perkara mie instan

36.2K 6.1K 421
                                    

WAJIB VOTE
SEBELUM MEMBACA 📢📢📢
.
.
.
.

Satu Minggu kemudian

Keadaan kaki Dea sudah bisa dikatakan sembuh, bahkan perempuan itu sudah bisa berjalan biasa serta melakukan semuanya seperti biasa. Siapa lagi jika bukan sang suami yang selama atu minggu ini begitu sabar dan telaten menemani dirinya terapi dirumah sakit ataupun mandiri, Sampai Zaki rela meninggalkan pekerjaan kantor yang ia alihkan pada Edward.

"Sayang..." Teriak Zaki dari dalam kamar mandi.

"Apa sih, teriak-teriak" Dea yang berada duduk didepan meja rias melirik kearah pintu kamar mandi.

Suaminya menyengir tanpa dosa, "handuk piyama aku ketinggalan" ucapnya.

Dea menghela nafas sabar, kebiasaan suaminya sudah kembali. "Iya sebentar" Dea beranjak dari duduknya lalu mengambil handuk piyama milik Zaki.

"Nih" Dea menjulurkan handuk tersebut.

"Terimakasih" balas Zaki menerima lalu masuk, Dea Tersenyum membalas ucapan suaminya lalu kembali duduk dimeja rias.

Tak lama laki-laki itu keluar lalu mendekati Dea dan berdiri dibelakang istrinya, Zaki menundukkan badannya menjajarkan kepalanya dileher Dea.
Dea menatap Zaki dari arah cermin menunggu apa yang akan dilakukan suaminya.

Cup
Zaki mengecup pipi Dea dengan lembut, tak lama juga tidak sebentar, Dea memejamkan matanya sejenak merasakan ketulusan lewat ciuman suaminya.

"Aku bahagia sayang, kamu udah kembali seperti dulu, jangan seperti kemarin lagi ya" bisik Zaki menatap Dea dari cermin.

Dea mengangguk terharu, ia tersenyum manis, lalu menyampingkan badannya menatap wajah Zaki yang tepat didepan wajahnya.

"Terima kasih dan maaf" ucap Dea mengalungkan tangannya. "Terimakasih udah sabar selama dua bulan lebih ini, dan maaf jika dua bulan itu juga aku berubah, kondisi yang sangat buat aku zak" imbuh Dea menatap sendu.

"Aku tau" Zaki mengangguk faham

"Makasih ya, udah bikin aku semangat buat sembuh" ucap Dea lalu mengecup kening Zaki tulus.

"Sama-sama sayang, apapun buat kamu, asal itu yang terbaik, aku akan lakukan" balas Zaki.

Kedua mata mereka beradu dalam sebuah kehangatan satu sama lain, ketulusan serta rasa cinta yang mereka rasakan tumbuh semakin dalam.

"Kamu gak kekantor?" Tanya Dea menghentikan acara tatap menatapnya.

"enggak, besok aku kekantor" Dea mengangguk faham, "mau kuliah lagi?" Tanya Zaki hati-hati.

Dea mengangguk antusias, "iya, aku udah cuti dua bulan lebih soalnya, mau kuliah lagi" sautnya.

Zaki mengangguk, lalu berjongkok didepan Dea. Tangannya meraih kaki perempuan itu lalu ia tumpukan dipahanya.

"Beneran udah sembuh kan?" Tanya Zaki memastikan.

"In sya Allah, udah sembuh" jawab Dea tersenyum meyakinkan.

"Jangan lari-lari dulu, atau jalan terlalu lama, Ok" saran Zaki yang masih khawatir, ia takut kaki perempuan itu kambuh lagi.

"Iya sayang" jawab Dea gemas sendiri melihat wajah khawatir suaminya. Zaki memandang kaki putih dan mulus itu, mengelusnya lembut.

"Kenapa?" Tanya Dea ketika suaminya memandangi kakinya lama.

"aku takut de, takut semuanya terulang untuk kesekian kalinya. Aku gak sanggup liat kamu mengalami hal seberat itu, gak bisa" Zaki mendongak, tatapannya berubah sendu.

ZAKI ARMADA ( SUDAH TERBIT  )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang