"Kukuruyuuuuk!" bunyi ayam menyambut matahari yang menyingsing di pagi hari yang cerah.
Dipa dan Setyo masih tertidur dengan sangat lelap, pintu nya terbuka karena Naryo sudah bangun dan tidak ada dikamar.
Lalu Ziani pun masuk ke kamar dan membangunkan mereka berdua.
"Plak! Plak!" ia sengaja menampar Dipa agar bangun.
"Bangun - bangun, sudah jam berapa ini, aku saja sudah siap menjalani hari, kok kalian malah malas - malasan di kamar!" ungkapnya kesal melihat mereka berdua.
Dipa dan Setyo seperti tak perduli dengan Ziani, mereka malah melanjutkan tidurnya dengan suara mendengkur.
"Dasar para lelaki malas!" ujarnya merasa sudah sangat kesal.
Lalu Ziani pun menyiapkan tinju nya, dan kemudian melayangkan kedua tangannya tersebut kearah wajah mereka berdua.
"Uwaaaaa!" teriak mereka kesakitan.
Mereka tak percaya kalau pukulan Ziani cukup menyakitkan, mereka pun akhirnya bangun dari tempat tidur dan pergi menuju kamar mandi.
==========
Alam disitu cukup indah nan asri, pepohonan hijau menjulang tinggi ada bunyi air gemericik dari arah belakang rumah, tak jauh memang ada sungai yang sangat jernih airnya.
Ziani berjalan - jalan kecil di halaman rumah Setyo, ia merasa sangat senang seperti layaknya anak kecil di suaka alam.
Dipa yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa tersenyum kecil dengan tingkahnya.
"Hoi, liatin apa daritadi? Bukannya cepat mandi!" ganggu Setyo sengaja.
"Ahh.. Maaf maaf!" jawabnya terkejut.
Setyo hanya tersenyum senang melihat sahabatnya bahagia dengan seseorang. Mereka pun selesai membasuh diri dan terlihat segar. Lalu mereka bertiga dipanggil oleh mbak Gendis untuk sarapan pagi.
==============
Pukul 08.00 pagi
==============Mereka bertiga berjalan - jalan di sekitar desa itu, menengok sungai di belakang rumah, melihat kebun bunga di sebelah barat.
"Waaaah cantik banget!" ujar Ziani merasa terkagum - kagum.
"Didii liat ini, cantiiik bangeeeet, kaya aku!" lanjutnya lagi sambil memuji diri sendiri.
"Iya, iya cantik kebun bunga nya, ini siapa yang merawatnya?" tanya Dipa kepada Setyo.
"Ini sudah ada dari sebelum aku lahir, bahkan sebelum kakek moyang ku ada pun, kebun bunga ini sudah ada, dan sampai sekarang tidak berubah, selalu cantik seperti ini setiap pagi!" ungkapnya.
Ziani mengambil sesuatu dari dalam saku celana nya, ternyata ia sudah menyiapkan hal itu. Sebuah kamera poket untuk mengabadikan momennya dengan sahabatnya itu.
Ia pun mulai mengambil gambar dari bunga - bunga tersebut dengan berbagai gaya, tak lupa ia memotret kedua sahabatnya itu yang hanya berdiam diri di antara bunga - bunga, mereka pun seperti malu - malu tak ingin diri mereka di abadikan dalam lembar foto.
Ziani lelah, setelah bergelut di kebun bunga untuk mengambil gambar yang benar - benar ia inginkan. Dipa yang hanya melihat Ziani lelah pun ikutan merasakannya.
"Lelah?" tanya nya memperhatikan.
"Lumayan, tapi sepertinya aku butuh lebih aktivitas lain!" ujarnya bersemangat.
"Tidak ada lelah nya ya kamu Zi!" ujarnya kagum.
Mereka pun bersantai disalah satu pohon besar yang ada disitu. Tiba - tiba saja, Mbak Gendis berjalan menuju ke sesuatu tempat sambil membawa bakul yang ia gendong diantara perut dan pinggang sebelah kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA : SUKMA
FantasyCerita ini bermula, Dari seorang anak SMA yang di takdirkan untuk mengemban tugas melindungi bumi dari ancaman berbahaya. Dibantu dengan sahabat - sahabatnya, ia akan membasmi apa yang menghalanginya. Pertama SUKMA akan menjadi novel pembuka untuk s...