Tak Akan Selesai

2 0 0
                                    

"Dipa!!" teriak Setyo melihat Dipa di kepung oleh para anak berandalan.

Pak supir yang melihat Ziani sudah lusuh dan kotor pun menangis histeris.

"Non Zia, Haduuh Non kok sampe begini, maafin bapak yang enggak bisa nyelametin kamu ya!" ungkap bapak itu sambil menangis.

Bapak itu pun melepaskan ikatan tangan dan kain di mulut yang menyumpal.

Setelah itu mereka pun pergi, menyisakan Setyo dan Dipa dengan segerombolan anak berandal. Dipa yang melihat tatapan mata serius Setyo terhadap mereka, membuat Dipa merasa kalau dirinya memang butuh sesosok sahabat disisinya, itulah kenapa sekarang Dipa tidak akan menyuruh Setyo untuk pergi.

"Sahabat, tolong jangan buat aku kesusahan ya!" senyum Dipa sambil mengatakannya.

"Begitukah ucapan mu setelah membutuhkan bantuan ku?" gumam Setyo.

Mereka berdua pun berlari dan menghajar gerombolan anak berandalan itu sampai mereka semua kapok. Hasilnya, Setyo yang tidak seperti Dipa pun memiliki wajah yang bonyok terkena tinju beberapa anak berandal itu.

Setyo yang jalannya terhuyung - huyung dan seakan ingin terjatuh itu, tiba - tiba Dipa memegang tubuhnya dan membopongnya sambil berjalan keluar bangunan itu.

Sampainya diluar, ia sudah ditunggu oleh pak supir dan Ziani. Ziani pun berlari kearah Dipa dan Setyo lalu memeluk mereka berdua sangat erat. Mereka berdua terlihat senang sambil tertawa - tawa sedangkan Ziani hanya menangis histeris.

"Non Zia, ayo cepat pulang. Tuan dan Nyonya pasti sangat khawatir. Ayo non!" perintah pak supir itu.

"Tapi, Pak Badrul, ajak mereka juga agar mereka di rawat oleh pelayan rumah! Ayo kalian berdua masuk!" ajak Ziani.

"Baiklah Non, jika non mau nya begitu! Bagaimana pun juga mereka sudah menjadi penyelamat non Zia," ungkap bapak itu sambil tersedu - sedu.

Akhirnya Ziani, Dipa, dan Setyo pun pergi kerumah Ziani untuk mendapatkan perawatan. Walaupun sudah ditolak berkali - kali oleh Setyo, tetapi Dipa khawatir kalau lukanya tak segera diobati akan menjadi masalah nantinya.

Mereka pun sampai di kediaman keluarga Rich. Mereka berdua sangat terkagum melihat rumahnya seperti istana. Rumah cat putih megah dengan taman di halaman depannya, bahkan ada pos untuk pemeriksaan kalau ada orang yang hendak masuk kerumah itu.

Mereka pun di antar sampai ke pintu depan rumah Ziani, saat baru turun terbuka pintu depan rumahnya, ada beberapa orang yang keluar, bisa ditebak itu adalah Tuan dan Nyonya pemilik penghuni istana ini dan beberapa Asisten Rumah Tangga nya.

"ZIAANIIII!" teriak seorang wanita dari kejauhan.

"IBUUUUU!" tangis Ziani.

Ternyata itu adalah Ibundanya, karena sudah lama tidak bertemu Dipa pun tidak terlalu mengenali wajahnya, bahkan Ibunda Ziani pun serupa.

Tiba - tiba saja aura mengintimidasi terasa diantara Dipa dan Setyo, sesosok pria yang mengikuti dari belakang itu menatap mereka berdua penuh curiga. Tatapannnya membuat nyali mereka akan hilang.

"Jadi Pak Badrul, kenapa anak kesayangan saya menjadi seperti ini?" ujar ayahnya angkuh.

Pak Badrul, si supir mendekati tuannya tersebut, ia pun meminta maaf sampai bertekuk lutut, kalau ia lalai tidak tepat waktu menjemput Ziani.

"Kau sudah tidak kompeten, masih saja merengek! Kau kupeca-!" tiba - tiba omongannya terpotong karena Dipa mulai bicara.

"Tidak pak!" ucap Dipa.
"Saya minta maaf kalau memotong pembicaraan Bapak, bukan Pak Badrul yang harus disalahkan, tetapi aku yang meminta Zizi untuk menemani ku mengobrol sebentar di halte sampai bis datang, itulah kenapa Zizi meminta Pak Badrul untuk menjemput nya telat 10 menit!" ungkapnya berani sambil menatap mata ayah Ziani.

"Ohh.. Bocah kau bicara apa tadi!? Kau siapa bisa - bisanya memanggil putri ke begitu?" tanya nya angkuh sedikit emosi.

Sedang bertatap - tatapan, tiba - tiba Ibunda Ziani terpantik karena sebutan Zizi, ia pun ikut masuk kedalam pembicaraan.

"Kamu? Hanya satu orang memanggil Ziani seperti itu, apa kamu putra Pak Djaja Agung dan Ibu Dewi?" ungkapnya terkejut.

Lalu Ziani pun membalas, "Iya bu, dia Didi, sahabat sewaktu aku TK dulu!" ujarnya membenarkan omongan ibundanya.

Ayahnya yang mendengar itupun agak melonggar sedikit, tidak terlalu menatap seperti ingin mencekik mereka. Setyo yang tidak tahu menahu pun hanya bisa menundukan kepalanya melihat pertingkaian dan reuni keluarga ini.

"Paah, mereka sudah menyelamatkan anak kita, biarkan mereka dirawat dulu oleh asisten, setelah itu kita akan bicara lagi nanti!" ucapnya memberikan saran.

"Terserah, kalau itu mau mu! Aku akan mencari siapa yang salah diantara kalian, tak ada ampun bagi yang sudah mencelakai putri ku!" ungkapnya memberi peringatan.

Mereka berdua pun diantarkan ke ruang tamu, untuk membasuh badan dan lukanya diobati, walaupun yang terluka hanya Setyo seorang. Mereka diberikan Baju khusus seperti layaknya orang - orang konglomerat diluar sana. Lalu mereka pun dibiarkan untuk istirahat malam ini.

==========
Pagi Hari
==========

"Tuk, tuk, tuk!" suara pintu diketuk oleh seseorang.

"Nak Dipa dan Setyo, Tuan Rich memanggil anda untuk segera pergi ke ruang makan!" ucapnya memberikan perintah.

Dipa mendengar hal itu, dan melihat Setyo yang rasanya masih butuh istirahat, tak tega ia bangunkan. Ia pun bergegas mengganti pakaian dan segera pergi ke ruang makan tempat mereka menunggu.

Diruang makan, Ayah, Ibu, Ziani dan ada 2 anak laki - laki kembar, kemungkinan itu adalah adiknya Ziani. Melihatnya dari kejauhan, Ziani melambai - lambai kan tangannya untuk memberi tahukan kalau ia menunggu nya.

Disamping Ziani yang ceria, ayahnya bermuka masam menatap tajam Dipa. Ia pun terkejut bukan main melihatnya, tetapi itu tak membuatnya merasa panik ataupun takut, begitu lah memang sesosok ayah yang harus melindungi anak perempuannya dan Dipa paham itu.

Dipa pun menyapa mereka semua penuh hormat, lalu dipersilahkan duduk. Ia ditanya perihal temannya, apakah ia baik - baik saja. Dipa pun menjelaskannya kalau sahabatnya itu, Setyo, baik - baik saja sekarang.

"Tak kusangka, kalau kita akan bertemu lagi, nak Dipa!" ujar ibunda Ziani.

"Ahh... Aku pun begitu, tidak percaya akan bertemu sahabatku lagi sebagai murid baru di kelas!" ungkapnya merasa senang.

"Namamu Dipa kan, apa benar kamu anaknya pak Djaja Agung?" tanya ayah Ziani yang ingin mengintrogasi.

"Iya pak, saya anak dari beliau," jawabnya spontan.

"Tapi kenapa mereka tidak perduli denganmu? Kau pergi dan belum kembali kerumah sekarang!" tatapnya mengintimidasi.

"A-Ayah.. Karena keluarga Dipa--" pembicaraan Ziani terpotong.

"Tak apa Zi, aku memang anak sialan, yang hanya bisa membawa mereka ke masalah dan akhirnya sekarang, mereka rela berkorban demi aku yang tidak berguna ini!" ungkapnya sambil menitikkan air mata.

Tuan Rich, ayahnya Ziani yang mendengar hal itu pun tak perduli dengan hal tersebut. Ia malah menganggapnya pembohong karena sudah berdrama.

Melihat itu semua Ziani berteriak dan memarahi ayahnya karena tak mau mendengarkan penjelasannya. Ia pun lari keluar rumahnya, melihat itu Dipa pun ikut mengejar di ikuti oleh ayahnya Ziani.

PERTAMA : SUKMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang