ADELARD | 21

156K 11.3K 738
                                    

"Babe, please wake up! "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Babe, please wake up! "

Dokter pribadi milik Joven baru saja selesai memeriksa keadaan Stefanie. Ia baik, hanya saja keadaannya sedang tertekan sehingga membuatnya stress. Joven kini meminta semua untuk keluar dari kamarnya dan tidak boleh ada yang mengganggunya. Ia ingin menghabiskan waktunya dengan Stefanie.

Jujur, Joven mencintai Stefanie. Tapi... Ah, sudahlah tentu kalian tahu kenapa dia sekarang berubah bukan? Joven tak tahu jika Stefanie akan keluar dari kamar. Ia membuat kamarnya menjadi wangi coklat dengan tujuan agar Stefanie nyaman, tapi ternyata tidak.

Joven kini memeluk Stefanie yang masih terbaring lemah. Tak berapa lama, ia merasa ceruk lehernya basah. "Aku membencimu!" isak Stefanie.

"I'm sorry, babe."

"AKU MEMBENCIMU! KAU PEMBUNUH!" maki Stefanie sambil memukul dada Joven dengan keras. Joven membiarkan Stefanie melakukan hal itu. Ia salah dan ia mengakuinya. Sungguh mudahnya ia mengatakan maaf setelah semua itu ia lakukan.

"AKU BENCI PADAMU! BUNUH SAJA AKU! AKU INGIN IKUT MAMA!"

Kata-kata yang dilontarkan Stefanie membuat Joven emosi. Ia kemudian membungkam mulut Stefanie dengan bibirnya. Beberapa detik hingga Stefanie mulai kehabisan napas dan tubuhnya melemas. Joven melepaskan tautan itu dan meremas pinggang Stefanie hingga sang empu merintih sakit.

"Akh.."

"Jangan pernah mengatakan hal itu lagi di depanku. Aku membenci kata-kata itu."

"KENAPA KAU MEMBUNUH MAMA? KENAPA KAU MEMBENCIKU JUGA PAPA?"

"Aku mencintaimu."

"NO!" putus Stefanie.

Stefanie mendorong kuat tubuh Joven sehingga kali ini ia bisa terlepas. Ia dengan segera membuka voice lock pintu. Ketika Stefanie membuka pintu itu, tepat saat itu juga Safira menggebrak pintu hingga Stefanie terhuyung jatuh ke belakang. Safira yang masih dengan wajah yang pucat karena sakit langsung mencengram kasar rambut Stefanie.

"Akh..."

"MATI SAJA KAU GADIS SIAL! AKU SUDAH MUAK MELIHATMU DISINI!"

"SAFIRA!" pekik Joven berusaha melepaskan tangan Safira dari rambut Stefanie. Entah kenapa ia tak berani untuk bermain kasar pada Safira.

Alexi dan Aaron yang mendengar kegaduhan di kamar Joven segera menghampiri. "HEII!! DASAR GADIS GILA! LEPASKAN TANGANMU DARI ADIKKU!"

Aaron membantu Alexi menarik Safira namun hasilnya tetap nihil. Cengkraman nya begitu kuat. "KAU INGIN TAHU KENAPA KAMI INGIN MEMBUNUH AYAHMU BUKAN? HAH?"

"DIA PEMBUNUH! DIA MEMBUNUH SAHABATKU DASAR KAU SIALAN!"

"SAFIRA CUKUP!" elak Joven dan Alexi.

"DIA AMBIL KEHORMATAN SAHABATKU LALU MEMBUNUHNYA. SAHABATKU, EDELLYN ADELARD. ADIK DARI JOVEN ADELARD!"

Stefanie membeku di tempat. Dirinya serasa di cambuki. Ia merasa seperti mati rasa padahal tangan Safira masih bermain kasar di rambutnya. Ia kemudian menatap Joven masih dengan tubuh yang terguncang karena Safira. "Jadi karena itu kau membawaku kesini? Untuk balas dendam? Apa cinta yang selama ini selalu kau tunjukkan itu hanya sebuah permainan belaka?"

"IYA! TAK ADA CINTA UNTUKMU WANITA SIAL!" ketus Safira.

"No, babe. Aku mencintaimu. Aku tidak dendam padamu. Aku mohon jangan berpikir seperti itu." jelas Joven sambil berusaha mendorong Safira agar melepaskan Stefanie.

Alexi sudah tak tahan lagi melihat gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya menderita seperti itu. Ia dengan keras menubruk tubuh Safira hingga terjatuh dan mendorong Joven menjauhi Stefanie.

Ia menggenggam tangan Stefanie dan mengajaknya berlari. "LARI ALESYA! AYO!"

"Alexi, no!" pinta Aaron.

Stefanie bangkit dan berlari bersama Alexi. Ia sudah tak betah ada di lingkungan ini. Ia hanya ingin pulang, bertemu dengan papanya. Itu saja.

"ALEXI!" panggil Joven.

Mereka saling mengejar satu sama lain, bahkan bodyguard Joven juga ikut mengejar Alexi.
Setelah hampir mencapai gerbang, Alexi menengok kanan kiri tak menemukan adanya penjaga. Ia meminta Stefanie berlari keluar sementara dirinya berbalik dan menodongkan pistolnya. Menembaki setiap bodyguard yang mendekat padanya.

tin!
tin!
brak!

Sebuah mobil berlalu sangat kencang hingga menabrak tubuh mungil Stefanie .Joven merasa dunianya hancur. Gadis yang ia cinta kini berlumuran darah dan tergeletak di luar gerbang mansion dengan keadaan mengenaskan. "STEFANIE!!"

Joven berlari mendekati tubuh gadis yang merupakan segalanya baginya itu. Ia memangku kepala Stefanie di pahanya. Air mata mengalir dari pelupuk nya hingga mereka yang ada di sana bisa melihat bagaimana seorang boss mafia paling sadis dan ditakuti di dataran Amerika itu bisa meneteskan air mata . Mereka kini bisa melihat betapa berartinya Stefanie dalam hidup Joven.

"GO TO MY HOSPITAL NOW!"

Para bodyguard Joven langsung pontang-panting tidak karuan. Mereka langsung menyiapkan mobil dan penjagaan yang ketat. Safira masih berdiri di pintu mansion dengan ekspresi seperti merasa bersalah.

Sementara itu, Alexi diam ditempatnya menatap kepergian Joven yang membawa Stefanie bersamanya. Ia tersenyum smirk.

"Rencana berhasil."

"Aku keturunan Emilio. Bisa melakukan apapun untuk mendapat yang aku mau."

"Kalian ingin menyakitinya bukan? Selamat aku membantu menyakitinya tapi bersamaan dengan itu, aku juga menyakitimu."

"Kau sudah berani macam-macam dengan gadis yang sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Tak akan aku biarkan kalian bahagia."

"Kau akan hancur secara perlahan Joven. Seorang pria harus bisa teguh pendiriannya. Jika cinta, lanjutkan. Jika benci, tinggalkan. Dasar bodoh!" gumamnya dalam hati merasa bangga dengan rencananya yang mulus.

"Thank you.."

"... Bastian"

Bersambung..
Jangan Lupa Vote
••
Find Me On
IG : @mtyra18_
TikTok : @muttyara18_

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







ADELARD || mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang