Boleh minta vote sama komennya?
Makasih orang baik:)
***
Operasi berjalan lancar. Butuh sekitar enam jam menunggu hingga Egin bisa kembali pindah ke ruang rawat. Evan bahkan memindahkan Egin ke bagian VIP. Orang tua Egin tak bisa menolak permintaan Evan. Karena pemuda itu sedikit memaksa.
Evan duduk di kursi sebelah brankar Egin, sementara mamanya tertidur di sofa. Soal Je, dia mengantar Ayah Egin dan ayah Je ke bandara, ada yang harus mereka urus di Palembang.
Sesaat Evan melihat kelopak mata Egin berkedut, sebelum akhirnya perlahan terbuka menampilkan bola mata berwarna coklat gelap.
“Ya Tuhan, Egin sadar." Suara Evan membuat Egin menoleh.
Begitu mama Egin mendengar Evan berseru, ia langsung bangun.
Egin mengerjap, menajamkan pandangan. Pertanyaan bermunculan di kepalanya, ada apa dengan dirinya? Siapa orang-orang di depannya ini? Dan di mana dirinya berada?
“Ada yang sakit, Nak?” Egin berjenggit saat mamanya menyentuh lengannya.
“Jantan sentuh!” Egin awas menatap keduanya, “Kalian siapa?”
Mama Egin tercengang, matanya kembali basah, “Ini Ibu, Nak. Yang ngelahirin kamu." Hatinya ngilu melihat respons Egin yang diluar nalar.
“Tunggu dulu, Evan panggilin dokter," ujar mama Egin.
Sejurus kemudian sesorang memeriksa Egin. Menilik bola matanya, denyut jantung lalu mengembuskan napas.
“Amnesia jangka panjang, tapi tidak permanen. Bisa dibantu beberapa terapi,” jelas Dokternya. Mama Egin sempat menahan napas terkejut. Ia tak menyangka bahwa ini akan terjadi.
Tapi sisi baiknya Egin baik-baik saja, tak ada satu cacat pun seperti yang Dokter katakan di hari lalu, kecuali patah tulang di kakinya, tentu saja itu bisa pulih.
“Makasih, dok,” ucap Evan.
“Sama-sama. Dan Egin jangan lupa minum obat,” pesannya sebelum meninggalkan ruangan. Egin mengangguk.
Egin ragu menatap wanita yang disebut mamanya, lalu Egin dirangkul olehnya. Egin meringis, dia yakin wanita ini memang ibunya, Egin bisa merasakan dari feeling-nya.
Seperti siswa baru, Egin dikenalkan satu-persatu tak terkecuali Evan. Mama Egin antusias mengenalkan Evan, pria baik hati yang membiayai separuh biaya rumah sakit, yang menyewakan home stay untuk mereka, juga sosok yang selalu mengantarkan makanan setiap hari.
Sosok Evan berubah macam superhero bagi Egin.
Egin mengulas senyum untuk Evan, Evan tercengang. Itu pertama kalinya Egin melemparkan senyuman padanya. Senyuman yang tulus.
Astaga! Andai Egin tahu apa yang pernah Evan perbuat padanya, Egin pasti sudah menamparnya, menyumpah serapah dan pastinya meneriakinya dengan umpatan.
***
Evan
|Egin udah siuman tapi dia amnesia
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐧𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮 [ End ]
Casuale"𝗝𝗮𝗱𝗶𝗮𝗻 𝘆𝘂𝗸! 𝗚𝘂𝗲 𝗯𝗼𝘀𝗲𝗻 𝗷𝗼𝗺𝗯𝗹𝗼." *** Sebut saja dia Regina Egin. Gadis rantauan yang rela terpisah dengan orang tuanya demi pendidikan bersama sahabat dari oroknya, Rajendra Mahardika. Namun, hubungan sahabat mereka tergantikan...