nonton

34.6K 7.2K 167
                                    

Halo...
Author come back, jangan lupa spam
Juga bom vote serta comentar dibawah biar author makin gercep up-nya.
.
Author maksa, titik.
.
.
Eh engga, canda ☺️💔
.
.

Semuanya sudah berkumpul, setelah melihat-lihat beberapa barang juga membeli keperluan mereka. Lebih tepatnya hanya Dea juga Ellen, sedangkan para cowok hanya diam didepan menunggu keduanya.

"Ok udah, kita  nonton" ucap Ellen dengan semangat.

Semua masuk dengan Dea yang paling belakang, ketika semua dengan sempurna duduk hanya Dea yang tak menemukan tempat duduk kecuali disamping Zaki.

"Ayo Dea cepetan cari duduk, mau mulai" ucap Ellen yang sudah anteng disamping Baron. Begitupun Ellen ingin duduk bersama Dea namun malah terjebak dengan Baron karna hari ini hampir full.
Dengan terpaksa Dea duduk disamping Zaki.

Sepanjang menonton Zaki hanya fokus dengan ponselnya, pekerjaan yang banyak tidak bisa membuat ia menikmati tontonan seru didepannya.

"Aargh" teriak Dea tiba-tiba.

"Lo takut?" Ejek Zaki melihat wajah tegang perempuan itu.

"Gak, kaget gue" jawabnya dengan mata masih fokus kedepan. Zaki terlihat terhipnotis oleh mata milik Dea, walau remang-remang mata itu terlihat berbinar cantik.

"Gue tusuk mata Lo lama-lama" ucap Dea, Zaki sedikit gelapan dibuatnya, ia sendiri juga tidak sadar.

"Muka Lo aneh" alibinya.

"Ya udah jangan diliatin, zina mata" tukas Dea

"Iyaa nyai" saut Zaki dengan tersenyum paksa.

Berbeda dengan Baron dan Ellen, jika Ellen sangat menikmati Baron justru gelisah, ingin melihat ia tidak akan bisa tidur nanti, jika tidak dilihat putaran hari ini sangat seru.

"Aarghh" teriak Dea namun disertai tawa karna seru. "Sumpah, seru banget gilaa" heboh Ellen disamping Baron.

"Biasa aja kali, lebay" Ellen menolehkan kepalanya kearah Baron, "gue sumpahin Lo gak bisa tidur nanti malem"

"Anj- " umat Baron tertahan, ia lupa jika berada dimana. "Sialan Lo" bisik Baron ditelinga Ellen.

"Bodo amat" Ellen tertawa puas.

🌻

Mereka pulang jam 8 malam, membuat Dea kesulitan untuk mencari taksi. Ellen sudah pergi satu jam lalu, ini salahnya menolak ajakan Ellen jika tau akan sesusah ini maka ia memilih ikut saja.

"Ya Allah kenapa gak ada taksi lewat siih" keluh Dea celingukan.

Untuk mempersingkat waktu Dea sambil berjalan kaki saja, dia sudah berada dijalan raya namun tetap saja tidak ada tanda-tanda taksi lewat.

"Aaaaa nenek pasti ningguin Dea dirumah" keluhnya lagi yang sudah dongkol,panik,juga takut dengan keadaan neneknya yang berada di rumah.

"Ya Allah..." Rasanya Dea ingin menangis, ini sudah jam 9 malam. Tubuhnya cape, hatinya kesal tak menemukan kendaraan untuk pulang.

Dea memilih duduk di halte bus, duduk diam dengan mengedarkan pandangannya. Sebenarnya dalam hati ia sedikit panik, ia masih terbilang baru dijakarta, 2 Minggu dijakarta membuat Dea belum hafal betul dengan jalan Jakarta kecuali dari rumah kekampusnya.

ZAKI ARMADA ( SUDAH TERBIT  )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang