ADELARD | 17

149K 10.7K 226
                                    

"Joven please

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Joven please.." rengek Stefanie.

"No, babe!"

Sejak Alexi memberitahu tentang kabar ayah Stefanie, Stefanie terus saja merengek untuk bertemu dengan ayahnya. Atau jika memang tak mungkin, setidaknya ia bisa mendengar suaranya sekali saja. Namun, Joven benar-benar tak mengijinkannya sama sekali.

Suasana di ruang makan benar-benar tak bisa hening sama sekali. Penuh dengan ocehan Stefanie. Sementara Joven tak mengindahkan nya sama sekali. Ia terlihat santai menikmati makanannya sambil mengamati wajah lucu Stefanie yang terus merengek padanya. Sesekali Joven menyuapkan makanan ke mulut Stefanie bila dirasa ocehannya mulai membahas tentang ia yang ingin bertemu ayahnya.

Posisi Stefanie saat ini berada di pangkuan Joven menghadap miring dengan satu tangan ia lingkarkan ke leher Joven. Joven benar-benar dibuat mabuk oleh tunangannya itu. Beberapa kali Joven berhasil mengecup pipi Stefanie.

Apa kabar dengan Alexi dan Aaron? Tentu saja mereka sama saja. Aaron justru lebih berani tentang hal itu dari pada Joven. Tapi tentu saja tidak melewati batas yang berlebihan. Ia hingga saat ini masih menjaga kehormatan gadisnya dengan baik.

prok!
prok!
prok!

Suara tepuk tangan seseorang mengalihkan pandangan mereka hingga terfokus pada si pembuat suara.

"Bagus sekali. Lanjutkan saja!" ujar Safira sambil melangkahkan kakinya mendekati kursi di samping Joven.

"Aish... Kenapa iblis satu ini harus muncul?" Bisik Alexi di telinga Aaron. Aaron hanya bisa mengedikkan bahunya.

Stefanie entah keberanian dari mana ia akhirnya mengalungkan dua lengannya di leher Joven dan semakin mengeratkan nya. Kaki Stefanie juga tak mau kalah, ia tarik bagian bawah kursi itu dengan kakinya mendekatinya. Safira yang baru saja akan duduk disana merasa jengkel.

"Apa maksudmu?" jengkel Safira.

"Itu tempatku. Disana masih ada tempat kosongkan? Disana saja."
"Jangan deket-deket Joven!" ujar Stefanie.

Safira berdecih. "Seharusnya Joven yang jangan sampai mendekatimu. Bisa-bisa kau membawa sial untuknya."

"Mmm tapi aku tidak mendekatinya. Dia yang memaksaku disini. Kalau dia sial kau tak bisa menyalahkan aku bukan?"
"Lagi pula aku tunangannya, sementara kau bukan siapa-siapanya. Itu hak ku jika aku melarang kau dekat dengan Joven kan?" ujar Stefanie berani.

Safira mendengus sebal dan mendudukkan dirinya di kursi yang agak jauh dari Joven. Joven menatap Stefanie lekat-lekat sambil tersenyum kecil. Ternyata senjata tunangannya ini ada pada mulutnya. Walau terdengar polos tapi terkadang bisa menyakiti seseorang.

Aaron dan Alexi berusaha menahan tawa mereka.

"Sial aku tertawa!" bisik Aaron.

"Tampang dan otaknya memang polos, tapi mulutnya... amazing." balas bisik Alexi.

ADELARD || mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang