Sanggani

0 0 0
                                    

Hari pun telah dilewati, hari dimana mereka akan menghadapi masalah akhirnya tiba.

Mbak Gendis hanya bisa menangis sambil memeluk Ziani. Dipa, Setyo dan Naryo bersiap - siap, saat Sanggani berniat mengambil Ziani, mereka akan mencoba untuk menyerangnya.

Hampir pukul tengah malam mereka semua bersiaga, tak ada satupun yang berniat untuk berhenti atau merasa lelah.

"Braak!" suara pintu terbuka paksa dan angin kencang masuk ke dalam rumah. Membuat aura yang ditimbulkan menjadi sangat dingin dan mencekam.

Tiba - tiba saja ada bunyi gamelan yang dimainkan.

"Tung, tung, tung!" bunyi gamelan itu semakin lama semakin mendekat.

Dari kejauhan tibalah sebuah kereta kencana indah berlapis emas, dibagian atasnya ada ukiran ular yang seperti akan menatap siapa saja yang melihat. Lalu, yang menarik kereta itu pun bukannya kuda seperti biasanya, malah ular besar lah yang menggantikannya.

Dayang - dayang di sebelah kanan kiri, para prajurit bersenjata di depan dan belakang. Pengantar musik berada tak jauh dari kereta kencana itu, mereka menembangkan sebuah lagu untuk pujian kepada sang ratu, Sanggani.

Akhirnya, iring - iringan kereta kencana Sanggani itu tiba di depan rumah Setyo. Pintu kereta dibuka kan oleh seseorang, karpet merah terpasang rapih sampai kedepan rumahnya. Sebuah kaki indah ternampak dari pintu itu, kain yang menutupinya pun terlihat sangat menawan, tubuhnya pun mulai nempakkan diri pakaiannya mirip seperti pakaian ratu kerajaan jawa. Lalu wajahnya pun terlihat memakai riasan dan ujung kepalanya di lindungi oleh mahkota indah yang dihiasi oleh ornamen - ornamen ular serta di bagian tengahnya, ada sebuah permata berwarna merah delima.

Lalu ia pun mulai berjalan ke arah pintu yang terbuka itu, menatap mereka yang sudah menunggu dengan senyuman manisnya yang menggoda dan kemudian ia pun menyapa dengan hangat.

"Permisi, tuan - tuan! Kedatangan saya kemari untuk menjemput calon putri saya yang bernama Ziani Rich!" ungkapnya kepada mereka.

"Tidak ada yang namanya Ziani Rich disini, mungkin salah rumah, maaf!" timbal Dipa menjawab perkataan dari Sanggani.

Sanggani pun hanya bisa tersenyum kecut mendengar hal itu, layaknya anak - anak, mereka pun hanya bisa menjawabnya dengan nalar yang dangkal.

Lalu ia pun, mendekati mereka, berjalan ke arah Dipa dan membisikan sesuatu kepadanya. Dipa pun refleks mendorong Sanggani, walaupun dorongan nya tidak menyentuh Sanggani.

"Dasar anak - anak, mau main pahlawan - pahlawanan ya?" tanya nya menyeringai.

"Baiklah, coba dulu rasakan satu pukulan ku!" ucapnya sambil mengepalkan tangannya.

Sanggani pun menyerang Dipa dibagian perutnya, Dipa tidak sempat mengelak dan terkena serangan telak itu.

Ia pun terjatuh karena serangan itu, Setyo dan kakak nya yang berada di dekat Dipa menyerangnya karena melihat Dipa sampai seperti itu.

Dengan mudahnya Sanggani menghalau mereka dengan pasukan ularnya yang siap di posisi menyerang.

Dari bawah Dipa dengan cepat menyerang Sanggani, tetapi lagi - lagi ularnya menghalangi serangan tersebut.

Lalu, ular - ular tersebut mulai mengikat tangan dan kaki ketiga lelaki itu dengan kencang. Mbak Gendis yang melihat hal itu pun mencoba menyerang Sanggani, tetapi ia dengan mudahnya dibuat pingsan olehnya. Ziani berteriak histeris melihat itu, ia tak tega teman - temannya di sakiti karena nya.

Ziani mendekati Sanggani, dan berbicara dengannya. Itu membuat Dipa dan Setyo menangis karena mereka gagal menyelamatkan Ziani.

Sanggani pun menyetujui apa yang Ziani pinta. Lalu ia pun membawa Ziani pergi dan masuk ke dalam kereta kencana nya.

Mereka pun perlahan pergi meninggalkan rumah itu, Sanggani terlihat sangat senang dengan apa yang ia dapatkan.

Di sisi lain, mereka sudah terlepas dari lilitan ular tersebut. Dipa pun berniat mengejar tetapi di tahan oleh Setyo dan Naryo. Mereka berkata kalau itu percuma dan hanya akan menambah satu lagi tumbalnya.

"Biarkan aku pergi! Aku tidak perduli, yang penting Zia selamat, aku tidak akan mengingkari janji ku kepada ayahnya!" ungkapnya putus asa.

Lalu, Setyo pun menepuk pundaknya dan memberinya sesuatu di dalam botol.

"Aku tidak tau ini akan mempan atau tidak kepadanya. Tetapi aku tau kalau ini ampuh untuk membuat ular lemas dan tak bertenaga!" ujarnya memberitahu.

"Aku akan ikut denganmu kawan!" lanjutnya lagi kepada Dipa.

Dipa yang mendengar hal itu, hanya bisa menangis sambil tersenyum karena sahabatnya itu sangatlah setia dan rela membantu walau nyawa lah taruhan nya. Disaat mereka bersiap untuk mengejar mereka, tiba - tiba pundak Setyo dipukul dengan kencang oleh Dipa hingga pingsan, lalu menyerahkannya kepada Naryo untuk menjaga nya, lalu Dipa pun berlari mengejarnya.

Kereta kencana itu sudah mulai memasuki gerbang untuk menuju istana Sanggani, ternyata Dipa sudah menyusul mereka dan ia mengikuti mereka dari belakang secara sembunyi - sembunyi, lalu ia pun berhasil masuk ke dalam istana ghaib itu.

Benar seperti yang ada didalam cerita yang Setyo ceritakan. Istana ini sangat megah dan dihuni manusia setengah ular. Ia melihat Ziani dan Sanggani turun dari kereta kencana menuju singgasana nya.

Dipa mencoba mengendap - endap untuk bisa sampai kesana, tetapi ternyata di belakangnya sudah ada sesosok ular besar yang sedari tadi memperhatikannya.

Ia ketahuan menyusup kedalam istana itu, dan ular itu pun membuat suara gaduh seperti isyarat kepada rekan - rekannya. Lalu para siluman ular pun menghampiri nya yang akan membuat Dipa terpojok.

Tetapi, Dipa dengan berani melompat dan menendang ular besar itu dibagian bawah mulutnya sampai ia terpental beberapa meter ke belakang.

Melihat ada sesosok manusia di depan mata mereka, para siluman itu pun langsung cepat berlari menujl ke arah Dipa. Lalu Dipa pun tak bisa menghindari pertarungannya dengan mereka.

Satu per satu Dipa kalahkan, itu lebih mudah daripada ular yang melilit dirinya saat dirumah Setyo tadi. Ternyata setelah ditelaah, mereka adalah manusia biasa, yang mungkin saja warga Desa. Mereka di hipnotis oleh Sanggani dan hanya bergerak melalui perintah nya saja, maka dari itulah siluman - siluman itu seperti boneka yang dikendalikan.

Banyak sekali siluman ular itu keluar dari suatu tempat, tetapi Dipa harus melawan mereka demi menyelamatkan Ziani. Suara - suara gaduh itu membuat Sanggani yang berada di singgasana nya mulai risih, saat ia keluar, ia terkejut melihat Dipa ada disitu tanpa sepengetahuannya. Padahal ia sudah memasang pelindung sensor, yang mana kalau ada manusia yang masuk tanpa izin akan mengalami hipnotis otomatis dan menjadi budaknya.

Tetapi Dipa tidak, terlihat ia sedang menghajar para budak dan prajurit Sanggani sendirian. Ia kebingungan kenapa itu bisa terjadi. Ia juga merasakan hal aneh pada diri Dipa saat ia bertemu tadi.

"Sanggani! Kembalikan gadis itu! Kalau tidak, aku akan mengacak - ngacak apa yang telah kau perbuat selama ini!" ujarnya mengancam.

"Dasar bocah kurang ajar, mati kau kali ini!" ucapnya marah.

Pertarungan Dipa melawan Sanggani pun sengit.

PERTAMA : SUKMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang