"𝐃𝐢𝐚 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐤𝐮. 𝐓𝐞𝐫𝐠𝐨𝐫𝐞𝐬 𝐬𝐞𝐝𝐢𝐤𝐢𝐭 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐦𝐚𝐭𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧."
SUDAH TERBIT DI @PENERBITKEJORA_
🛡 ADELARD CLAN | 1 🛡
🚫PLAGIAT = KU SANTET🚫
(Jangan lupa vote, komen, dan follow!)
🚫BEBERAPA PART DI HAPUS UNTUK KEP...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bagaimana bisa dia tidak ada di sana?"
"Aku tak mau tahu, segera cari dia, atau nyawamu gantinya!"
"B-baik, Boss."
tut..
"Joven papa dimana?.. hiks..cari papa!"
Stefanie khawatir setengah mati, baru saja Joven mendapat telfon dari anak buahnya jika sang papa sudah hilang dan tidak tau ada dimana.
Stefanie terus saja menangis sambil menarik-narik lengan jas milik Joven.
"Shht, babe. Ayahmu akan baik-baik saja. Jangan menangis ya!" Pinta Joven.
Melihat tunangannya yang menangis semakin keras membuat Joven ikut merasakan sakit. Ia kemudian menarik Stefanie yang duduk di sebelahnya menuju ke pangkuannya.
Joven mengusap air mata Stefanie dan mengecup kedua mata sembab itu.
"Jangan membuatku sakit, sayang!"
"Papa mana? Kalau ada apa-apa bagaimana, Joven?"
"Dia pasti baik-baik saja. Aku akan ikut mencarinya. Hust.. cup.. cup.. cup.. Jangan menangis lagi!"
Stefani berhenti menangis menyisakan sesenggukan yang membuatnya sesak dan akhirnya terbatuk.
uhuk.. uhuk..
Joven dengan segera meraih air di depannya lalu memberikannya pada Stefanie. Stefanie menggeleng.
Batu sekali gadis ini. Joven yang masih melihat Stefanie terbatuk akhirnya melakukan cara lain.
Joven meminum air tersebut, menyimpannya di mulutnya dan meraih tengkuk Stefanie. Ia menyalurkan air itu lewat mulutnya sendiri yang tak mungkin ditolak oleh Stefanie.
Stefanie selalu saja terlena dengan yang Joven lakukan hingga tak sadar air itu sudah terteguk ludas.
"Jangan batu, babe!"
"Hiks..maaf.."
Joven tersenyum dan mengecup kembali bibir merah itu. Ia kemudian menoel hidung Stefanie.
tok! tok!
Joven dan Stefanie menoleh ke arah pintu. Itu Aaron.
Joven menaikkan satu alisnya dengan maksud bertanya 'ada apa?'
"Aku telah menemukan pelakunya."
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
Aaron dan Joven melangkah beriringan menuju ke ruang bawah tanah, tempat biasanya mereka melakukan eksekusi.
"Bagaimana kau bisa menyimpulkan dia pelakunya?" Tanya Joven.
"Biasa, pengkhianat amatiran tak pernah memastikan situasi bukan? Aku memergokinya menelfon seseorang dan membahas tentang obat itu." Balas Aaron.