Boleh minta Vote sama komennya?
Terimakasih orang baik:* god bless you:)
•••
"Egin!" Pria itu menatapnya nyalang. Sedang yang dipanggil hanya memutar bola mata jengah.
Oh ayolah, ia tidak membuat kesalahan besar, jadi bisakah pria itu tidak usah menatapnya seakan dia telah membuat masalah besar?
"Apa?" Egin menjawab jemu.
"Otak lo masih di kepala, kan?" Egin mengernyit. "Lo pikir lo keren pake begituan? Paha diumbar-umbar udah kayak cewek murahan."
Mendengar cemoohan dari pria tersebut, emosi Egin tersulut. "Anjing lo!" umpatnya. "Lo pikir lo siapa berani ngatain gue murahan?"
"Gue ngatain lo juga karena gue peduli sama lo!" Sama seperti Egin, emosi pria itu juga tersulut.
"Gue enggak butuh rasa peduli lo! Gue bukan gembel!" sergah Egin tak mau kalah.
"Oke! Kalo lo maunya gitu, fine! Mulai sekarang gue enggak bakalan ngusik-ngusik hidup lo lagi." Pria itu balik badan hendak meninggalkan Egin.
"Je .... " rintih Egin. Tiba-tiba rasa sesal menusuk hatinya. Dia tidak ingin kehilangan pria itu. Pria yang selalu ada untuknya, pria itulah alasan dia bertahan di kota orang, pria yang sudah seperti ayahnya sendiri.
"JE!" Egin berseru frustrasi melihat Je sudah menaiki motor vespa hijaunya dan menjauh dari penglihatannya.
"JE!!"
"Huft." Egin tersentak dari tidurnya dan melenguh merasa lega bahwa itu hanyalah mimpi.
'Mimpi.' Ia membatin lega.
Posisi baring ia ubah duduk di kasur, mengambil gelas berisi setengah air di sampingnya guna menetralkan detak jantung akibat mimpi tadi.
Lalu melirik jam weker di atas nakas, baru setengah enam. Hingga sebuah deringan dari ponsel menyentaknya. Ia lihat ID caller di layar ponsel, nama Je disertai emoticon badak tertera di sana.
"Hmm."
"Bukain pintu gih. Gue di luar."
Egin turun dari ranjang lalu berjalan guna membuka pintu, di sana sudah ada Je yang menggunakan hoodie abu dan celana jeans pudar juga sekantong sarapan tentunya.
Berbanding tebalik dengan Je yang sudah rapi dan segar, Egin masih dengan tanktop dan trainingnya. Ia meringis mengingat itu. Dia saja yang perempuan baru bangun.
"Baru bangun," ucap Egin memberi tahu. Je mengangguk lalu melenggang masuk ke kamar Egin. Bokongnya ia dudukan di sofa sebelah kasur berantakan.
"Semalem pulang jam berapa?" Je bertanya.
"Enggak sempet lihat jam. Gue langsung tidur soalnya." Je memperhatikan Egin yang merebahkan diri di sebelahnya. Bahkan eyeliner dan eyeshadow biru Egin terlihat berantakan di kelopak mata.
"Mau mandi dulu atau langsung makan?"
Mata Egin melihat bungkusan di meja. "Bubur apa pecel?" tukasnya.
"Nasi jagung. Udah ayo makan!" Je menarik bungkusan lalu membukanya.
"Males cuci tangan." Bukannya berdiri, justru Egin semakin merapatkan diri dengan sofa.
"Gue suapin." Semula bermalas-malasan, Egin sumringah. Langsung saja ia mendekat pada Je. Sementara cowok itu tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.
Di sela kunyahannya, Egin teringat mimpi semalam. Egin tak bisa membayangkan kalau Je benar-benar pergi darinya. Sarapan saja ia harus dibawakan oleh Je, kalau tidak ia tidak akan sarapan.
"Je."
"Hmm." Je hanya bergumam seraya memasukkan sesendok nasi jagung ke mulut Egin.
Mengunyah hingga halus dulu makanannya, lalu Egin menelan kasar agar cepat bisa berbicara.
"Jadian yuk." Je tersentak. Tangan hendak menyendok makanan terhenti. Bukan cuma Je, Egin juga terkejut mengapa tiba-tiba mengajak bestie-nya ini berpacaran. Sepertinya dikarenakan pikiran dia yang dipenuhi oleh mimpi tadi malam.
Lalu matanya terangkat untuk memandang Egin lekat. "Maksud lo?"
"G-gue bosen jomblo." keluh Egin asal, yang malah membuat Je heran.
Di tengah keheranannya Je menimbang permintaan Egin. Masalahnya mereka tidak memiliki perasaan khusus. Di antara mereka tidak ada yang menyimpan perasaan lebih dari seorang sahabat.
Mengingat Egin selalu pergi bersamanya, kemana-mana harus bersamanya karena Egin tidak punya teman selain dia. Sebenernya mereka lebih terlihat seperti sepasang kekasih bukan sahabat. Mungkin menerima Egin tidak buruk.
"Oke, kita pacaran."
***
Halo kembali lagi dengan saya :)
Follow IG : @MyBauuuuu dan @trianand.nfta
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐧𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮 [ End ]
Random"𝗝𝗮𝗱𝗶𝗮𝗻 𝘆𝘂𝗸! 𝗚𝘂𝗲 𝗯𝗼𝘀𝗲𝗻 𝗷𝗼𝗺𝗯𝗹𝗼." *** Sebut saja dia Regina Egin. Gadis rantauan yang rela terpisah dengan orang tuanya demi pendidikan bersama sahabat dari oroknya, Rajendra Mahardika. Namun, hubungan sahabat mereka tergantikan...