batu vs batu

34K 5.9K 332
                                    

WAJIB VOTE
SEBELUM MEMBACA

.
.
.

3 bulan kemudian

Semenjak kehamilan sang istri, Zaki menjadi laki-laki itu yang harus extra mengimbangi tingkah laku istrinya yang sangat random. Hormon kehamilan Dea membuat mood perempuan itu naik turun, sabar serta telinga panas yang setiap hari Zaki lakukan. Ya, setiap hari Dea lebih banyak mengomeli zaki bahkan perihal hal kecil sedikitpun.

"Sayang..." Panggil Dea

"Apa lagi?" Zaki menghela nafas panjang, baru saja punggungnya bersender kesofa, istrinya sudah memanggilnya lagi.

"Aku kan minta dibeliin siomay sayang, kenapa batagor sih" omel Dea yang sibuk membuka bungkusan makanan tersebut.

"Siomaynya habis sayang, jadi aku beliin batagor aja"

"Tapi aku mau siomay" Dea melengkungkan bibirnya kebawah dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Zaki menoleh, ini kelemahannya, ia tidak bisa melihat perempuan itu menangis.
Perubahan mood yang tiba-tiba.

"Iya sayang jangan nangis, aku pergi lagi ya, cariin kamu siomay. Tapi jangan nangis oke" Zaki menangkup kedua pipi Dea, berharap perempuan itu tidak akan menangis.

Dea mengangguk, "pedesin" Cicitnya manja.

"Iya Oke, tapi jangan nangis" Dea mengangguk patuh.

Zaki beranjak dari duduknya, memakai kembali jaket kulit yang baru beberapa menit lalu ia pakai, dengan langkah lunglai Zaki pergi untuk mencari kemauan istrinya.
Digarasi mobil Zaki menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia bingung harus mencari kemana siomay sialan itu, tadi saja ia sudah seperti Dora yang mencari peta alamat siomay, namun siomay yang ia cari tak kunjung ditemukan, sekalipun dapat justru Zaki kehabisan.

Zaki masuk kedalam mobil, sebelum pergi ia merogoh ponselnya hendak menghubungi seseorang.

"Halo bar.." ucap Zaki

"Apa lagi, gue baru duduk ya dirumah" semprot baron dari seberang sana.

"CK, gue minta bantuan lagi"

"Apa? Siomay lagi? Gak, gak ada" ngegas Baron.

"Gue gak dapet anj-- ditempat yang Lo saranin, malah dapet batagor, Dea nangis gak mau" jelas Zaki frustasi sembari menyugar rambutnya kebelakang.

"Ya udah, gue cuma tau itu doang. Dah gue cape, yang punya istri siapa yang direpotin siapa" gerutu Baron disana.

"Lo mau gue keluarin dari armada" ancam zaki.

"Serah, mau Lo keluarin dari bumi, gak peduli gue" Baron mematikan panggilannya langsung.

"Bang--" umpat Zaki terpotong saat pangggilannya sudah terputus. "Emang anak Anj--" kesalnya memukul setir mobilnya.

"Gue cari kemana coba?" Bingungnya Sendiri.

Dua jam kemudian.

Zaki datang dengan wajah lesu sambil menenteng sesuatu ditangannya, diruang tamu Zaki melihat Dea menonton tv dengan santai, Zaki Tersenyum tipis, walau badannya cape harus menuruti segala kemauan perempuan hamil itu, Zaki tak pernah sekalipun mengatakan tidak, ia selalu melakukan selama ia mampu, ya walau terkadang ia kebingungan sendiri.

Zaki mendekat kearah Dea,mengusap lembut rambut itu. Dea mendongak saat merasakan sentuhan dikepalanya.

"Udah nih" Zaki memberikan siomay itu.

Dengan semangat Dea menerima dan langsung membukanya, sebelumnya ia sudah menyiapkan sendok dan piring dimeja. Zaki duduk disamping Dea, menyenderkan punggungnya kesofa dengan mata terpejam, tubuhnya cukup lelah mutar-mutar mencari siomay.

ZAKI ARMADA ( SUDAH TERBIT  )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang