kebahagiaan yang sesungguhnya

48.2K 6.6K 875
                                    

WAJIB VOTE
SEBELUM MEMBACA
.
.
MAAF KALO BANYAK TYPO BELUM REVISI 💯
.
.

Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa sekarang anak inti armada sukses menyandang gelar dihari kelulusannya. Bahagia,terharu,dan bangga yang mereka rasakan, perjalanan berat dan lelah mereka telah terbayarkan.

Hari ini para inti armada berkumpul dimarkas untuk merayakan hari kebahagiaan mereka semua, sudah lengkap baik Ellen, Dea dan zaki. Mereka membuat acara pesta makan dimarkas bersama-sama, dengan Zaki sebagai korban pemerasan mereka, siapa paling kaya itu korbannya.

Dea duduk disofa dengan cemilan yang ia peluk, Dea menatap Ellen dan Reno yang sedang berbincang hangat, Vano dan Fahmi yang saling beragumen hal yang tak berfaedah, serta Baron yang sibuk menikmati makanannya, tak lupa Zaki yang ikut menimbrung ditengah-tengah mereka. Dea tersenyum tipis, bangga sekaligus terharu bisa berteman dengan mereka.

Waktu berjalan begitu cepat tak terasa mereka juga menyandang gelar yang selama ini mereka perjuangkan, sebentar lagi mereka akan fokus dengan kehidupan baru mereka.
Dea menghela nafas panjang, tidak ada lagi candaan receh, tingkah konyol, keributan mereka yang akan menghiasi hari-harinya. Namun begitu Dea turut bangga dengan mereka, mereka akan menjadi calon orang hebat dan sukses kedepannya.

Dea mengelus perutnya yang sudah membesar, kehamilannya sudah menginjak usia 9 bulan, tinggal hitungan hari, calon bayi mereka akan menyapa dunia.

"Ssst" desis Dea merasakan tendangan dari bayinya. "Sabar ya nak, gak sabar mau keluar ya" gumam Dea mengelus perutnya agar merasa sedikit reda.

"Van, beneran Lo mau keluar negeri?" Pekik Baron keras setelah selesai dengan makanannya yang membuat semua atensi diruangan itu teralih pada Vano kecuali Baron dan Fahmi.

"Luar negeri?" Ulang Ellen kaget.
Vano meringis saat melihat reaksi mereka, ingin rasanya ia menendang Baron saat ini juga, padahal ia sudah mempersiapkan diri ingin bicara diwaktu yang menurutnya pas. Namun semua kesiapannya sia-sia.

Vano menyengir kaku, "hehe iya"

"Mendadak banget, kenapa gak ada cerita?" Tanya Zaki ikut bingung, Vano tidak pernah mengatakan apapun padanya selama ini.

"Sebenarnya gue mau bilang, tapi udah keburuin sama tuh setan" Vano melirik kesal kearah Baron, laki-laki itu hanya menyengir tanpa dosa.

"Seriusan keluar negeri?" Tanya Dea turun dari sofa ikut berkumandang dikarpet bulu itu, dan duduk disebelah Zaki.

"Iya de, keluarga gue udah disana semua, mau gak mau gue juga harus kesana, dan itu kenapa alasan mereka kemarin gak Dateng diacara" jelas Vano dengan raut sendu, terlihat dari sorot matanya begitu berat untuk pergi.

"Kenapa gak disini aja, kan ada kita" timpal Baron mencoba menawar, dari kemarin ia merayu laki-laki itu untuk tinggal diindonesia.

"Disana ada bisnis yang harus gue urus, gue bisa aja disini, tapi kasian papa gue disana" Vano menjelaskan.
Mereka semua mengangguk faham.

"Yaah, Vano pergi" Dea merosotkan bahunya, Zaki yang mengerti mengelus punggung Dea.

"Berat sebenarnya, apalagi kalian udah kaya keluarga kedua bagi gue. Tapi mau gimana lagi,  ini udah konsekuensi dari anak yang punya bisnis diluar negeri" Vano menatap mereka satu persatu, rasanya semakin berat meninggalkan mereka semua.

Zaki yang mengerti tatapan Vano memberi semangat, "Asal Lo selalu inget sama kita" Zaki menepuk bahu Vano, "gue dukung, kalo memang jalannya" imbuhnya.

"Gue juga" timpal Reno Tersenyum tipis, Vano menatap satu persatu, mereka Mengangguk tanda ikut mendukung keputusan Vano.

ZAKI ARMADA ( SUDAH TERBIT  )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang