Namanya, Ayuningtyas. Perempuan ayu, baik, murah senyum, peduli kepada orang lain dan tak memilih - milih orang untuk dekat dengannya. Semua pria di sana sangat menyukai nya dan berlomba - lomba untuk mendapatkan hati nya.
Tetapi ningtyas, enggan memilih salah satu dari sekian banyaknya pria yang ada di desa itu. Tapi ia tidak menjauh dari mereka, ia malah menjodohkan pria - pria itu kesetiap temannya. Ningtyas sangat bahagia ketika perjodohannya berhasil.
Aldert Van Dirk, sang kapten, ternyata menyukai Ayuningtyas sejak hari pertama ia dirawat olehnya hari itu. Ia selalu mengajak ngobrol Ningtyas walaupun keduanya tidak pernah mengetahui apa yang mereka katakan. Sehingga Kapten Aldert pun mencoba mempelajari bahasa mereka.
Ningtyas yang melihat Kapten Aldert dengan giat belajar bahasa nya, tanpa mengenal lelah hanya untuk berkomunikasi dengannya, mulai ada sedikit ketertarikan.
Singkat cerita, Kapten Aldert sudah mulai menguasai bahasa mereka, bahasa jawa. Ia sudah dengan lancar berkomunikasi dengan orang - orang yang ada disitu.
Seperti rencana awal ia belajar bahasa jawa adalah untuk bisa berkomunikasi dengan Ayuningtyas.
Hampir setiap hari ia dan Ningtyas berduaan, membantu memetik sayuran, mengambil air, bahkan menyalakan api untuk memasak. Ningtyas hanya kagum saja dengan sikap Kapten Aldert yang sangat pekerja keras. Tetapi sebaliknya, Kapten Aldert kira, Ningtyas menaruh hati kepadanya. Maka akan ada kesalah pahaman diantara mereka nantinya.
Lalu, malapetaka pun dimulai saat Kapten Aldert menyatakan perasaannya dan di tolak oleh Ningtyas secara halus. Tetapi Aldert tetap memaksa sampai merobek pakaian Ningtyas, ia pun lari sambil menangis, tetapi ia tidak mempunyai dendam dengannya walaupun sudah di lakukan seperti itu. Tetapi Kapten Aldert lah yang otaknya panas bergejolak karena di tolak oleh wanita pujaannya.
Akhirnya, tak lama dari situ ia memikirkan rencana agar Ningtyas merasa menyesal karena sudah menolaknya sang kapten, Aldert Van Dirk.
Ia dan beberapa anak buahnya memikirkan siasat yang sempurna, karena ia selalu membantu Ningtyas setiap hari, ia tau kapan Ningtyas keluar rumah saat malam hari untuk mengambil air dari sungai belakang. Disaat itulah rencana mereka dimulai.
Tepat seperti perkataan Kapten Aldert, anak buahnya melihat Ningtyas pergi ke arah sungai sambil membawa kendi air.
Ningtyas tidak tau kalau ia sedang diawasi dan akan di sergap dari belakang oleh beberapa orang pria suruhan Aldert.
Ningtyas pun berhasil di tangkap dan di bawa ke hutan tak jauh dari situ. Ningtyas berusaha memberontak tetapi, tenaga para prajurit itu lebih besar ketimbang Ningtyas.
Sesampainya ia dibawa ke sesuatu tempat, disitu sudah menunggu Kapten Aldert yang berwajah senang dengan kedatangan hal yang ia inginkan.
Ningtyas yang mulutnya telah disumpal kain, tidak bisa berbicara bahkan teriakannya pun tak terdengar sama sekali. Anak buahnya bertanya apa yang akan ia lakukan setelah ini, Aldert hanya menyuruh mereka untuk bersabar menunggu gilirannya selesai.
Mendengar hal itu, anak buahnya pun bersemangat untuk menunggu.
Malam itu, wanita baik hati yang menolong mereka beberapa waktu lalu, mau tak mau di jadikan budak seks oleh mereka. Ada sekitar 18 orang yang melakukan hal bejat dan hina itu terhadap Ningtyas.
Saat matahari terbit, orang - orang bejat itu kembali ke desa seperti biasa setiap hari nya. Membantu warga desa, bercanda gurau, bahkan mereka sudah dianggap bagian dari desa tersebut.
"Kalian ada yang melihat putriku, Ayuningtyas?" tanya kepala suku kepada warganya disitu.
"Iya, aku hari ini belum melihat kecantikan Ningtyas!" ucap salah satu pemuda yang tergila - gila dengan Ningtyas.
"Semalam, ia seperti biasa mengambil air di sungai, kukira sudah kembali, tetapi sampai sekarang ia tidak kelihatan!" ungkapnya membuat orang - orang disitu terkejut.
Tak pakai lama, semua pemuda disitu mengusulkan untuk mencari Ayuningtyas di sepanjang sungai.
Lalu pencarian pun dimulai, dari hulu sungai, sampai hilir tak luput dari pencarian mereka.
Aldert dan anak buahnya berpura - pura ikut mencari, sembari melihat warga untuk tidak pergi ke hutan. Karena Ningtyas mereka ikat di dalam hutan dengan alas dan atap berupa rumput dan ranting - ranting.
Hingga sore hari, mereka tak menemukan apapun dari Ningtyas, bahkan jejaknya pun tak ada. Ada beberapa warga yang mengusulkan untuk mencarinya di hutan, tetapi kepala suku melarangnya karena matahari akan terbenam dan siluman ular akan terbangun untuk mencari mangsa.
Keluarga Ningtyas hanya bisa menangis dan berdoa agar Ningtyas diberikan keselamatan, mereka mengadakan ritual doa bersama untuk meminta petunjuk di mana Ningtyas.
Aldert dan anak buahnya pun pamit undur diri untuk beristirahat, agar besok bisa mencari Ningtyas. Tetapi itu hanyalah siasat mereka untuk membohongi warga. Padahal sebenarnya mereka akan pergi lewat pintu belakang dan mendatangi tempat mereka menyembunyikan Ningtyas.
Hal yang sama pun dilakukan nya lagi oleh mereka seperti kemarin, Ningtyas hanya bisa pasrah dan tak bisa melawan, ia menangis dan merintih kesakitan, di dalam hatinya ia ingin mati saja, daripada diperlukan hina seperti ini, walaupun ia bisa kabur pun, ia tidak berani bertemu dengan warga desa apalagi orang tuanya.
Sesaat, mereka melepaskan nafsu bejatnya kepada Ningtyas, mereka beristirahat sebentar untuk melakukannya lagi sampai pagi hari tiba.
Saat mereka bersiap lagi, ada suara gemericik di dekat tempat mereka beristirahat. Mereka panik karena takut ada warga yang mempergoki aksi mereka. Dua orang pun dikirim untuk mengecek keadaan di tempat suara itu berasal.
Lalu, mereka berdua pun hening tak ada suara, tiba - tiba ada sesuatu terlempar dari tempat dua orang itu sampai ke tempat mereka beristirahat. Ternyata itu adalah kepala mereka berdua yang sudah terpisah dari tubuhnya.
Mereka semua yang ada disitu panik bukan main melihat dua temannya tewas dalam hitungan detik. Karena ketakutan, salah satu dari mereka pun kabur dan berlari sambil berteriak kencang, sedangkan yang lain jadi korban amukan sang ular.
Beberapa warga yang belum tidur, mendengar teriakan dari dalam hutan. Mereka pun langsung mengambil senjata dan bersiap - siap mengambil posisi.
Lalu tibalah salah satu anak buah Aldert dengan wajah yang sangat ketakutan. Mendengar keributan itu, kepala suku keluar dari rumahnya langsung mengajak para pemuda yang siap bertempur ke dalam hutan, ia mengatakan kalau Ningtyas mungkin diculik ular itu.
Mereka semua sampai di tempat perkara bermuara, benar saja. Disitu ada sesosok ular yang sudah bisa ia tebak, siluman ular Sanggani.
Anak buah Aldert sudah tewas semua, hanya tersisa Aldert seorang diri dengan penuh luka, di dekatnya ada sebuah gubuk kecil terbuat dari rumput - rumput basah yang tampak mencurigakan.
Lalu, mereka semua fokus ke siluman ular itu, karena itu adalah ancaman terbesar saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA : SUKMA
FantasyCerita ini bermula, Dari seorang anak SMA yang di takdirkan untuk mengemban tugas melindungi bumi dari ancaman berbahaya. Dibantu dengan sahabat - sahabatnya, ia akan membasmi apa yang menghalanginya. Pertama SUKMA akan menjadi novel pembuka untuk s...