Esther

36.8K 7K 579
                                    

Jangan lupa comen dan vote ❤️
.
.
.
Selamat membaca ✋✋
.

"Kenapa mereka disini?" Gumam Zaki pada Reno.

"Kayanya mereka ikutin kita" saut reno, "bawa saja dia kepenjara, biar polisi yang mengurusnya, kita gak perlu cape-cape keluarin tenaga cuma buat dia" imbuh reno dengan menyeringai penuh arti pada Sanjaya.

"Baron, amankan mereka" titah Zaki mengintruksi untuk mengamankan para bodyguard.

"Vano, kalian jaga dua cewek nakal itu" sambung Zaki menunjuk kearah Dea juga Ellen. ya nakal, sudah berani mengikuti dirinya sampai Disini.

"Dan Fahmi, lo telfon polisi" imbuh Reno, Semua menurut sesuai titah ketua, dan wakil ketua.

Ellen dan Dea yang dicegah mendekati lokasi sedikit membuat Vano kewalahan menjaga keduanya, Apalagi Omelan keduanya yang membuat telinga Vano panas.

"Kalian juga kenapa bisa disini sih" Vano ikut kesal dengan Omelan keduanya.

"Zakiii" Dea tak mengindahkan ucapan Vano, ia malah berteriak memanggil suaminya. Dari kejauhan Zaki menoleh lalu mengangguk, dengan maksud sebentar dulu.

Zaki, Reno serta polisi tengah berbincang mengenai penangkapan Sanjaya juga anak buahnya. Setelah selesai, Zaki dan Reno menghampiri Dea juga Ellen.

"Kenapa disini?" Tanya Reno pada Ellen, perempuan itu mencebik kesal.

"Ya gue khawatir lah sama Lo- eh sama Zaki juga, kalian berdua kaya orang kesetanan tadi" jawab Ellen. Reno tersenyum samar mendengar ucapan Ellen yang sedikit keceplosan.

"Disini bahaya, seharusnya Lo dan Dea gak disini"

"Lo gapapa?" Tanya Dea menatap Zaki dengan cemas, wajah cowok itu penuh dengan memar sam

"Lo gapapa?" Dea menatap Zaki dengan cemas, wajah cowok itu penuh dengan memar.

Zaki tersenyum tipis, "gue gapapa"

Dea menghela nafas, sepanjang jalan ia begitu cemas dengan keadaan Zaki, entah kenapa hatinya takut jika cowok itu menghadapi bahaya.

Zaki menepuk kecil puncak kepala Dea, "gue gapapa, Lo gak usah khawatir" Zaki tersenyum menyakinkan. "Harusnya Lo gak disini, udah gue bilang kan"

Dea menatap sendu, "gue gak mau Lo dalam bahaya" Cicitnya, "hati gue tiba-tiba khawatir zak" imbuhnya.

Zaki tersenyum kembali, ia dekap tubuh perempuan itu, "sorry, and thanks udah khawatirin gue" Zaki mengelus kepala Dea dengan lembut.

"Ekheem, ekheem" dehem Baron yang datang bergabung. Dea terlonjak lalu melepas pelukan Zaki.

"Ganggu aja lu" cibir zaki, sedangkan Baron hanya menyengir tidak jelas.

"Gimana, udah ketangkep?" Dea menatap Zaki kembali.

Zaki mengangguk "udah, dan sekarang dibawa polisi"

"Lain kali kalo ada masalah kaya gini, Lo kasih tau gue"

"Mau ngapain?"

"Bantu Lo lah, masa iya mau lomba lari" tukas Dea, pake nanya lagi.

"Gak mungkin lah gue kasih tau Lo, gue gak mau Lo terluka gara-gara bantuin gue" mendengar jawaban Zaki tiba-tiba hati jantung Dea berdetak dua kali lipat, badannya menghangat.

"Pasti Lo kan yang kasih tau" Zaki beralih menatap Ellen.

"Enggak, Ellen gak bilang apa-apa. Gue yang ajak dia nyusul kalian kesini" saut Dea cepat.

ZAKI ARMADA ( SUDAH TERBIT  )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang