Kenyataan pahit

30.1K 5.6K 432
                                    

WAJIB VOTE SEBELUM MEMBACA
HAPPY READING
.
.
MAAF YA KALO BANYAK TYPO BELUM REVISI 💯

.

Zaki terduduk diam termenung didalam ruangannya, laki-laki itu sama sekali tidak mau diganggu siapapun kali ini termasuk Kesya sendiri, zaki masih syok dengan kenyataan yang ada didepan matanya.

Zaki teringat terakhir kali ia melihat senyum Dea yang begitu manis saat dirinya menjemput perempuan itu dimasjid, senyum manis dengan raut bahagia saat menunggu kedatangannya.
Zaki menunduk merasakan sesak dalam dadanya, ia tak menyangka jika itu adalah awal dari semuanya.  Zaki tak sanggup bagaimana jika perempuan itu sadar dan mengetahui keadaannya, Zaki tak sanggup melihat kesedihan yang akan perempuan itu tunjukkan padanya.

Zaki memejamkan matanya membuat tetesan air mata yang tadinya hanya mengenang dipekuouk mata, kini jatuh mengenai baju rumah sakit yang ia kenakan. Baru kali ini ia merasa serapuh ini, melebihi saat ia kehilangan bulan diwaktu ia kecil, jika dulu bertatap mata didepan perempuan itu seakan candu, kini justru menjadi Boomerang bagi Zaki sendiri, ia tidak akan sanggup.

Zaki tahu ini semua kehendak Tuhan, ujian dalam rumah tangganya, namun Zaki hanya berfikir apakah ia sanggup melihat penderitaan istrinya? Bagaimana sakitnya perempuan itu nanti? Baru saja perempuan itu kehilangan calon bayinya dan sekarang kenyataan baru yang harus Dea alami. Jika boleh meminta, Zaki ingin menukar posisinya sekarang.

"Gue gak sanggup, apa gue bisa liat Dea dalam keadaan sekarang" gumam Zaki Sendiri.

Zaki beranjak dari duduknya, keadaannya sudah semakin baik kali ini, dengan menenteng infus ditangannya Zaki keluar mencoba menemui Dea disebelah ruangannya. Sesampainya disana tangan Zaki gemetar memegang gagang pintu, dengan memantapkan hati Zaki mencoba menenangkan dirinya Sebentar sebelum masuk.

"Gue bisa" yakinnya bergumam.

Perlahan Zaki mendorong pintu tersebut, dan terlihatlah dimana perempuan yang slama ini ia rindukan pelukannya, galaknya, serta ocehannya. Zaki belum melangkahkan kakinya, ia tatap tubuh tak berdaya itu dengan nanar.

Zaki memejamkan matanya sejenak, menghalau rasa sakit yang menyerang hatinya, bagaimana ia bisa bersikap biasa saja, ketika ia baik-baik saja, namun istrinya? . Zaki mendekat, ruangan itu kosong, entah Arumi sedang keluar atau memang belum datang menjenguk.

Zaki berdiri tepat disamping Dea, perlahan tangannya terulur mengusap pipi perempuan itu, tak terasa air matanya luruh begitu saja, demi apapun Zaki tidak sanggup melihatnya.
Tangan itu turun ke tangan dea, Zaki menggenggam tangan pucat itu, ia duduk disebelah Dea.

"Sayang..." Suara serak akibat menahan sesak serta tangis, Zaki mencoba menguasai dirinya.

"Harus kuat yaa" lirih Zaki menciumi tangan Dea dengan sayang. "Kalo bangun, jangan sedih, kalo sedih nanti aku gak sanggup liatnya"  imbuhnya.

"Kalo bisa ditukar, biar aku aja de yang gantiin posisi kamu sekarang. Aku gak bisa liat kamu kaya gini, gak bisa de" Zaki menundukkan kepalanya, ia tak kuasa menatap perempuan lemah itu.

"Aku lemah de kalo kamu kenapa-kenapa, andai aja waktu itu aku lebih hati-hati, mungkin kita gak akan ngalamin hal kaya gini"

"Aku ingin kamu gak bangun biar kamu gak ngerasain sedih ketika tau kondisi kamu sekarang, tapi aku juga ingin liat kamu buka mata kamu buat aku de" Zaki terisak semakin menjadi disamping Dea. Laki-laki itu tampak begitu rapuh saat ini.

Sedangkan diluar sudah ada para inti armada, Kesya,Arumi juga Ellen yang melihat keduanya dari balik pintu kaca, mereka sendiri merasakan betapa terlukanya laki-laki itu saat ini, Seorang Zaki begitu mencintai Dea.

ZAKI ARMADA ( SUDAH TERBIT  )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang