Dipa merasa aneh, kenapa harus berlari keluar rumah padahal rumahnya begitu besar dan semuanya terpagar tinggi, sehingga tidak mungkin untuk nya kabur. Tetapi saat mereka ke arah pintu pagar menuju keluar, Satpam tidak melihat ada Ziani kesitu.
Dipa pun mengelilingi rumah itu, ternyata di belakangnya ada taman yang lebih indah dari taman dihalaman depan rumahnya. Disitulah ia melihat Ziani sedang bermain dengan para kupu - kupu yang hinggap di bunga - bunga yang sedang bermekaran di pagi hari.
Dipa tersadar, kalau sahabatnya itu memanglah sangat anggun dan cantik. Pantaslah menjadi bahan rebutan para murid laki - laki sekolahnya.
Dipa pun mendekatinya perlahan, agar tidak terlalu mengganggu nya bermain dengan para kupu - kupu yang membuatnya menambah cantik.
"Maaf, kalau aku membuat kamu dan ayahmu bertengkar, Zizi!" ucapnya pelan.
"Bukan salah kamu, memang ayahku yang bodoh karena mudah tersulut emosi dan terlalu cepat menafsirkan sesuatu," jawabnya sambil menatap Dipa.
Dipa yang tak tahan melihatnya karena kecantikannya terlalu menyilaukan mata. Tiba - tiba saja hatinya berdegup kencang dengan sendirinya. Ia pun panik dan mencoba menghentikan degupan yang semakin kencang itu.
Ziani yang melihat itu terlihat mengkhawatirkan Dipa kalau terjadi apa - apa.
"Kamu enggak apa - apa kan Didi?" genggamnya tangan Dipa erat.
Bukannya menambah Dipa tenang, ia malah membuat Dipa semakin salah tingkah dan pergi berjalan agak menjauh darinya.
Ziani merasakan ada hal aneh dengan Dipa, ia pun mendekatinya dari belakang. Dipa yang menyadari itu menanyakan kenapa Ziani mengikuti nya.
"Kamu kenapa seperti takut sama aku?" tanya nya
"Di wajah ku ada apa Dipa kamu sampai takut begitu!" lanjutnya bertanya penasaran sambil meraba - raba wajahnya sendiri.Dipa bingung akan menjawab apa, ia pun tidak percaya akan merasakan hal ini saat melihat sahabatnya itu.
"Emm.. Anuuu... Zizi, tidak ada apa - apa kok di wajahmu, hanya saja, wajahmu terlihat sangat cantik saat dilihat dari dekat," Dipa pun langsung berbalik badan setelah mengucapkan hal itu.
Ziani yang mendengarnya pun langsung menundukan kepalanya. Dipa menengok karena penasaran dengan reaksi dari Ziani. Tetapi Ziani malah menundukan kepalanya, hal itu membuat Dipa merasa bersalah karena telah mengatakan hal aneh.
"Zizi, maaf sudah mengatakan hal aneh kepadamu," ungkapnya panik melihat Ziani begitu.
Lalu Ziani pun menunjukan wajahnya yang memerah, bahkan kedua matanya akan mengeluarkan air mata.
"Setelah mengatakan hal itu, kau meminta maaf? Dasar tidak bertanggung jawab! Hummpt!" jawab kesal Ziani sambil berjalan masuk kedalam rumah.
Mereka berdua pun sudah masuk kembali kedalam rumah, ibunda Ziani sedang menunggu diruang keluarga sedang bermain - main dengan adik kembar Ziani.
Ibunda Ziani pun menanyakan kenapa Ziani terlihat kesal dan marah. Lalu dijawab dengan Dipa dengan malu - malu apa yang terjadi dengannya dan Ziani tadi. Sontak saja Ibunda Ziani tertawa terpingkal - pingkal diikuti anak kembarnya itu yang mungkin masih berumur 3 tahun.
"Ada - ada saja kamu ini, tunggu saja sebentar lagi, dia akan turun sendiri mencari makanan. Kalau dia sehabis marah - marah dan sebal pasti lapar lalu mencari makanan di dapur." ungkap ibunda Ziania.
15 menit lamanya ia menunggu sambil berbincang - bincang dengan Ibunda Ziani, benar saja yang ditunggu - tunggu keluar juga dari kamarnya, menuruni anak tangga dan menunju ke dapur.
Dipa tidak bisa memandangi nya lagi seperti biasa, begitu pun juga dengan Ziani. Ibunda nya yang melihat hal itupun malah mengompori hal itu.
"Ihh ada apa nih dengan kalian, enggak saling pandang gitu, tapi dalam hati ingin dekat, cieee cieee!" goda Ibunda nya kepada mereka berdua.
"laut weißt du!" saut Ziani menggunakan bahasa jerman.
"Das Kind der Mutter hat angefangen, solche Liebe zu empfinden!" jawab ibunya menggunakan bahasa yang sama.
Dipa yang sedari tadi mendengarkan percakapan orang tua dan anak itu tidak mengerti, karena menggunakan bahasa jerman.
"Maaf ya nak, kami begitu kalau saling tengkar pasti pakai bahasa asing," ujarnya meminta maaf kepada Dipa.
"Ahh.. Tidak apa - apa kok bu!" timpal Dipa menjawab.
"Iiihh.. Kamu udah berani ya manggil - manggil ibu," godanya lagi kepada Dipa, dan Dipa pun hanya tersenyum.
Lalu Ibunda Ziani pun pamit untuk pergi, karena kedua anak kembarnya itu mengajak bermain diluar rumah.
Hanya tinggal berdua saja mereka di ruang keluarga itu. Suasana canggung berada disekitar mereka, lalu akhirnya Dipa pun membuka suaranya.
"Zizi, aku berbicara tadi itu hanya refleks ku melihat dirimu," ucapnya canggung.
Ziani masih saja berdiam diri, dan asik dengan makanannya yang ada ditangannya.
Akhirnya mereka berdua pun sama - sama berdiam diri sampai satu jam lamanya. Dipa berkali - kali melirik Ziani yang tertawa saat melihat acara di tv.
Sampai akhirnya Ziani pun menjawab perkataan Dipa yang ditanyakan satu jam lalu.
"Aku juga minta maaf, aku cuma malu aja dengar hal itu dari kamu langsung. Soalnya sekarang kamu beda banget sama saat kamu masih TK dulu," ujarnya sambil menutupi wajahnya.
"Aahh.. Begitu, tak apa aku juga minta maaf!" ucapnya sambil menunjukan sikap minta maaf.
"Disaat kamu ngucapkan hal itu, aku langsung teringat saat di taman bermain kalau kamu mau menikahi ku!" ungkapnya semakin ia menutupi wajahnya keseluruhan.
Dipa yang mendengar hal itu pun, langsung teringat masa lalu nya saat masih TK selalu bermain dengan Ziani di taman bermain kota.
===============
8 tahun yang lalu
===============
Disebuah taman bermain yang terletak di kota"Didi ayo kita naik itu!" tunjuknya kearah ayunan.
"Iya!" berlari menuju ketempat yang ditunjuk.
"waaaa asiiik, kita kayak terbang ya!" ucap nya sangat senang bermain ayunan.
"Zizi, jangan begitu nanti kamu jatuh!" ujarnya memperhatikan temannya itu.
Ziani kecil tetap saja tak mengindahkan omongan Dipa, ia selalu saja membuat tubuhnya terlalu condong kebelakang. Karena Ziani kecil yang selalu ceroboh, hal yang tak diinginkan nya pun terjadi, ia terjatuh dari ayunan dan menangis.
Dipa pun langsung menolong Ziani kecil yang menangis keras seperti tak mau berhenti. Dipa pun mencoba cara apapun untuk mendiamkannya, lalu dengan beraninya ia mengucapkan hal sakral kepada anak perempuan.
"Zizi, kamu jangan nangis! Nanti kalau sudah besar kita akan menikah, jadi berhenti menangis!" ucapnya mengatakan hal yang tidak selayaknya anak umur segitu katakan.
Ziani kecil pun mulai berhenti menangis, dan menatap Dipa yang sedang didepannya berlagak sok menjadi penolong Ziani di masa depan.
"Benarkah? Kau mau menikahi ku, Didi?" tanya nya membuat tangisnya berenti.
"Iya, aku janji, ayo buat janji jari kelingking!" ucap Dipa sambil mengacungkan jari kelingking nya.
Ziani kecil pun mengikat jari kelingkingnya dengan jari kelingking Dipa, mereka membuat janji yang hanya bisa dilakukan oleh anak - anak, lalu mereka pun tertawa riang dan melanjutkan bermain dengan Dipa yang memperhatikan Ziani kecil agar tidak terluka kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA : SUKMA
FantasyCerita ini bermula, Dari seorang anak SMA yang di takdirkan untuk mengemban tugas melindungi bumi dari ancaman berbahaya. Dibantu dengan sahabat - sahabatnya, ia akan membasmi apa yang menghalanginya. Pertama SUKMA akan menjadi novel pembuka untuk s...