Sekolah

2 0 0
                                    

"Kriiiiiiing!!" bunyi bell alarm menandakan istirahat makan siang.

Sudah sebulan Dipa menjalani sekolahnya, sejauh ini Dipa hanya asik membaca buku dan belajar.

"Dipa, ayo ke kantin laper nih tadi pagi kita cuma makan roti!" ajak Setyo.

"Ahh.. Iya, sama nih," tanggap Dipa.

Mereka berdua pun pergi ke kantin untuk makan siang.


Sesampainya disana, mereka berdua sudah ditunggu oleh trio anak nakal, Ervin, Ian dan Andira. Seperti biasa mereka akan mengganggu Dipa, agar tak betah bersekolah disini. Mereka menganggap sekolah ini hanya untuk anak - anak orang kaya saja, tidak untuk orang biasa yang sekarang malah menjadi Yatim Piatu.

"Hei Yatim Piatu, enak banget hidupnya enggak ada yang peduliin lagi kalau dia dipanggil guru BK, hahaha!" ejek Andira kepada Dipa.

Menanggapi omongan Andira, anak - anak yang ada di kantin itu menanggapi dengan tertawaan. Mereka tertawa bukan karena memang kemauan sendiri, tetapi takut oleh Andira, dimana kalau dia tertawa atau sedang mengejek orang, mereka yang ada di sekitarnya harus berada di sisinya agar tidak menjadi bahan Bully-an nya.

Dipa hanya terdiam tanpa menimpali, ia melanjutkan makannya. Tetapi saat ia melirik kearah Setyo, ia sudah akan naik pitam. Dipa pun langsung menepuk tangannya agar ia tidak melakukan hal yang membuat dirinya celaka. Setyo pun menghela nafas dan tidak jadi melawan.

"Eeeh, orang - orang ini kok enggak ngelawan ya, apa udah takut? Dulu kayaknya berani banget!" ucap kesal Andira.

Lalu, tiba - tiba tangan Andira akan menumpahkan makanan Dipa yang ada di mangkuk. Tetapi dengan sigap Dipa berhasil menghalau tangan Andira dan menghempaskan nya sampai Andira terjatuh kebelakang.

Orang - orang yang melihat itu pun langsung terkejut dan semuanya menundukan kepalanya. Andira pun merasa terhina karena telah dipermalukan oleh Dipa.

Dipa masih saja melanjutkan menikmati makannya. Ervin melihat itu kesal, seolah - olah ia merasa diremehkan dan sudah tak ditakuti lagi.

Ervin pun mendekati Dipa dan duduk disebelahnya, sementara Ian berdiri di belakang Dipa.

"Enak banget makannya, cobain dong boleh enggak?" ucap Ervin.

Belum saja Dipa membalas omongan nya, tangak Ervin mengambil mangkuk makanan Dipa dan berusaha untuk menumpahkannya ke baju Dipa. Tetapi Dipa melakukannya lagi, refleks yang ia lakukan saat ia memakai kekuatan SUKMA Randi Shakka. Naas yang ada di belakang Dipa adalah Ian, ia yang harusnya menahan Dipa agar tidak memberontak, malah terguyur kuah panas yang ada di mangkuk itu.

"Wuaaaahhhhh panaaaaaaaas!" teriak Ian yang tubuhnya terguyur kuah panas.

"Wah kok lu berengsek, ngapain malah ngelak!!" teriak Ervin kepada Dipa.

Ia juga mengepalkan tangannya dan segera melancarkan tinjunya kearah wajah Dipa.

Setyo yang melihat itu langsung menghalau serangan Ervin, tetapi Ervin menghempaskan tubuh Setyo hingga tersungkur.

Ervin kembali kearah Dipa, dan menyerangnya lagi. Tetapi sesaat akan mengenai wajahnya Dipa, tangannya malah terasa tertahan akan sesuatu. Ervin bingung dan kembali melakukan hal serupa, tetapi tetap aja tinju nya tak mengenai Dipa sedikit pun.

Mereka yang melihat semua itu, bahkan Dipa pun terkejut. Dipa merasa seperti ada tameng tak terlihat di sekujur tubuhnya.

Dipa pun pergi tanpa perlawanan serta Setyo mengikutinya dari belakang, mereka semua yang melihat Dipa menjadi sedikit takut. Memang sudah ada rumor kalau setelah Insiden Rumah Sakit itu, Dipa menjadi agak sedikit berbeda daripada sebelumnya. Ia terlihat menjadi lebih pendiam, penampilan dan pemikirannya menjadi sedikit lebih dingin.

Mereka berdua pergi ke UKS untuk membalut luka Setyo, walaupun tidak parah tetap saja harus diberikan obat luar. Mereka berdua pun mengobrol di ruangan tersebut.

"Sepertinya kamu harus cerita Dipa!" ungkap Setyo.

"Cerita apa, enggak ada lagi cerita yang harus aku ceritakan," jawab Dipa dingin.

"Semenjak hari itu, kau sedikit demi sedikit berubah, ada apa dengan kamu Dipa!" jelas Setyo dengan sedikit teriak.

"Akan ada saatnya kamu akan tau sendiri," ujarnya.

"Tadi itu apa? Jangan pura - pura kamu tidak tahu. Kenapa serangan Ervin seperti tidak mengenai wajahmu, padahal sudah jelas tidak ada penghalang apapun," tanya Setyo penasaran.

"K-kalau itu, aku juga tidak tahu apapun, mungkin hanya beruntung!" sangkal Dipa yang semakin tertekan.

"Apakah ini ada kaitannya dengan kamu masuk ke hutan waktu kita di makam Randi Shakka?" tanya nya lagi kepada Dipa.

"Itu tidak mungkin, bahkan aku pingsan saat di dalam hutan," sambil berkata ia pun berdiri dan berjalan menuju pintu keluar.

"Ayo, jam istirahat sudah mau habis, cepat masuk ke kelas!" ucap Dipa sambil berjalan tak menghiraukannya.

Didalam hati Setyo, ia memang mencurigai ada hal aneh dari dalam diri Dipa. Sahabat ceria yang ia kenal dulu sudah menghilang dari hadapannya, sekarang hanyalah Dipa yang serius dan berani menutupi masalahnya. Lelah memikirkan itu, lalu Setyo juga kembali ke kelas.

Guru pun masuk kedalam kelas, tetapi yang masuk bukan guru pelajaran spesifik, yang masuk adalah Ibu Intan Permata, wali kelas 11A.

"Kok bu Intan yang masuk, ada apa ya?"
"Waduh, kalau bu Intan, pasti ada sesuatu yang penting, yang mau disampaikan!" Gumam murid - murid setelah melihat Wali Kelas mereka yang memasuki kelas.

"Baik anak - anak, sejauh ini kalian tidak ada masalah apapun kan?" tanya guru itu kepada muridnya.

"Tidaaaak BU GUUURUUUU~!" jawab semangat murid - murid itu.

"Bagus, karena kita besok akan kedatangan murid pindahan baru, ayo tebak!" ungkap guru itu senang.

"Pasti laki - laki ganteng seperti pangeran!" ucap Andira dan teman - teman perempuannya.

"Enggak, pasti perempuan seperti putri yang butuh pangeran berkuda putih seperti ku!" ucap Ian, disusul perkataan anak murid laki - laki lainnya menyetujui.

Akhirnya, perseteruan antara murid pindahan perempuan atau laki - laki pun memanas, saling ejek dan lempar kertas pun terjadi.

"DIIIAAAAAAM!" teriak guru itu kesal.

Akhirnya mereka pun terdiam karena teriakan itu.

"Untuk apa kalian berseteru kalau ibu sudah tau kalau perempuan yang akan menjadi murid pindahannya!" ungkap ibu itu dengan bangga.

"HOREEEEEEEEE!!" teriak kegirangan semua murid laki - laki.

Disisi lain murid perempuan pun berwajah masam dan seperti tidak peduli.

"Untuk apa sih bu nerima murid perempuan lagi ke kelas ini, yang cantik nan rupawan cuma aku saja, enggak ada yang akan mengalahkan aku, paling juga anak baru itu buruk rupa mirip rakyat jelata, eewhh!" ungkap jengkel Andira dengan pernyataan ibu itu.

"Sadar diri Andira, kamu memang cantik, tetapi hatinya enggak!" ungkap Ian jelas.

Lalu semua murid pun tertawa keras, itu membuat Andira marah dan memukul Ian. Akhirnya perkelahian antara murid laki - laki dan perempuan pun tak terelakan kembali.

Bu Intan yang melihat hal itu pun, hanya bisa menepukkan tangannya ke keningnya lalu pergi keluar kelas.

Diantara kegaduhan tersebut, hanya Dipa yang tenang dan menghiraukan itu semua. Sesaat ia melihat dari jendelanya ada perempuan diluar sekolah memasuki mobil pribadi, di dalam hatinya mungkin itu adalah murid pindahan yang akan masuk ke kelas besok.

PERTAMA : SUKMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang