Liburan

4 0 0
                                    

"Didi! Benar ya kita liburan bersama? ajak Setyo sekalian!" ucapnya kepada Dipa di telpon.

"Oke, akan ku usahakan!" jawabnya lalu mematikan telpon itu.

Dipa pun merenung dikamarnya, mengingat beberapa bulan kemarin, ia mengalami hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dan tak terasa kalau pergantian tahun pun sebentar lagi. Dipa keluar kamarnya untuk mengabarkan Setyo yang diajak liburan.

Tetapi sesaat Dipa di depan pintu kamar, ia mendengar Setyo berbicara disebuah telepon dengan seseorang, dan suaranya pun seperti melirih sedih.

Setyo pun keluar kamarnya, dan melihat Dipa sudah menunggu nya di kursi.

"Sepertinya liburan tahun ini aku akan pulang, Dipa. Tadi aku ditelpon oleh orang kampung kalau orang tua ku sakit keras!" ucapnya ia bersedih.

Dipa yang tak tega melihat sahabatnya yang bersedih itu, berkata akan ikut dengan dirinya ke kampung halaman Setyo.

Setyo lahir di Pulau Jabanara tetapi ia sekolah di sini, Pulau Samattara lebih tepatnya provinsi Lappo, lalu ia hidup dengan pamannya, tetapi ia selalu dimarahi oleh pamannya dan sering diusir karena hal - hal sepele. Disaat Dipa sendirian, ia pun menawarkan diri untuk merawat rumah Dipa dan menemani nya, Dipa pun setuju dengan hal itu. Dan sampai sekarang ia tinggal disini.

"Jangan merasa kasihan padaku, kau disini saja, mungkin saja Ziani akan mengajak mu liburan?" ucapnya menebak hal itu.

"Ya, tadi Ziani menelpon dan mengajak kita untuk liburan, tapi karena hal ini, sepertinya aku batalkan saja dan ikut denganmu menjenguk orang tuamu, ini juga bisa dianggap liburan kan, aku sudah lama tidak melihat alam perkampungan!" ungkap Dipa semangat.

Setyo pun hanya bisa mengiyakan ucapan Dipa, karena ia tahu betul Dipa akan terus memaksanya ikut ke kampung halamannya.

"Halo Zizi, sepertinya kita tidak ikut dalam liburan mu," ucap Dipa memberitahu.

"Kenapa? Apa kamu tidak suka?" tanya Ziani sedih.

"Kami berdua akan pergi ke kampung halaman Setyo, untuk menjenguk orang tuanya yang sedang sakit, jadi kapan - kapan saja ya, kita liburan!" ungkapnya memberi alasan kepada Ziani.

"Aku IKUT!" ucap Ziani tegas.

Dipa yang mendengar hal itu pun langsung menepuk wajahnya, karena tidak mungkin membawa perempuan ke perjalanan yang jauh.

"Jangaaan, nanti aku bisa kena marah oleh keluargamu," sambil merasa panik.

"Pokoknya ikut! Orang tua ku pasti mengizinkan, apalagi pergi untuk menjenguk keluarga Setyo yang sakit!" tegasnya lagi memaksa.

"Kapan kalian berangkat? Aku akan belikan tiketnya!" lanjut Ziani.

"Ehhh.. Jangan membuat repot kami, kami ada kok ongkos untuk pergi kesana!" timbalnya menolak.

"Kalian itu ya, sudah ditolong harusnya berterima kasih, kalian itu harus menghemat!" ucapnya memarahi mereka.

Dipa dan Setyo yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum pasrah, dan merasa bersyukur sudah diberikan sahabat yang sangat perhatian.

"Terima kasih, Zi. Perbuatanmu ini akan selalu menjadi hutang budi kami kepada mu!" ucap Dipa melankolis.

"Apaan deh, cuma begitu doang kok, sudahlah aku akan meminta izin kepada ayah dan ibu ku. Setelah itu aku akan menelpon lagi!" ucap Ziani.

Mereka berdua pun mencari tanggal untuk keberangkatan, dan sepakat untuk berangkat di tanggal 28 desember, 2 hari dari sekarang.

=================
Hari keberangkatan
=================

PERTAMA : SUKMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang