"Awwhs.."
Stefanie meringis merasakan nyeri dan perih secara bersamaan pada kepala bagian belakangnya. Ia telah berada di kamar Joven. Tentu Joven lah yang telah membawanya masuk. Ia melirik ke setiap sudut kamar. Tak ada tanda-tanda Joven. Tunggu, kenapa langit kembali cerah lagi?
Stefanie melihat jam dia atas nakas. Ternyata benar, ia sudah tertidur dari sore sampai pagi. Mungkin juga karena efek bius untuk mengobatinya.
Ia memejamkan matanya berusaha melawan rasa sakit yang ia rasakan.
"Mama, kenapa mama nggak jemput Alesya aja?" Batin Stefanie.
Matanya kini menatap kosong langit-langit kamar. Belakangan ini ia merasa sedikit tertekan ditambah lagi Joven yang berubah padanya. Tapi tunggu, kenapa kamar Joven kini berbau coklat?
tok!
tok!Stefanie menatap pintu dengan aneh. Biasanya Joven langsung masuk, kenapa sekarang tidak?
"Door opened" ujar Stefanie membuka pintu.
Oh, dia salah. Bukan Joven yang masuk melainkan seorang maid. Maid itu membawa sarapan untuk Stefanie. "Joven dimana?"
"Tuan Adelard sedang menemani nona Safira. Ia sedang sakit saat ini." jawaban dari maid itu membuat Stefanie sedikit kecewa. Siapa sebenarnya Safira ini? Kenapa ia begitu penting sekali untuk Joven?
"Tinggalkan saja! Nanti aku makan." titah Stefanie.
Setelah maid pergi, Stefanie mencoba untuk bangun dan membersihkan dirinya. Ia merasa sumpek selalu melihat kamar, mansion, dan halaman nya saja. Ia ingin keluar, melihat gedung-gedung, taman, atau tempat apapun yang lain. Mungkin dengan begitu ia bisa melupakan sakit yang masih terasa di kepalanya.
Sebelum keluar, ia menatap makanan yang dibawakan untuknya. Ia tak selera. Baginya makanan itu seperti tak ada rasanya.
Stefanie keluar dari kamar dan menyusuri mansion untuk mencari kamar Safira. Maid bilang Joven ada di sana. Setelah menjaga Safira, tentu Joven akan berganti menjaganya bukan? Hampir saja Stefanie mengetuk pintu kamar, ia bisa mendengar suara Alexi dan Aaron dari dalam sana. Sepertinya mereka berempat menjaga Safira bersama. Namun saat Stefanie semakin mendekat dengan pintu yang tertutup rapat, telinganya mendapati kalau mereka berempat sedang berdebat.
"Aku tahu kau masih menyimpan dendam itu, Joven. Tapi setidaknya kau jangan berubah padanya!" ujar Alexi.
"Apa yang berubah? Itu sudah benar bukan? Itulah yang seharusnya didapatkan wanita pembawa sial itu. Biarkan saja dia mati." ketus Safira.
"Jangan mengatakan itu, Safira. Aku mencintainya."
"Benarkah? Lalu jika sekarang aku tanya, mana yang lebih penting antara adikmu atau wanita itu. Siapa yang lebih penting?"
"Jangan memaksakan, nona Safira. Kakakku juga mencintai Stefanie." ujar Aaron.
"Kau sudah menghukum ayahnya , Joven. Kau sudah memasukkan si jalang bernama Stefanie itu juga ke dalam keluarganya hingga tunangan mu kehilangan ibunya. Apa masih kurang puas?" tanya Alexi membuat Stefanie menutup mulutnya.
Air mata mulai jatuh di pipinya. Jadi selama ini orang yang sudah menghancurkan keluarganya adalah Joven. Tunangannya yang berusaha ia cintai. Tangan Stefanie bergetar. Telinganya tak kuat lagi mendengarkan perdebatan itu tapi hatinya seakan tak bisa diajak berkompromi.
"Kak, aku sarankan kau untuk menyudahi semua ini. Atau suatu hari nanti kau akan kehilangan orang yang kau cintai. Kau tahu hati nona Stefanie itu rapuh bukan?"
"Aku berusaha, tapi aku dilema. Dendam atau cinta." ujar Joven.
"Jangan cintai dia, Joven. Kau harus pikirkan tentang adikmu. Selesaikan dendam mu!" titah Safira.
"Begini saja, Joven. Aku mengalah jika harus berdebat dengan iblis satu ini. Jika kau memang ingin menyelesaikan dendam itu, selesaikanlah. Bunuh ayahnya. Tapi setelah itu tinggalkan tunangan mu. Biarkan dia hidup bahagia dengan yang lainnya. Yang mencintainya dengan tulus tanpa ada rasa dilema dengan dendam!" titah Alexi.
"Ingat Joven! Aku menganggapnya seperti adikku sendiri. Jika kau membuat ia sakit berkelanjutan, maka aku akan buat kita berdua impas. Kau membela adikmu, aku membela adikku. Dan aku bisa melakukan balas dendam padamu dengan cara apapun." ancam Alexi.
Joven hanya terdiam didalam sana. Stefanie terlalu larut dalam perdebatan itu hingga tak terasa air mata yang keluar dari mata indahnya sudah membanjiri pipi cantiknya. Tangis dalam diam yang sekali lagi menyakitinya.
Ada apa dengan hidupnya? Apa Tuhan membencinya hingga ia harus seperti ini. Kehilangan orang yang ia sayangi dan sekarang orang yang berusaha ia cintai ternyata mengkhianatinya.
Kepalanya terasa pusing. Pandangannya mulai kabur.
"Tuhan, kalau Alesya harus pergi sekarang, Alesya ikhlas. Lebih baik pergi dari pada hidup dalam penderitaan yang tak pernah selesai ini. Alesya mohon." Batin Stefanie.
ceklek..
Tepat saat Alexi keluar dari kamar, Stefanie tumbang dan menubruk tubuh Alexi. Alexi yang terkejut refleks menangkap tubuh mungil yang sudah lemas itu.
"Alesya? Bangun hei! Kenapa kau ada disini?" bingung Alexi. Joven menengok ke arah pintu. Ia bergegas menghampiri Alexi dan mendapati tunangannya tak sadarkan diri kembali.
"Cih! Pasti wanita pembawa sial itu melakukan drama lagi." Batin Safira dari dalam kamar. Ia tak kuat berdiri karena sedang sakit.
Pas sakit aja kelakuan lo masih kek setan. Dahlah... ~ (author)
Joven segera merebut tubuh mungil Stefanie dari pelukan Alexi dan beralih menggendong nya. Joven memeluk tubuh gadis yang ia cintai itu. Cinta yang masih terhalang dinding dendam.
Bersambung..
Jangan Lupa Vote
••
Find Me On
IG : @mtyra18_
TikTok : @muttyara18_༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELARD || mafia
Romance"𝐃𝐢𝐚 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐤𝐮. 𝐓𝐞𝐫𝐠𝐨𝐫𝐞𝐬 𝐬𝐞𝐝𝐢𝐤𝐢𝐭 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐦𝐚𝐭𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧." SUDAH TERBIT DI @PENERBITKEJORA_ 🛡 ADELARD CLAN | 1 🛡 🚫PLAGIAT = KU SANTET🚫 (Jangan lupa vote, komen, dan follow!) 🚫BEBERAPA PART DI HAPUS UNTUK KEP...