29

813 51 4
                                    

Sorry kemaren itu bukan end ya, nghehehe

***

Wajah yang terakhir kali ia lihat di rumah sakit kini kembali ia lihat. Egin bergerak hendak menutup pintu, tetapi cowok bernama Evan itu menahannya.

"Gin! Bentar dulu! Gue perlu bicara sama lo! Please, kasih gue waktu buat jelasin semuanya!" sergah Evan.

Egin tidak peduli, ia bersikeras menutup pintu. Ia muak melihat drama Evan, sudah cukup ia dibodohi oleh cowok bermuka dua itu. Kebodohannya lebih mempercayai kebohongan tak ingin ia ulangi lagi.

"Gin! Gue janji deh ini terakhir kalinya gue gangguin lo! Abis ini gue gak akan ganggu lo lagi. " Evan terus mengetuk pintu. Ia tak peduli tetangga Egin terganggu.

"Pergi lo! Gue tau lo mau bohongin gue lagi, kan? Kalo gitu sorry gue udah gak bego lagi," sarkas Egin dari dalam kosannya.

Dengusan terdengar dari mulut Evan, "Enggak gitu, Gin. Gue serius mau ngomong sama lo."

"Itu lo udah ngomong! Jadi sekarang lo pergi! Dan jangan muncul lagi di kehidupan gue!"

Menggeleng, sebelum melakukan tujuannya ke kosan Egin, Evan tak akan pergi. "Gue bakalan pergi kalo lo mau dengerin omongan gue. Gue janji bakalan hilang dari kehidupan lo, asal lo mau dengerin penjelasan gue."

"Enggak bisa! Orang kayak lo udah gak bisa gue percayai lagi!" Egin menyanggah.

"Gin, gue sadar, gue salah. Makanya gue mau minta maaf sama lo. Bagi gue gak cukup minta maaf tanpa adanya penjelasan. Juga, lo bilang gue benci sama lo tanpa ada alasan. Lo salah besar, gue punya penjelasannya, dan sekarang juga gue mau ngejelasinnya sebelun gue pergi."

Bisa saja Egin tertarik dengan apa yang akan Evan jelaskan. Namun, ia tak bisa lagi percaya. Kepercayaan itu mahal, sudah dikecewakan, maka sulit untuk mendapatkan kepercayaan lagi. Egin tak bisa mempercayai Evan, setelah cowok tersebut memanipulasinya.

"Penjelasan apa?" Evan berbalik ketika suara dari belakangnya menginterupsi.

"Mau ngapain lo di kosan cewek gue?" Je melirik sinis cowok di depannya ini.

Ini adalah sebuah kesialan untuk Evan. Tujuannya ke sini hanya untuk memperbaiki hubungannya dengan Egin, ia ingin meminta maaf dan menjelaskan alasan dia membenci Egin, itu saja. Tapi sekarang? Justru ia dihadapkan Je. Beserta suara dingin cowok bercelana chino itu.

"Kayaknya gue juga perlu jelasin ini sama lo." Ucapan ragu-ragu Evan mendapat kekehan dari Je.

"Gue gak butuh. Semuanya udah jelas." Hanya tatapan dingin yang Evan dapatkan dari Je.

Di dalam Egin mendekatkan telinganya pada pintu. Aura dingin yang mereka berdua keluarkan membuat Egin merinding. Untung saja ia di dalam, kalau di luar sana pasti dia sudah mati kutu melihat dua cowok itu sedang perang dingin.

"Mereka lagi ngapain? Enggak ada drama baku hantam, kan?" monolognya.

Kembali lagi pada dua cowok yang saling menatap tajam. Tangan Evan terkepal. Entahlah, ia masih membenci Je setelah cowok itu membocorkan tentang dirinya pada Egin. Padahal itu sudah berlalu.

"Lo gak tau apa-apa" Suara dingin Evan masuk ke rungu Je.

"Apa yang enggak gue tau? Hah!" Egin semakin was-was mendengar intonasi suara Je mengeras.

𝐀𝐧𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang