Desa Sewu Ulo

1 0 0
                                    

"Adik - Adik mau ngapain ke desa itu?" tanya bapak itu penasaran.

"Kita mau menjenguk orang tua teman kita yang sakit!" jawab Dipa.

"Itu yang duduk dibelakang?" tanya nya lagi.

"Iya, dia berasal dari desa tersebut," jawabnya lagi.

Lalu bapak itu pun terdiam saat memasuki hutan yang sangat lebat. Ziani yang melihat pemandangan alam yang jarang ia temui, sangat membuat dirinya senang.

Jalan yang mereka lewati hanyalah jalanan tanah dan tak terlalu lebar, di selimuti hutan yang sangat tinggi hingga matahari pun tidak terlihat, dan tempat ini menjadi agak gelap karena kurangnya sinar matahari.

Lama kelamaan Ziani mengantuk sehabis melihat pemandangan. Lalu Dipa pun mengarahkan kepalanya ke pundaknya agar ia bisa tertidur. Setyo yang sedari tadi hanya terdiam, membuat curiga Dipa.

"Ini lagi, jangan melamun, orang tuamu pasti tidak apa - apa, mereka pasti sehat!" ungkap optimis Dipa.

"Tentu saja, kawan, karena sebentar lagi kita akan sampai!" ujarnya sambil menatap kearah depan.

Terlihat dari kejauhan bangunan - bangunan kayu yang lusuh. Desa itu berada sangat jauh di kedalaman hutan, dan tidak banyak rumah warga yang ada disitu.

Sesampainya di depan pintu masuk desa, bapak itu pun berhenti sejenak.

"Mau kerumah siapa?" tanya nya.

"Rumah Pak Karyo, kepala desa!" ucap Setyo menjawab.

Lalu pak kusir itu pun menyuruh kudanya berjalan lagi dengan pelan. Dipa yang sedari tadi memperhatikan rumah - rumah yang berada di situ pun, hanya memperlihatkan kesunyian seperti tak ada penghuni nya.

Tak lama, mereka pun sampai di depan rumah tujuan. Ada beberapa orang yang sedang duduk di teras rumah tersebut. Mereka menyambut Setyo dengan tangis, mungkin karena sudah lama ia tidak pulang ke kampungnya hingga kerabatnya pun bersedih bahagia saat melihatnya.

Lalu Dipa dan Ziani pun di sambut lelaki dan perempuan, lalu mereka memperkenalkan diri, ternyata itu adalah Naryo, kakak Setyo dan istrinya bernama Gendis.

Mereka pun dipersilahkan duduk dan akan disiapkan minuman dan makanan. Ziani sedari tadi asik menatap setiap sisi rumah tersebut.

"Keren, seperti di film - film sejarah, kukira rumah seperti ini sudah tidak ada lagi!" ungkapnya bergumam sendiri.

"Maaf ya, kami hanya bisa memberikan kalian ini, ayo jangan sungkan untuk dimakan dan diminum!" ungkap Gendis mempersilahkan mereka untuk menjamu.

Dipa hanya mengangguk dan tersenyum, dengan ucapannya, tetapi disisi lain Ziani lah yang sangat antusias dengan makanan yang seperti nya ia tidak pernah makan.

"Didi ini buah apa? Terus ini yang putih kok seperti tau!" ungkap Ziani sambil menekan - nekan makanan tersebut.

"Heeh, kamu itu, kalau mau makan saja. Itu yang kamu pegang namanya singkong dan yang kulitnya berwarna merah adalah mantang atau ubi jalar! Semuanya enak," ungkap Dipa menjelaskan.

"Ini singkong? aku tau nya keripik singkong, ternyata begini bentuk singkong yang masih utuh!" ujarnya akan memakan itu.

"Dasar tuan puteri!" ucap Dipa kesal.

Ziani terlihat sangat lahap memakan makanan itu, wajahnya menunjukan kalau dirinya sangat suka dengan kedua ubi - ubian itu.

Hari pun semakin gelap, lalu Naryo menghidupkan obor yang berada di depan rumah. Lagi - lagi Ziani terkejut dengan hal itu, baru kali ini ia akan tinggal sementara hanya dengan obor.

PERTAMA : SUKMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang