"𝐃𝐢𝐚 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐤𝐮. 𝐓𝐞𝐫𝐠𝐨𝐫𝐞𝐬 𝐬𝐞𝐝𝐢𝐤𝐢𝐭 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐦𝐚𝐭𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧."
SUDAH TERBIT DI @PENERBITKEJORA_
🛡 ADELARD CLAN | 1 🛡
🚫PLAGIAT = KU SANTET🚫
(Jangan lupa vote, komen, dan follow!)
🚫BEBERAPA PART DI HAPUS UNTUK KEP...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Joven berjalan melangkahkan kakinya ke arah taman rahasia yang sebelumnya ia persembahkan untuk Stefanie.
Ia celingak-celinguk mencari keberadaan gadisnya. Dimana dia?
Saat melihat ke sudut taman, matanya menangkap sosok gadis yang ia cari tengah bermain dengan gumpalan bulu yang amat ia sayang.
Stefanie kembali bertemu dengan Cila. Ternyata selama kepergian Stefanie, Joven mencari keberadaan Cila dan membuatkan kucing itu rumah di dalam taman rahasia itu.
"Babe?"
Stefanie mendongak dengan senyum manis di wajahnya. "Ayo masuk!" Ajak Joven.
Joven yang uluran tangannya tak mendapatkan balasan akhirnya mendapati Stefanie tengah menunduk sambil merengut karena harus berpisah dari Cila kembali.
Joven terkekeh kecil. Ia kemudian berlutut di hadapan Stefanie dan mengangkat dagunya. "Rumahnya disini, babe. Kau bisa mengunjunginya kapanpun."
Stefanie mengangguk dengan berat hati. Tapi bagaimana lagi, Safira alergi pada kucing. Kasihan dia.
Stefanie merentangkan tangannya. Joven yang mengerti maksud Stefanie langsung mendekat dan membiarkan tunangannya itu melilitkan tangan dan kakinya di tubuh kekar miliknya.
Selama perjalanan dari taman menuju kamar, Joven tak sekalipun melepaskan pandangannya pada gadis di depannya ini. Wajahnya terlalu cantik dan imut untuk di abaikan.
"Joven?"
"Ya?"
"Mmm, aku.." Stefanie menggantungkan ucapannya membuat Joven penasaran.
"Kenapa, babe?"
"Apa aku boleh bertemu papa? Aku kangen."
Joven menarik dua sudut bibirnya menjadi senyuman. "Tentu. Tapi biarlah dia yang kemari. Aku akan kirimkan orang untuk menjemputnya."
"Benarkah?"
Joven mengangguk membuat Stefanie kegirangan. "Yey!"
Joven meletakkan perlahan Stefanie ke atas kasur beraroma baccarat itu. "Tidurlah! Aku akan mandi sebentar."
Stefanie mengangguk patuh. Ia segera menarik selimutnya. Joven perlahan membuka kancing atasnya. Ia mengambil segelas air putih yang ada di atas nakas dan meneguknya sedikit untuk menghilangkan dahaga yang sedari tadi ia rasakan.
Saat akan beranjak, Joven merasakan sesuatu yang aneh. Ia yang belum menelan air tersebut segera memuntahkannya kembali ke dalam gelas.
Stefanie yang sudah mulai masuk ke alam mimpinya harus bangun kembali ketika Joven dengan kasar menarik selimutnya dan mencengkram lengannya dengan kuat.
"Awhss, Joven?"
"Joven kenapa?"
Joven tak menggubris semua rintihan Stefanie, ia menyeret Stefanie yang tak tahu apa-apa itu keluar dari kamar dan mendorongnya kasar.