15

869 49 1
                                    

Boleh minta vote sama komennya?

Makasih orang baik, god bless you:)

***

Jarum jam memutar mengganti waktu. Namun, Je masih merasa waktu sangat lama berjalan. Sementara di luar terdapat Je dan kedua orang tua Egin tengah menunggu proses operasi Egin.

“Ibu takut nanti Egin kenapa-napa,” lirih Ibu Egin, mengalihkan Je.

“Jangan gitu ah! Egin pasti sembuh.” Ayah Egin menenangkan istrinya.

Sementara Je termenung, ia juga takut kalau kondisi Egin akan semakin parah. Mengingat jika Egin mengalami pendarahan di kepalanya, Je takut Egin lupa ingatan. Jika begitu bagaimana hidupnya nanti? Je tak bisa kalau dilupakan Egin.

Je terkekeh berpikiran seperti itu, mana mungkin Egin lupa ingatan, ini bukan dunia novel. Penyakit seperti itu hanyalah mitos belaka.

‘Random banget gue,' batinnya.

Cklek.

Segera Ibu Egin menghampiri Dokter yang baru saja keluar. Wajah cemasnya berubah menjadi riak penuh harap.

“Bagaimama anak saya, Dok?”

Dokter tersebut tersenyum. Namun, jatuhnya seperti apologetic smile, “Setelah kami operasi, ternyata pasien mengalami gegar otak. Dan mohon maaf, kami juga belum bisa memastikan bahwa pasien akan benar-benar sembuh. Kemungkinan besar pasien bisa saja lumpuh, buta atau bisu. Kita bisa memastikan nanti kalau pasien sadar. Terima kasih.”

Wajah Ibu Egin memias, warna bibir berubah pucat, “A-apa, Dok?”

Brak!

Akhirnya beliau pingsan usai mendengar apa yang ia takutkan dari Dokter. Ini seperti petir datang di siang bolong. Hati Ibu Egin terhantam mendengar kabar buruk anaknya.

“Mending bapak bawa Ibu, Egin biar Je aja,” ujar Je.

Bapak Egin mengangguk lalu membawa Ibu untuk diistirahatkan. Je masuk ke ruangan Egin, matanya mulai memanas melihat sosok perempuan kuat tengah terbaring lemah di atas brankar.

“Kenapa harus kamu yang kayak gini? Kenapa enggak aku aja?” Senyuman Je ulas. Ia menyentuh tangan Egin lalu mengecupnya.

“Ternyata kecantikan kamu nambah ya, kalo lagi tidur gini. Adem dilihatnya, tapi jangan kelamaan, aku enggak sanggup liat kamu kayak gini...."

***

“Kau ini! Udah tua masih aja ngerepotin Je. Kau tahu semalam Je tak tidur menunggui kau ini? Bocah nakal!”

Setelah hampir satu jam Ibu Egin pingsan juga semalam mereka lewati untuk menunggu Egin, cewek itu masih enggan membuka matanya.

“Bu,” panggil Je.

“Ya, Je?” Ibu Egin menoleh, kedua matanya sembab juga wajah yang memerah setelah menangis semalaman melihat anaknya koma.

“Ibu makan dulu, istirahat. Biar Je yang jaga Egin." Padahal keadaan Je lebih buruk dari keadaan Mama Egin.

“Ish! Bocah ini pasti sedang tertawa mengerjai kita, awas saja nanti ya!” kata Ibu, tapi sedetik kemudian beliau kembali menangis sesegukan.

𝐀𝐧𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang