ADELARD | 34

148K 10.2K 263
                                    

Setelah beberapa menit Joven pergi untuk mengangkat telfon, kini ia telah kembali tapi dengan membawa sedikit perbedaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah beberapa menit Joven pergi untuk mengangkat telfon, kini ia telah kembali tapi dengan membawa sedikit perbedaan.

Stefanie yang berencana untuk meminta maaf pada Joven juga ikut merasa heran. Joven sama sekali tak bicara sepatah katapun dan langsung merebahkan dirinya di ranjang.

Joven menutup kedua matanya  dengan lengan kirinya. Stefanie gelisah, apa Joven marah padanya?

"Joven?" panggil Stefanie pelan.

"Hm?" jawab Joven masih dalam posisi yang sama.

Stefanie bergerak menggeliat mendekati tubuh Joven dan memeluknya dari samping. "Kau marah ya?"

Joven membuka matanya dan menatap Stefanie. Ia tersenyum tipis sambil menggeleng. "No, aku hanya mengantuk."

"Bohong!" ujar Stefanie.

Joven membalas pelukan Stefanie dan menyerukkan kepalanya di leher Stefanie.

"Aku tidak marah, sungguh."

"Tapi kenapa kau diam saja?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Stefanie, Joven justru mencoba untuk tertidur. Ia tutup matanya dan mencoba untuk rileks, hingga setelah beberapa saat terdengar suara dengkuran kecil dari Joven.

Stefanie melengkungkan bibirnya. Dalam hatinya ia merasa bersalah. Pasti Joven sedang marah padanya.

Stefanie menangis dalam diam hingga matanya ikut terpejam dan menyusul Joven ke alam mimpi.

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Entah sudah berapa lama Stefanie tertidur, akhirnya ia membuka mata. Pemandangan nya sudah berbeda. Ia sempat ling-lung beberapa saat hingga ia menyadari dirinya ada di pangkuan Joven saat ini.

"Joven?"

Joven menatap wajah Stefanie yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Ia mengecup kening tunangannya itu dan memberikan sebotol air minum. Pasti penerbangan selama kurang lebih tujuh jam itu membuat Stefanie kehausan, apalagi sedari tadi di pesawat hanya diisi dengan tidur.

Stefanie meneguk air kemasan itu hingga tersisa setengahnya.

"Masih haus?" tanya Joven.

Stefanie menggeleng. "Laper."

Joven terkekeh. Ia menyandarkan kepala Stefanie di dadanya. Joven kemudian meminta pada supir untuk membawanya ke salah satu restoran paling terkenal di sana dan harus di sewa penuh oleh Joven. Ia tak mau makan di sekeliling orang lain, apa lagi ia membawa gadisnya bersamanya.

"Joven kita dimana?"

Joven hanya diam, ia kemudian mengetuk jendela dengan maksud agar Stefanie melihat ke luar.

Stefanie membulatkan mata. Sebuah menara yang termasuk ke dalam tujuh keajaiban dunia ada di depannya. Menara Eiffel.

"K-kita di Paris?" tanya Stefanie memastikan.

ADELARD || mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang