( Part 26 )

8.8K 569 10
                                    

Keesokan hari nya Febby memiliki kesibukan baru, mengantar dan menjemput Aidan akan menjadi rutinitasnya setiap hari, "Bagaimana? Sudah siap?" tanya Febby

"Sudah kak," keduanya mulai berangkat menggunakan taksi online dikarenakan mobil Febby masih berada di bengkel.

Dari Apartement ke sekolah Aidan menghabiskan waktu lima belas menit menggunakan mobil, keadaan jalan tidak macet. Setiba di sekolah baru Aidan, keduanya langsung saja berjalan menuju kantor

"Saya titip Aidan ya Bu, segala sesuatu yang terjadi dengan dia saya mintak untuk di lapor kan kesaya," minta Febby, "Iya ibu Febby."

Setelah mengantar Aidan, Febby memutuskan untuk ke Mall. Akhir-akhir ini kehidupan ia sangat damai, hama-hama di kehidupan nya seperti hilang di telan bumi. Memiliki banyak uang tampa harus bekerja keras adalah mimpi semua orang, ternyata dibalik semua takdir konyol yang menimpa Febby, tuhan masih memberikan kehidupan yang layak untuk ia, Tuhan tidak seburuk itu, belajar melihat dari dua sisi dalam kehidupan, ujian yang saat ini di dapat belum tentu di bawah orang lain, nyatanya masih banyak yang mendapatkan ujian lebih menderita dari kita, tapi mereka tidak se berisik kita yang mendapatkan ujian lebih ringan

Melihat beberapa pengemis di jalan membuat hati batu Febby terketuk, bagaimana setiap manusia bekerja keras mendapatkan apa yang biasa Febby buang dengan cuma-cuma.

"Kayaknya kali ini gue kurang bersyukur sekali, melihat banyak anak-anak yang masih sangat muda untuk bekerja sangat keras agar dapat makan yang layak," gumam Febby, melangkah masuk kedalam Mall

Memiliki tujuan jelas membuat langkah nya lebih mudah. Langkah Febby berhenti di sebuah toko kamera, berfikir sejenak mengapa ia berhenti di toko ini, "Mengabadikan setiap momen bahagia dengan orang-orang tersayang sangat di perlukan," tiba-tiba sebuah bisikan lembut muncul di telinga Febby, menatap sekeliling hanya melihat orang berlalu lalang, "Apakah gue harus membeli kamera?" batinnya

Berfikir agak lama akhirnya Ia memutuskan membeli sebuah kamera, cukup mahal tapi tidak akan membuah ia jatuh miskin hanya sebuah kamera, "Mengabadikan sangat penting agar yang di tinggalkan dapat mengenang orang-orang tersayang yang lebih dulu meninggalkan."

Siang harinya, setelah menjemput Aidan, Febby lalu pulang ke apartemen, malam ini suasana Apartemen mendadak hangat, perubahan Febby yang entah di dasari oleh apa. "Coba kamu gaya dulu," pinta Febby kepada Aidan, tanpa bertanya Aidan mengikuti permintaan Febby

CEKREK

Kamera baru di tangan Febby menangkap gambar Aidan sedang berpose dengan dua jari, sangat lucu ekspresi nya, "bagus sekali hasil foto Kak Febby," Aidan memuji hasil Foto Febby

Dengan senyum tulus Febby membalas pujian Aidan, keduanya saat ini berada di ruang tamu, Aidan yang sedang belajar membaca di sofa sedangkan Febby dengan random memotret isi Apartemen.

TOK
TOK
TOK

Pintu Apartemen Febby di ketuk, tampa membuang waktu Febby langsung saja membuka pintu Apartemen nya, pintu terbuka memperlihatkan Adit, Abang pertama Febby, "Buat apa kesini?" tanya Febby dengan wajah datar

"Abang hanya rindu dengan kamu dek, setelah kamu dinyatakan hilang Abang sangat khawatir, makanya Abang kesini untuk memastikan kalau keadaan kamu baik-baik saja," jelas Adit

"Saya baik-baik saja, tidak perlu mencemaskan manusia seperti saya, lebih baik anda pulang kerumah dan hidup selayaknya saya sudah tidak ada," baru saja Febby ingin menutup pintu tiba-tiba tangan Adit menghalangi

"A-abang ingin bertemu dengan anak mu, Abang mohon Febby," melihat ekspresi Adit yang memohon membuat Febby mual ingin muntah, sangat menjijikan jika manusia yang lahir dari rahim seorang wanita menjijikan memohon. Dengan rasa terpaksa Febby memperbolehkan Adit bertemu dengan Aidan

"Bukanya anak mu perempuan Febby?" sudah Febby duga, pasti Adit akan menanyakan itu

"Betul, saya mengadopsi dua anak," jawab Febby, ketiganya berada di ruang tamu

"Dia sangat tampan,"

"Saya tau itu, dia lebih tampan dari mu dan seluruh saudara laki-laki mu," rasa bangga menjalar di tubuh Febby

"Aku setuju," diluar dugaan ternyata Adit membenarkan perkataan Febby

Kembali sunyi, mereka sibuk dengan fikiran masing-masing. Beberapa menit kemudian Aidan memutuskan  pamit ingin tidur, tersisa Adit serta Febby. Sejak tadi mata Febby terus fokus menatap gerak-gerik Adit

"Febby, apakah kamu berminat ikut ke gunung? Beberapa guru mengadakan libur akhir tahun di puncak, namun jika kamu menolak tidak apa-apa, Abang tau kamu pasti troma karena kejadian itu kan?"

"Saya tidak troma hanya karena itu, saya akan ikut," merasa di remehkan karena di anggap troma hanya dikarena kan kejadian itu

"Jangan paksakan," tegas Adit

"Saya tidak paksakan, ini adalah keinginan saya," Adit mengangguk, "Minggu depan kita ketemu di sekolah, kita akan berangkat hari Rabu. Kalau begitu Abang pamit dulu," Febby hanya diam, tetap duduk di sofa sambil melihat Adit keluar dari apartemen nya

________________________________________
Alhamdulillah AKHIRNYA HARI INI AKU UP LAGI
TEMA KASIH BANGET UNTUK Kalian YANG UDAH VOTE CERITA AKU
KOMEN DI SETIAP CERITA AKU
😘😘😘😘
AKU BERTERIMA KASIH BANGET SAMA KALIN MAAF KALAU KEMARIN AKU HANYA UP CUMA 1 PART SORRY

♥️♥️♥️♥️♥️♥️

JANGAN LUPA DI VOTE ⭐
MAAF KALAU BANYAK KATA YG TYPO
JANGAN LUPA SPAM KOMEN
(☞^o^) ☞

SEE YOU GAIS
KALAU ADA WAKTU INSYAALLAH AKU BAKALAN UP LAGI

TRANSMIGRASI ✓ [ Open Pre Order  ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang