"𝐃𝐢𝐚 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐤𝐮. 𝐓𝐞𝐫𝐠𝐨𝐫𝐞𝐬 𝐬𝐞𝐝𝐢𝐤𝐢𝐭 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐦𝐚𝐭𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧."
SUDAH TERBIT DI @PENERBITKEJORA_
🛡 ADELARD CLAN | 1 🛡
🚫PLAGIAT = KU SANTET🚫
(Jangan lupa vote, komen, dan follow!)
🚫BEBERAPA PART DI HAPUS UNTUK KEP...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Air mata membasahi pipi Stefanie. Katakanlah ia cengeng, karena memang itulah dirinya. Hatinya tak sekuat baja. Hatinya bak kaca tipis. Sekali dihantam pasti akan pecah.
Ditambah lagi hatinya yang sakit karena Joven tiba-tiba membentaknya. Ia tengah berpikir , apa yang membuat Joven semarah itu.
Stefanie kini tengah bersembunyi dibalik selimutnya dengan sesenggukan yang tak kunjung berhenti.
"Door Opened"
Joven masuk ke kamar Stefanie, ia benar-benar merasa bersalah. Kenapa tiba-tiba ia tak bisa mengendalikan emosinya terhadap gadisnya?
Stefanie yang mengetahui Joven memasuki kamarnya seketika terdiam. Ia takut. Benar-benar takut.
Joven perlahan merebahkan dirinya disamping Stefanie dan membuka selimut yang menutupi gadisnya itu. Ia bisa melihat jelas gadisnya tengah menangis dan ketakutan. Joven membawa Stefanie dalam dekapannya.
"I'm sorry, babe. Aku tak bermaksud memarahimu. Aku lost control, maaf" pinta Joven.
"Hiks... Aku takut padamu. Aku tidak akan memintamu menuruti permintaanku lagi. Aku janji."
"No, babe. Bukan itu maksudku. Mood ku hanya sedang buruk hari ini. Aku minta maaf."
Joven menghapus air mata Stefanie yang kini menatapnya. Joven mengecup bibir Stefanie lembut, mencoba membawanya dalam ketenangan. Stefanie kemudian mengeratkan pelukannya pada Joven dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Joven.
"Kau ingin es krim? Atau yang lain?" tanya Joven dibalas gelengan oleh Stefanie.
"Aku mengantuk."
Joven tersenyum kecil. "Tidur denganku?"
Stefanie mengangguk cepat membuat Joven gemas. Setelah menyelimuti tubuh mereka berdua, Joven mematikan lampu di kamar Stefanie.
Stefanie terlonjak kaget. Apakah tunangannya ini lupa kalau ia takut gelap?
"Jangan mat-"
"Shhhtt.. Jangan takut, aku bersamamu. Okey?"
Joven kembali mendekap Stefanie. Kini Stefanie menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Joven. Wangi baccarat Joven seperti bius bagi Stefanie. Ia menjadi cepat sekali tertidur.
"Good night, my sweet honey" bisik Joven.
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
"Emhh.. "
Stefanie melenguh kala sinar mentari mengusik tidurnya. Perutnya terasa berat. Ia menyadari tangan kiri Joven kini melingkar diatas perutnya dan tangan kanannya menjadi bantal Stefanie.
Stefanie beralih memposisikan dirinya menghadap Joven. Wajahnya terlihat tenang dan damai ketika tidur. Stefanie menyentuh bibir bawah Joven yang sedikit terbuka dan memainkannya.
"Shhht.. Don't play with my lips , babe."
Joven tersenyum kecil. Ia sebenarnya sudah terjaga tapi masih susah untuk membuka mata. Nyawanya belum terkumpul.
Stefanie memeluk Joven dan bersembunyi di ceruk lehernya. Sekarang itu menjadi tempat favoritnya.
"Mandilah , babe. Aku akan menunggumu di ruang makan." titah Joven.
Stefanie menganggukkan kepalanya. Ia segera bangkit tapi sebelum itu ia menyempatkan diri untuk mengecup pipi tunangannya itu.
cup!
Joven terkekeh karena tingkah Stefanie.
"Sudah mulai nakal rupanya." batin Joven.
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
Stefanie dalam perjalanan menuju ruang makan. Senyum senantiasa tertempel di wajah manisnya, hingga...
deg!
Apa yang tengah ia lihat saat ini adalah Joven? Joven yang mengatakan hanya mencintainya tengah membalas pelukan gadis lain dengan hangat. Tangannya pun terulur mengelus lembut puncak kepala gadis itu.
Tangan Stefanie mengepal kuat berusaha untuk tidak menangis.
"Jov.. en? " panggil Stefanie dengan ragu.
Joven melepaskan pelukan gadis itu dan beralih menatap Stefanie dengan senyum yang mengembang.
"Come in, babe."
Stefanie melangkahkan kakinya mendekati Joven. Saat tinggal sedikit saja jarak diantara mereka. Suara gadis itu membuat langkah Stefanie terhenti.
"Ini orangnya? Apa yang kau lihat darinya? Cih, tidak ada yang bisa diunggulkan sama sekali."
Stefanie tengah menunggu Joven memihaknya. Namun, nihil. Joven justru terkekeh kecil. Ada apa ini?
Joven memberikan isyarat pada Stefanie untuk memperkenalkan dirinya dengan permainan mata. Stefanie berusaha tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Hai. Aku Stefanie Ale-"
"Aku tak butuh namamu, wanita pembawa sial." ketus gadis itu.
Stefanie kembali menatap Joven penuh harap. Lagi-lagi ia hanya melihat Joven menggeleng pelan sambil tersenyum dan menunduk. Hati Stefanie rasanya sakit.
Aaron yang berada dibelakang Joven menghembuskan nafas kasar. Ia hanya bisa menggeleng melihat kejadian di depannya ini. Bagaimanapun, Stefanie pernah menjadi teman dekatnya. Ia sangat tahu kalau Stefanie sangat rapuh.
Stefanie melirik Aaron. Aaron kemudian mengedipkan matanya lama seolah memintanya untuk sabar.
"Ah sudahlah. Dengar aku gadis pembawa sial. Aku sudah tahu siapa namamu. Dan sekarang aku akan beri tahu. Namaku Safira dan aku akan menghancurkan hidupmu beberapa hari kedepan. Jadi siapkan mentalmu. Jangan sampai kau bunuh diri tiba-tiba. Tapi kau mati juga tak apa. Terserah padamu saja." ujar Safira.
"Stt.. Jangan berlebihan!" titah Joven.
"Terserah!"
Stefanie memutar bola matanya malas. "Hm." Baru pertama kali ini ia berani membalas seseorang yang berlaku buruk padanya. Ia mulai muak.
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.