ADELARD | 18

149K 10.4K 160
                                    

"Alesya, papa butuh kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alesya, papa butuh kamu."
"Papa mohon pulang, Nak. Papa minta maaf."
"Papa tidak kuat lagi."
"Papa sayang kam-"

"PAPA!!! JANGAN TINGGALIN ALESYA."

"Hah?! "
Stefanie terbangun dari tidurnya dibarengi dengan lonjakan kaget. Napasnya terengah, sangat sesak.

Perasaannya tentang keadaan sang semakin membuatnya tersiksa. Ia hanya ingin bisa melihat keadaan ayahnya saat ini. Ia belum sanggup kehilangan sang ayah. Walau ayahnya jahat padanya, Stefanie tetap lah putrinya. Mana ada seorang putri yang tidak akan merasa kehilangan sosok ayah?

Air mata mulai jatuh di pelupuk mata Stefanie. Ia menoleh ke samping kirinya. Joven masih tertidur. Ia berusaha perlahan membelakangi Joven dan menumpahkan semua kesedihan dalam hatinya dengan menangis. Menangis tanpa suara yang tentu kalian tahu sangat menyakitkan.

Tanpa ia sadari, tangan Joven kini melingkar di atas pinggangnya. Stefanie terperanjat kaget dan mengusap air matanya. Joven membalikkan tubuh Stefanie. Ia terbangun karena merasakan getaran saat Stefanie menangis.

Joven membiarkan jarak diantara mereka terkikis sempurna hingga dahi mereka sama-sama bersentuhan. "Jangan menahannya, babe. Aku mengizinkannya kali ini. Keluarkan saja air matamu agar kau lega."

Diluar dugaan, Stefanie mendorong paksa tubuh Joven. Kali ini ia bisa lepas dari dekapan Joven, mungkin karena Joven masih lengah sehingga kekuatannya belum terkumpul.

Stefanie turun dari kasur dan meninggalkan kamar Joven tanpa sepatah katapun. Ia hanya menutup mulutnya, berusaha agar isak tangis tak kembali keluar dari sana.

Joven menghembuskan nafas kasar. Ia memejamkan mata. Ia tahu ia salah. Tapi rasa benci dalam hatinya selalu menghantuinya. Terlebih lagi ketika Safira datang. Ada apa sebenarnya?

Setelah membersihkan dirinya, Stefanie lebih memilih berdiam diri di kamar. Ia terlalu malas untuk keluar.

tok!
tok!

Suara ketukan pintu kamar membuatnya terganggu. Dengan langkah gontai ia berjalan ke arah pintu dan membukanya. Stefanie menaikkan satu alisnya ketika melihat salah satu maid berdiri didepan pintu.

"Kenapa?" tanya Stefanie.

"Tuan Joven meminta nona untuk ikut sarapan."

"Tidak minat. Silahkan pergi!"

"Tapi non-"

"Tidak minat!" ketus Stefanie dengan menambahkan penekanan.

Stefanie menutup pintu tanpa menunggu jawaban maid. Ia berjalan mendekati arah jendela. Matanya kini teralih pada koleksi pita yang selalu ia ikatkan pada Cila dulu. Disaat seperti inilah ia merindukan Cila. Satu-satunya temannya yang bisa menjadi pendengar curhat yang baik walau tak bisa memberi solusi.

ADELARD || mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang