Part 6

16.5K 1.4K 32
                                    


𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶

Bercak darah memenuhi seragam Febby. Mau tidak mau Febby harus pulang untuk membersihkan dirinya, lagi pula gadis itu merasa tidak sudih jika harus berlama-lama kulitnya terkena darah
bajingan itu

 Mau tidak mau Febby harus pulang untuk membersihkan dirinya, lagi pula gadis itu merasa tidak sudih jika harus berlama-lama kulitnya terkena darahbajingan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat menikmati siksa Neraka Ayah, nanti kita ketemu disana hehehe," Febby terkekeh menyebut bajingan itu dengan sebutan Ayah. Ingin rasanya Febby meludahi wajah Bajingan itu

Febby berdiri dari duduknya lalu melangkah keluar. Saat diluar Febby hanya mendapati Ibu Winda, jadi berarti saksi mata yang melihat semua kelakuannya hanya Ibu Winda.

"Ini lebih mudah dari apa yang aku bayangkan," batin Febby sambil melangkah mendekati Ibu Winda yang tampak gemetaran saat melihat Febby berjalan kearahnya

"Jangan lupa kubur pemilik sekolah itu ya Ibu Winda terhormat, Sorry tadi tangan saya gatal banget mau pegang usus kekasih ibu, makanya saya terpaksa M E M B U N U H
D I A!" tunjuk Febby kearah Ibran yang sudah tergeletak tidak berdaya dengan keadaan mengenaskan

Ibu Winda langsung menangis sambil melihat kearah tunjuknya Febby. Dengan masih gemeteran Ibu Winda hanya bisa mengangguk lemah sambil menangis

"Jangan kasih tau orang kalau saya yang membunuh dia ya! Kalau ibu kasih tau, nanti Ibu akan ikut juga merasakan hal sama seperti dia hahaha," bisik Febby, lalu lagi-lagi hanya dibalas anggukan oleh Ibu Winda

Dengan tangan yang masih bersimbah darah, Febby mengusapkan darah itu tepat diwajah Ibu Winda sebagai hadia karena menuruti keinginannya

"Ini hadiah untuk kekasih Almarhum Ayah, jangan di cuci ya Bu, kalau sampai saya tau Ibu mencucinya, saya akan melakukan hal yang sama kepada Ibu Winda," bisik Febby lalu pergi meninggalkan Ibu Winda yang sudah pingsan

o0o

Berita tentang meninggalnya pengusaha terkenal bernama Ibran, sudah tersebar dimana-mana. Hingga sampai luar Negri. Setelah Febby membunuh Ayahnya sendiri, belum sama sekali seorang polisi mencari keberadaan Febby, Entah mungkin Febby tidak tau. Atau saja keluarganya memilih untuk menyembunyikan siapa sebenarnya pembunuhnya

Febby cukup faham, jika masyarakat tau jika dia adalah pembunuhnya, keluarganya akan menghadapi ambang masa kebangkrutan. Karena para Pengusaha tidak ingin mengambil resiko bekerja sama dengan keluarga Perusahaan yang bermasalah, dan akan berdampak juga dengan Perusahaan mereka

"Sekian lama gue nggak main-main dengan organ tubuh manusia, Akhirnya kemarin gue bisa juga kambali merasakan hangatnya Usus, paru-paru, serta berbagai macam organ dalam manusia," ucap Febby sembari bercermin

"Satu musuh, sudah lenyap! Masih ada beberapa musuh lagi," lanjutnya. Ternyata tampa di duga Febby mengambil salah satu bola mata dan jantung Ibran untuk dijadikan koleksi.
Seperti saat ini, gadis itu dengan senang hati melihat bola mata dan jantung itu didalam Toples kaca. "Lucu banget anjer,"

o0o

Tepat hari ini satu bulan Fiona tinggal didalam tubuh Febby. Perlahan-lahan Febby ingin belajar merawat Bebby Alexsa, bagaimana pun Bayi itu adalah titipan si pemilik tubuh, dan Fiona sudah menyetujui jika akan mengurus Bayi itu setelah Febby asli pergi

Malam ini Febby sengaja ingin berduaan dengan Bebby Alexsa. Namun Bayi kecil itu sejak tadi tidak berhenti menangis, membuat Febby merasa kesal

Febby memijit keningnya yang sedari tadi berdenyut. Kepalanya terasa sakit karena situasi menyebalkan di depannya sekarang.

“Diam bisa enggak sih? Capek gue.” Tak tahan dengan suara si bayi, Febby menoleh dan membulatkan matanya berusaha menakuti.

Ia lelah, sangat lelah akibat anak ini. Jeritan dan tangisannya tak henti, dan Febby tentu tidak tahu apa penyebabnya. Ini hanya membuat Febby muak sendiri.

“GINI AMAT SIH HIDUP GUE ANJING!” jerit Febby ke arah jendela. Sekarang ia malah mempertanyakan semua kebodohan yang ia lewatkan hari ini.

Baru sebulan ia hidup dengan identitas ini. Dirinya sudah tidak tahan, bahkan hidupnya sekarang bagaikan lelucon. 

Bagaimana mungkin ia masuk ke tubuh orang lain? Omong kosong macam apa itu? Memikirkannya membuat Febby ingin menghajar siapa saja.

Tangisan bayi itu kian menjadi. Sudah hampir masuk tengah malam, akan tetapi bayi sialan itu tidak ingin bungkam.

Febby bangkit dan mengacak rambutnya kasar. “GAK TAHAN GUE!” 

Sebelum ia benar-benar kalap mata dan menyakiti si bayi, ada baiknya Febby menjauh dan pergi. Karena jujur ia ingin sekali membekap wajah bayi itu dengan bantal.

Sungguh, Febby tidak berbohong.

Ia menoleh ke arah jam yang terpasang di dinding. Ini adalah waktu yang tepat untuk menuangkan segala frustrasi yang dirasakannya. Febby butuh teman untuk menelan semua pening ini, yaitu minuman terlarang yang bisa ia dapatkan di klub malam. 

Febby membutuhkan benda itu.

Segera ia mengambil ponsel dan mencari nomor seseorang. Ia berencana memanggil satu pengasuh saja untuk datang ke sini menjaga si bayi sialan.

Mau bagaimana pun Febby tidak tega meninggalkan bayi ini sendiri, dan ia merutuki dirinya karena masih mempunyai sisa empati.

“Saya bayar berapa pun, datang sekarang juga,” ucapnya sekaligus mengakhiri panggilan karena sudah mendapat persetujuan dari si pengasuh, uang memang selalu mempan di setiap kondisi.

Tanpa menunggu pengasuh itu datang, Febby memilih pergi lebih dulu. Cukup mengambil jaket dan kunci saja lalu ia melenggang. Febby sempat menoleh ke arah bayi itu, namun tidak lama, karena setelah itu ia berangkat.

Malam ini akan ia habiskan menenggak minuman, merenungi apa yang sebenarnya terjadi. Tentang bagaimana ia masuk ke tubuh orang lain, menjalani hidup orang lain itu.

Hidup memuakkan yang berbanding terbalik dengannya. Febby sekarang ingin tertawa, ada baiknya ia gila saja daripada harus hidup sebagai Febby.

Melelahkan.

o0o

Oky gaiss segitu dulu ya maaf kalau banyak kata yg Typo 🙏

TRANSMIGRASI ✓ [ Open Pre Order  ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang