"𝐃𝐢𝐚 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐤𝐮. 𝐓𝐞𝐫𝐠𝐨𝐫𝐞𝐬 𝐬𝐞𝐝𝐢𝐤𝐢𝐭 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐦𝐚𝐭𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧."
SUDAH TERBIT DI @PENERBITKEJORA_
🛡 ADELARD CLAN | 1 🛡
🚫PLAGIAT = KU SANTET🚫
(Jangan lupa vote, komen, dan follow!)
🚫BEBERAPA PART DI HAPUS UNTUK KEP...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang gadis terbangun kala cahaya lampu yang begitu terang menembus kornea matanya. Matanya menyipit sambil mengedarkan pandang ke setiap sudut ruangan yang bernuansa putih.
"Joven?" Ya, pria itu kini tertidur dengan dengan kepala bertumpu pada kedua tangannya di atas brankar Stefanie.
Stefanie tak mendapat balasan apapun bahkan setelah mengusap-usap rambut Joven. Ia bisa melihat wajah yang lelah dan mata sembab milik Joven.
"Apa dia menangis?" tanya Stefanie dalam batin.
"Joven?" Stefanie menoel pipi Joven berkali-kali. Akhirnya usaha itu membuahkan hasil. Joven memang terbangun, hanya saja sekedar melenguh dan berpindah tempat ke samping Stefanie.
Tanpa berkata sepatah katapun, Joven langsung naik ke atas brankar Stefanie dan memeluknya dari samping.
"Joven capek?" tanya Stefanie hanya di balas anggukan oleh Joven.
Stefanie menyugar rambut Joven sambil sesekali mengecup kening pria itu. Mungkin ia lelah setelah bertarung dengan Bastian. Mengingat ia tadi datang ke rumah sakit bersama Alexi atas perintah Joven.
Ah iya, Stefanie jadi ingat pada Bastian. Secara perlahan ia berusaha bertanya pada Joven tentang Bastian.
"Bastian gimana?"
"Di makan harimau," jawab Joven singkat.
Tidak, tidak mungkin Joven semudah itu melepaskan Bastian. "Masa?"
"Jangan bahas dia, babe! Aku membenci hal itu."
"Maaf."
cup!
Joven mengecup bibir Stefanie singkat dan kembali memejamkan mata. "Aku lelah."
Stefanie mengusap pipi Joven seraya tersenyum manis. Sentuhan lembut dari tunangannya itu mampu membuat Joven berhasil membuka kembali alam mimpinya yang tadi sempat terputus karena panggilan Stefanie.
"Nona Stefanie?"
brak!
"Shit.." Joven merasakan sakit pada area punggungnya. Jika biasanya ia hanya mimpi terjatuh, kini ia benar-benar jatuh dari atas brankar.
"M-maaf, tuan, nona."
Stefanie memejamkan matanya sambil menyumpah dirinya sendiri yang refleks mendorong Joven saat seorang perawat memasuki kamar inapnya.
"Tidak apa-apa." balas Stefanie.
Perawat itu masih memperhatikan sang pemilik rumah sakit, Joven, yang nampak tampan saat bangun tidur. Terlebih lagi tiga kancing kemeja bagian atas miliknya terbuka. Hampir saja perut sixpack milik Joven terlihat.
"Apa yang kau lihat?" tanya Joven dengan tatapan jijik pada perawat itu.
"T-tidak, tuan."
"Jaga matamu atau aku akan menghilangkan keduanya!" ancam Joven.