( Part 34 )

7.4K 484 39
                                    

Jam tujuh malam Kara telah berada di rumah sakit. Seperti yang Adit katakan tadi, Ia diberikan kesempatan bertemu dengan Febby. Menunggu Febby selesai di periksa kembali, Kara memutuskan menunggu sambil bermain handphone nya. Pukul sembilan malam suster keluar dari ruangan begitu terburu-buru. Kara dibuat bingung sendiri

"Dengan keluarga pasien bermana Febby?" seorang suster menghampiri Kara. "Betul, kenapa Suster?" Kara berdiri dari duduknya. "Begini, saat dokter memeriksa kondisi perkembangan pasien. Pasien tiba-tiba mengalam kejang-kejang, dan saat ini sedang di tangani. Dari kondisi pasien dokter dapat mendiagnosa pasien akan mengalami koma lebih lama. Saya mintak doa untuk pasien lebih di perkuat lagi. Hanya itu yang dapat saat ini saya sampaikan. Untuk apapun yang terjadi kedepannya pada pasien akan selalu kami sampaikan kepada pihak keluarga," suster kembali pergi meninggalkan Kara. Ia kembali masuk kedalam ruangan

Kara semakin khawatir, bagaimana juga saat ini ia hanya sendiri. Adit memilih pulang sebentar kerumahnya untuk mengambil beberapa barang

"Tuhan mohon, berilah umur panjang kepada Febby, beri dia kesehatan kembali, sembuhkan penyakitnya," Kara berdoa dalam hati, begitu sangat berharap Tuhan menyelamatkan Febby

Satu jam berlalu, suster kembali keluar bersama Dokter. Kara menghampiri suster untuk menanyakan kondisi Febby saat ini, "Bagaimana kondisi teman saya Suster?" tanya Kara

"Banyak-banyak terimakasih kepada Tuhan, keadaan pasien telah kembali baik meski belum sadar. Banyak-banyak berdoa untuk teman mu ya," ujar Suster

Kara kembali duduk di tempatnya, terus berterimakasih kepada Tuhan,
"Puji Tuhan,"

(⁠☞⁠^⁠o⁠^⁠)⁠ ⁠☞

"Apa benar tadi Febby mengalami kejang-kejang? Gue dapat informasi ini dari Dokter," ucap Adit didalam telepon. Adit tiba-tiba menelfon Kara untuk menanyakan itu, "Iya, tapi tenang saja, kata suster tadi keadaan Febby sudah stabil meski masih koma," jelas Kara

"Lo sudah ketemu Febby?"

"Belum, nanti saja kalau suster sudah  kasih izin." Telepon terputus, Kara hanya diam duduk sendirian sembari melihat pintu ruangan UGD. Ruangan itu sangat menyeramkan jika orang-orang tersayang berada didalam sana. Sungguh sangat tidak terduga Kara akan menjadi sosok sangat perhatian untuk Febby, dulu jika Kara bertemu dengan Febby pasti akan selalu bertengkar meski hal sepeleh, tapi semenjak Febby keluar dari rumah sakit Kara menyadari perubahan gadis itu hingga Kara sendiri merasa bingung

Pukul dua belas malam, Kara begitu merindukan Febby, baru beberapa saat tidak bertemu dengan gadis itu ia sudah mulai rindu. Kara sangat ingin melihat gadis itu. "Gue rindu banget," batin Kara.

Sejak tadi seorang suster memperhatikan gerak gerik Kara. Suster tersebut merasa bingung mengapa seorang laki-laki terus saja duduk di kursi yang berhadapan sama ruangan ICU. "Sejak tadi saya perhatikan kenapa disini terus dek?" suster itu menghampiri Kara, menanyakan alasan laki-laki itu sepanjang malam terus saja disana

"Sejak tadi saya ingin bertemu dengan teman saya Suster, dia sedang koma didalam ruangan ini," jawab Kara, wajah lesuh nya semakin menambah kesan ketampanan nya

"Mengapa tidak mencoba meminta izin kepada dokter? mungkin akan di beri izin meski tidak dapat lama didalam karena waktu juga sudah tengah malam," ujar Suster tersebut

"Tidak usah Suster, sangat mengganggu jika saya tetap merasakan masuk," suster pun hanya mengangguk lalu pamit pergi.

(⁠╭⁠☞⁠•́⁠⍛⁠•̀⁠)⁠╭⁠☞

Keesokan harinya Kara dan Adit masih setia di rumah sakit, pukul dua belas siang Kara di beri izin bertemu dengan Febby. Didalam ICU, Kara merasa tidak kuat melihat kondisi Febby, alat bantu di tubuh Febby sangat banyak, mulut Febby sampai luka karena alat itu. Sakit hati Kara melihat semuanya.

"Gue datang Febby. Kapan lo mau sadar? Sudah dua hari lo tidur terus,"

"Lo nggak cocok pake alat-alat ini, buruan bangun gadis keras kepala, gue rindu ribut sama lo," sabung Kara. Fakta menyedihkan meski Ia berbicara panjang lebar, Febby tidak akan mendengar nya

Suasana diruangan ini begitu tenang, namun tidak perasaan seseorang yang ada didalam sana. Kara dibuat bungkam, mengucapkan satu kata pun sangat sulit.

"G-gue s-suka sama lo gadis keras kepala." Kara mengutarakan isi hatinya saat sang pujaan hati sama sekali tidak mendengarnya. Begitulah Kara, gengsi begitu besar hingga tidak memanfaatkan kesempatan. Begitu konyol jika di fikir-fikir

"Gue tau ini kesalahan besar telah jatuh cinta sama lo, tapi gue nggak bisa terus menerus bohongi perasaan gue. Mencintai tidak harus memiliki kan? Maka dari itu gue baru siap mengutaran sekarang. Tidak mudah mengucapkan ini, meski keadaan lo sekarang nggak bakalan dengar gue. Gue terus belajar ikhlas Febby. Meski tidak dapat bersama nanti, gue bakalan tetap bahagia selama lo masih ada di dunia ini," tidak selamanya apa yang diinginkan harus di miliki. Kita punya banyak cara mencintai apa yang tidak dapat dimiliki. Mengikhlaskan salah satunya, titik tertinggi mencintai yaitu mengikhlaskan. Jangan terlalu memaksakan.

"Kalau gitu gue pamit dulu," pamit Kara 

Setelah berbicara cukup lama Kara memutuskan pergi meninggalkan Febby. Kara menghelang nafas dalam-dalam sembari mentatap wajah pucat Febby.

(⁠☉⁠。⁠☉⁠)⁠!⁠→

Hari demi hari berlalu. Tidak ada satu pun pertanda bahwa Febby akan sadar dari komanya, tidak hanya itu bukannya berangsur membaik, nyatanya kondisi gadis itu semakin memburuk

Adit hanya bisa pasrah atas apa yang kedelapan nya akan terjadi kepada Febby. Dokter yang menangani Febby pun sudah mulai menyerah.

Hari ini adalah hari pertama kalinya Aidan akan mengetahui apa yang telah terjadi kepada Febby. Sedikit rasa ragu di dalam hati Adit untuk memberitahukan kondisi Febby kepada Aidan. Tetapi Adit juga yakin lambat-laun Aidan akan menanyakan keberadaan Febby.

"Bi, Abang titip Febby dulu. Abang mau jemput Aidan," ucap Adit sembari menepuk pundak Abi

"Oh iya bang," jawab Abi

Adit mengangguk lalu keluar dari rumah sakit. Beberapa hari ini Kara sudah tidak pernah mengunjungi Febby, entah kenapa. Adit sendiri bingung.

Tiga puluh menit di dalam perjalanan akhirnya Adit telah sampai di Apartemen Febby.

TOK
TOK
TOK

Satu menit menunggu, akhirnya pintu terbuka menampakka seorang wanita paruh baya

"Maaf Pak, sedang cari siyapa?" Tanya wanita paruh baya bermana Mbak Maryam, pengasuh kedua anak angkat Febby

"Saya sedang mencari Aidan,"

"M-maaf anda siyapa?"

"Saya adit abang pertama Febby, saat ini Febby sedang mengalami kecelakaan yang mengakibatkan Febby koma beberapa hari yang lalu. Beberapa kali Febby selama menyebut nama Aidan dan Alexsa, makanya saya mau menjemput Aidan dan Alexsa," jelas Adit

_________________________________________

ALHAMDULILLAH AKHIRNYA PART 34 SELESAI JUGA HEHEHE
JANGAN LUPA DI VOTE ⭐
DAN
SPAM KOMEN SUPAYA AUTHOR MAKIN SEMANGAT UP NEXT PART LAGI
MAAF KALAU BANYAK KATA YG TYPO

(☞ ͡° ͜ʖ ͡°)☞

INSYAALLAH BESOK AKU LANJUT UP YAH KARENA MALAM INI AKU UDAH CAPEK BANGET, MUNGKIN ADA KEMUNGKINAN BESOK BAKALAN
ENDING TAPI ITU BARU KEMUNGKINAN YA ( ꈍᴗꈍ)

OK SEE YOU 😘








TRANSMIGRASI ✓ [ Open Pre Order  ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang