Terlambat

0 0 0
                                    

Pertarungan sengit pun terjadi diantara keduanya. Mereka saling membalas serangan walau Dipa lah yang terpojok karena Sanggani melakukan cara apapun untuk mengalahkannya.

Saat itu Dipa melawan hampir 2 ribu pasukan ular milik Sanggani, tetapi Dipa baru mengalahkannya sekitar dua ratusan ekor saja dan ia sudah kewalahan, ditambah lagi melawan Sanggani yang begitu kuat sendirian.

Tendang Dipa di bagian kanan perutnya, tetapi itu sangat keras sehingga tidak ada dampak apapun kepada Sanggani. Dipa terus memberi perlawanan walaupun itu tak berarti.

Sekalinya melawan, dan menghajar Dipa, Dipa terhempas jauh dan mengalami luka yang cukup serius.

Ziani yang masih di singgasana hanya bisa berteriak saat ia melihat Dipa di hajar oleh Sanggani. Lama kelamaan kaki nya berubah menjadi bersisik seperti ular, dan itu membuatnya panik dan mencoba untuk kabur.

Dipa semakin terpojok akibat perlawan Sanggani yang begitu besar, ia berfikir keras mencari cara untuk mengalahkannya. Dipa terus menghindari serangan Sanggani yang sangat mematikan. Sembari itu, Dipa mencari titik lemah yang bisa ia pakai untuk menjatuhkan Sanggani sembari mengalahkan anak buah Sanggani.

Ia pun melihat sekeliling tempat itu terdapat banyak sekali stalaktit yang sangat runcing siap menghujam. Lalu ia pun dengan cepat menuju langit - langit tempat itu.

Melihat Dipa yang memiliki suatu rencana, Sanggani langsung menyadarinya dan dengan cepat menyusul Dipa berkat tubuh besarnya.

Dipa pun hanya terdiam melihat kearah Sanggani yang tersenyum licik.

"Mau lari kemana kau bocah sialan?" ucap Sanggani.

"Ular sawah tetap lah ular sawah, Sini maju kalau berani!" ucap Dipa memprovokasi.

Sanggani tau kalau itu hanyalah provokasi untuk membuatnya menyerang Dipa, tetapi Sanggani meladeni nya karena itu menyenangkan bisa bermain - main dengan mangsanya.

Sekelebat mata serangan Sanggani mencapai tempat Dipa berada, untungnya Dipa sudah memprediksikannya dan bisa menghindari serangan itu.

Kemudian, Sanggani terus menyerang tempat Dipa menyanggah. Disini Dipa berkonsentrasi keras untuk menghindari serangan Sanggani yang berbeda dari yang ia hadapi tadi.

"Bocaaah! Kau mau mati kelelahan ya, sedari tadi kau terus menghindariku!" ucap Sanggani

"Memang itu rencanaku," ungkap Dipa.
"Coba lihatlah kebawah!" ucapnya lagi.

Sanggani pun terkejut, prajuritnya banyak yang mati akibat tertimpa dan terhujam stalaktit yang tajam dari atas.

"Kau membunuh prajurit - prajurit berharga ku, sialaaan!!" ucap marah Sanggani.

"Itu bukan salahku, kaulah yang menghancurkan stalaktit ini dan membuat anak buahmu mati," ungkap Dipa ketus.

"Dasar bocah tidak punya hati, mereka itu masih setengah manusia, loh~!" ungkapnya.

Dipa pun terdiam, sorot matanya berubah yang tadinya ambisius menjadi dingin dan seperti tidak peduli dengan apa yang terjadi.

"Aku perlu melakukan itu, untuk mengalahkanmu!" ungkap Dipa dingin.

"KARENA INILAH DARI DULU AKU SANGAT MEMBENCI MANUSIAA!" teriak Sanggani setelah mendengar ucapan dari Dipa itu.

Lalu Sanggani pun menyerang Dipa lagi, serangannya membabi buta dan memporak poranda kan sebagian istana nya.

Di dalam hati Dipa ia berbicara kalau tubuhnya keras dan tidak bisa dilukai, maka satu - satunya jalan adalah di bagian yang lunak, yaitu matanya. Tetapi itu perlu waktu dan kecepatan agar Sanggani tidak mengetahuinya.

PERTAMA : SUKMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang