Ini Baru Awal

2 0 0
                                    

Saat Dipa mengingat kejadian di masa lalu, ia tiba - tiba merasa sangat malu dengan perbuatannya. Begitupun dengan Ziani yang terlihat wajahnya sangat memerah setelah mengatakan itu. Mereka berdua pun kembali dalam keadaan canggung.

Dipa akhirnya izin untuk kembali ke kamar untuk menengok Setyo, yang sedari tadi masih beristirahat.

"Heemmpt! Dasar cowok memang susah peka atau hanya bodoh?" ucapnya Ziani bergumam.

"Seenaknya bilang 'Kamu Cantik' begitu, enggak tau apa yang mendengarnya seperti mau meledak, bikin orang lain susah aja!" lanjutnya ngedumel dengan sikap Dipa.

=============
Dikamar tamu
=============

"Ceklek!" suara pintu terbuka.

Terlihat wajah Dipa yang pertama kali menampak, ia pun terkejut karena sahabatnya itu sudah duduk dipinggir kasurnya sambil melamun.

"Sudah bangun ternyata, kukira masih tidur, syukurlah kalau masih sehat!" ucap Dipa sambil berjalan kearah nya.

Setyo tidak menjawab perkataan Dipa, lalu Dipa duduk di kasurnya menghadap kearah Setyo dan memasang wajah serius.

"Maaf, sudah membuatmu seperti ini, setiap aku melakukan sesuatu, pasti kamu yang selalu berkorban, dan kamu yang terluka, maafkan aku, Set!" ungkapnya sambil menundukan kepalanya.

"Aku tau, kamu marah karena aku sudah kasar kepada kalian kemarin, aku sadar akan hal itu dan aku merasa salah, aku hanya ingin bilang, terima kasih karena sudah membantu ku selama ini!" ucapnya bersyukur.

"Itulah gunanya teman!" Setyo menjawab singkat.

"Kalau kamu sendirian, carilah teman yang siap membantumu, jika punya masalah carilah teman yang siap menyelesaikannya bersama, dan jika kamu tidak punya teman, aku akan selalu menjadi teman terbaikmu, ingat itu Dipa!" ungkap Setyo sambil tersenyum kearahnya.

Dipa yang mendengar itupun sedikit mengeluarkan air matanya, begitu juga dengan Setyo. Mereka berdua pun mengepalkan tangannya dan melakukan tos tinju, akhirnya mereka pun bersama kembali.

Dari luar, Ziani mengintip mereka berdua mengobrol, ia pun merasa senang setelah mendengar itu, ia merasa tenang melihat Dipa tersenyum kembali persis seperti dulu saat mereka masih kecil.

===============
Keesokan harinya
===============

Mereka bertiga kemarin absen sekolah selama satu hari, tak ada yang memberi keterangan kalau mereka izin karena sakit atau apapun. Akhirnya Dipa dan Setyo pun dipanggil keruangan kepala sekolah, kecuali Ziani.

Dipa dan Setyo sekarang berhadapan dengan Pak kepala sekolah yang sudah menunggu. Ternyata disitu sudah ada beberapa anak murid dan orang tuanya, kalau dilihat secara detail mereka adalah anak - anak yang kemarin menculik Ziani dan dihajar oleh Dipa dan Setyo.

Mereka berdua sudah tau apa yang akan terjadi, dan mereka pun hanya menghela kan nafas dan membuangnya berat, karena ini akan sangat melelahkan.

Benar saja, baru saja mereka masuk sudah dicibir dan dimaki - maki karena telah membuat anak mereka babak belur. Mereka berdua hanya tersenyum kecil karena takut dimarahi oleh pak kepala sekolah dan mereka tak ingin di skors.

"Kalian tau kenapa saya panggil?" tanya pak kepala sekolah.

"Tidak tau, pak!" jawab mereka berdua kompak.

Jawaban mereka membuat orang tua murid yang berada disitu geram, karena mereka berpikir kalau Dipa dan Setyo tak merasa bersalah atas perbuatannya ke anak - anak mereka.

"Dasar anak tak tau diri!"
"Panggil orang tua kalian! Dasar anak sialan!"
"Pasti dari keluarga miskin, makanya tidak punya rasa tanggung jawab!"
"Anak saya jadi seperti ini, beri saya kompensasi! Atau saya minta kepala sekolah mengeluarkan kalian!"

Beragam sorotan reaksi para orang tua setelah mendengar jawaban mereka. Dipa dan Setyo pun hanya bisa berdiam diri, mereka tau kalau mau menjawab jujur pun tak akan menghentikan mereka. Dipa pun tak ingin menyeret Ziani lebih jauh lagi dengan masalah ini.

Pak kepala sekolah yang mendengar keluh kesah para orang tua langsung menghentikan mereka, ia mendesak Dipa dan Setyo agar mengaku, kalau mereka berdua lah yang memukuli anak - anak mereka kemarin.

"Baik pak, saya akan berbicara!" ujar Dipa kepada pak kepala sekolah.

"Silahkan berbicara!" perintah pak kepala sekolah.

Dipa pun menjelaskan apa yang terjadi kemarin, mulai dari pesan sayembara untuk memukuli dirinya sampai penculikan Ziani dan penyekapannya di gedung tak terpakai. Ia juga menyebutkan kalau dalang dari perbuatan ini adalah Ervin.

Mereka semua terkejut karena masalah ini membawa - bawa nama putra bungsu dari Rasyid Zumar, pengusaha kontraktor terkemuka di Lappo. 90% gedung pemerintahan, taman, sekolah, mall, dan tempat - tempat umum lainnya di daerah Lappo dibangun oleh ayah Ervin, yang dimana pamannya adalah Wali Kota Bandar Lappo.

Setelah mendengar itu, mereka pun makin menyalahkan perbuatan Dipa dan Setyo karena telah melakukan hal yang tabu. Para orang tua murid pun mengusulkan untuk mengeluarkan kedua murid ini. Karena kalau sampai terdengar olehnya, mereka akan terkena dampak dari masalah ini.

Dipa pun tak ambil diam untuk perihal ini, karena pendidikan sahabatnya seperti telur diujung tanduk.

"Anak Bapak dan Ibu yang salah, kenapa teman saya yang terkena imbasnya, bahkan sampai ingin dikeluarkan dari sekolah?" ucap Dipa beragumentasi.

"Heeh anak tidak tau diri, makanya kalau sekolah itu yang bener ya, kalian itu sudah mencelakakan anak saya, anak saya yang tadinya ganteng mirip Lee MinHo kenapa kayak superdede sekarang?" ungkap seorang ibu - ibu marah kepada Dipa.

"Kalo itu sepertinya sudah bawaan dari lahir, bu!" sangkal Dipa dengan santainya.

"Benarkah?" tanya ibu itu penasaran sambil melihat ke wajah anaknya.

"Ahhh.. Tidak mungkin, ini pasti salah kalian! Pokoknya saya mau kamu dan anak satunya lagi dikeluarkan dari sekolah, saya tidak mau anak saya sekolah bersama dengan anak berandal seperti kalian!" ujar ibu itu meluapkan semua kekesalannya kepada mereka berdua.

Kemudian pak kepala sekolah pun merelai para orang tua dan Dipa yang sedang beradu argumen tersebut. Ia berkata sudah membuat keputusan dengan apa yang akan sekolah lakukan dengan masalah ini, terutama Dipa dan Setyo.

"Saya telah membuat keputusan bulat, apapun yang saya ucapkan tak akan bisa diganggu gugat, oleh siapa pun. Jadi kalian para orang tua dan terutama untuk Dipa dan Setyo, inilah nasib kalian!" ucap bapak itu seperti mengancam.

"Kalian berdua akan dikeluarkan dari sekolah ini, sekarang juga!" ungkap bapak itu berteriak.

Dipa yang mendengar hal itu pun shock dan merasa tidak adil, tetapi Setyo malah tersenyum seperti tidak ada penyesalan.

"Pak, apa - apaan ini? Kenapa kami dikeluarkan dari sekolah? Ini sungguh aneh, mereka yang salah kenapa kami yang dikeluarkan!" ucap Dipa frustasi.

"Jika memang akan dikeluarkan, keluarkan saja saya, biarkan Setyo bersekolah disini sampai lulus nanti!" ungkap perasaannya tak tega dengan sahabatnya tersebut.

Pak kepala sekolah yang mendengarkan hal itu pun hanya terdiam seperti tak acuh. Ia mengabaikan semua perkataan Dipa dan terus mengatakan kalau mereka sudah dikeluarkan, dan perkataannya mutlak.

"Ini sungguh TIDAK ADIL!!" tiba - tiba Dipa meluapkan amarahnya.

"Braak!!" suara pintu ruangan kepala sekolah terbuka oleh seseorang bersetelan rapi.

Tiba - tiba aura dingin masuk kedalam ruangan itu dan membuat semua orang ketakutan. Muncullah siluet sesosok pria yang dikenal oleh orang - orang yang ada didalam ruangan tersebut, hingga mereka semua panik.

PERTAMA : SUKMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang