus gue jawab aja kalo lo sama yang lain lagi pergi buat ibadah. Setelahnya, Febby ngomong kalo dia mau pergi dan mau nitipin anak-anaknya,” jelas Kara
Mereka yang sedang berada di hadapan Kara tampak terkejut saat mendengar bahwa setelah mereka pergi Febby sempat terbangun dari komanya."Kara, jadi sekarang keadaan Febby bagaimana?" tanya Keano, memecah keheningan yang sempat terjadi selama beberapa menit.
"Gue enggak tau, No. Setelah Febby katakan itu gue dengan refleks langsung memanggil dokter karena mata Febby perlahan-lahan tertutup yang membuat gue panik dan ketakutan."
Kara mengacak rambutnya frustrasi, ia sangat takut jika Febby mengatakan hal itu sebagai ucapan perpisahan. Hanya saja dirinya memiliki keyakinan bahwa Febby akan sadar, sebab Febby adalah wanita kuat.
Mendengar jawaban Kara, mereka pun mengangguk mengerti. Wajah mereka terlihat gelisah, Adit sendiri terus menerus menatap pintu kamar rawat Febby yang masih saja setia tertutup.
"Bang, istirahat dulu yuk, duduk dulu kek Abang nggak capek apa? Kelzon yakin Febby bakalan bangun kok percaya deh sama Kelzon," ucap Kelzon sembari menarik tangan Adit yang sedari tadi hanya mondar-mandir di depan pintu kamar rawat Febb.
"Nggak dek, kamu aja, Abang mau di sini aja kamu istirahat sana, Abang nggak merasa capek kok." tolak Adit sembari mendorong tubuh Kelzon secara perlahan-lahan untuk ke arah salah satu tempat duduk yang sudah di sediakan di samping setiap kamar rawat yang berada di dalam rumah sakit tersebut
Merasa tidak ingin memperpanjang perdebatan akhirnya Kelzon pun memutuskan menuruti apa yang Adit katakan.Mereka semua terus menunggu tanpa kepastian, tentu dengan rasa ketakutan.
Beberapa menit menunggu akhirnya pintu kamar rawat inap Febby pun terbuka menampakkan sosok berseragam putih dengan stetoskop yang menggantung di lehernya. Saat baru keluar dari kamar inap, ia menghela nafas."Dokter bagaimana keadaan adik saya?" tanya Adit dengan perasaan gelisah sejak mengetahui Febby sempat berpamitan dengan Kara. Ia tak memberi jeda untuk Dokter itu bernafas, ketakutannya membuat Adit ingin mendengar kalimat bahwa adiknya sekarang tidak apa-apa.
"Untuk saat ini adek hanya perlu sabar karena kondisi pasien masih koma dan sempat mengalami kritis sebelum kita datang," jawab sang Dokter dengan ekspresi muka yang sendu. Beberapa suster di belakang mengangguk pelan tanda sependapat dengan ucapan dokter.
Mendengar penuturan dari pria berjas yang ada di depannya, membuat Adit dan teman yang lain mengangguk, mereka harus menerima meski berat. Apa yang diutarakan oleh Pak dokter, adalah kenyataan pahit yang mau tak mau harus mereka terima.
Mereka pun masuk ke ruangan Febby, Adit lebih dulu mendekat pada adiknya itu. Adit menggenggam tangan Adiknya erat, air matanya menetes saat melihat wajah pucat Febby yang terbaring lemah.
Sementara itu Kara meneteskan air mata di belakang sana, ia merasakan sakit yang sangat dalam melihat kondisi orang yang dicintainya seperti itu. Tidak berhenti ia berdoa agar Febby selamat, Kara tidak tahu apa yang terjadi padanya Jika Febby pergi."Kapan kamu mau bangun, Dek?" gumamnya membuat manusia yang ada di ruangan itu ikut terenyuh.
Pak dokter menunduk, “kalau begitu saya pamit," ucapnya berat.
Pria itu melangkahkan kaki menuju ke pintu untuk pergi dari ruangan ini. Memberi ruang pada keluarga pasien untuk mencurahkan perasaan mereka, ia tahu keluarga pasien amat terpukul sekarang."Dek, kamu cepat sadar ya, Abang kangen banget sama kamu, apakah kamu nggak kangen sama Abang dan kedua anak kamu Hm," ucap Adit sembari memegang tangan kanan Febby yang sudah terlihat pucat.
"Dek, kamu cepat sadar ya, maafin Abang kalau nggak bisa nemenin kamu dimasa-masa kamu begitu butuh dukungan, tempat bersandar dan tempat cerita. Kamu cepat sadar ya dek Abang rindu banget sama kelakuan kamu yang suka manja-manja sama Abang," kata Abi yang begitu merasa bersalah.
Mendengar ucapan Abi membuat beberapa sahabatnya sendiri tersentuh. Situasi di sana semakin haru, mereka merindukan senyum juga tawa Febby.
"Semoga Lo enggak telat Abi,” batin seseorang lelaki yang juga terdapat di ruangan yang sama dengan mereka.
Sibuk dengan pikiran masing-masing hingga secara tiba-tiba hantaman kuat yang berasal dari pintu membuat semua orang terkejut, mereka segera menoleh untuk melihat siapa yang datang dengan penuh kegelisahan itu.BRAK!!!!!
Pintu terbuka lebar Menampakkan seorang wanita cantik, dan tidak lupa koper yang ia bawa. Wajahnya sangat pucat menatap Febby yang terbaring lemah. Dia adalah Melodi Callista Daisy.
Tepat setelah mereka berbalik, wajah penuh air mata dari Melodi menyambut kedatangannya. Melodi menatap lurus tepat pada ranjang di mana Febby terbaring lemah."Febby," gumamnya saat melihat wajah pucat itu. Wajah pucat Febby yang tak seperti biasanya, senyuman ceria yang selalu Febby tunjukkan kini hilang bersama dengan selang infus yang terpasang di tangannya.
Melodi melangkah gontai, air matanya terus mengalir. Semua orang ikut menangis, meratapi takdir yang Tuhan beri."FEBBY!" teriak Melodi lalu berlari. Ia menumpahkan seluruh air matanya lalu bersimpuh di lantai, tak kuasa melihat wajah Febby lagi, pikiran buruk memenuhi otaknya membuat Melodi merasa sesak.
Kedatangan Melodi yang secara tiba-tiba membuka Kelzon dan adam berpikir sejenak, karena mereka begitu yakin tidak ada dari mereka yang memberitahukan tentang keadaan Febby sekarang, apalagi Melodi sedang berada begitu jauh dari Indonesia yaitu di Amerika.
Pertanyaan timbul di benak masing-masing.Siapa yang memberi tahu Melodi?
________________________________________
HALLO SEMUA HEHEHE MAAF BARU UP
AUTHOR SIBUK BANGET SAMA TUGAS-TUGAS SEKOLAH AUTHOR
SEKALI LAGI MAAF YA (◕ᴗ◕✿)GIMANA UNTUK PART INI? BAGUS?
JANGAN LUPA SPAM KOMEN SUPAYA AUTHOR MAKIN SEMANGAT UP NEXT PART NYA
JANGAN LUPA VOTE YA ⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI ✓ [ Open Pre Order ]
Teen FictionSUDAH BISA DI BELI DI SHOPEE, BURUAN SEBELUM BERAKHIR DISKONYA @FIRAZMEDIA. itu nama Shopee nya teman-temann (Versi Wattpad belum sepenuhnya aku revisi ya teman-teman. Kalau minat versi rapi nya kalian bisa beli versi cetak di shopee @Firazmedia ) ⚠...