11

843 57 2
                                    

Boleh minta vote sama komennya?

Makasih orang baik, god bless you:)

***

Kira-kira dua mingguan ini Adam telah mampu bergerak seperti biasanya walau terbatas. Tentunya hal tersebut menghadirkan sepercik kebahagiaan bagi dirinya sendiri. Terbaring selama dua minggu bukanlah suatu hal yang menyenangkan, baginya itu adalah mimpi terburuk.

Adam tak sepenuhnya sembuh, ia harus check up setiap minggu untuk mengontrol lukanya. Kakinya dilangkahkan pelan menuju loket obat, sesaat setelah kontrol pertama pasca keluar dari rumah sakit, Adam lalu duduk di kursi tunggu.

Di sebelahnya nampak seorang ibu paruh baya tersenyum ke arahnya.

Di lemparkan senyuman ramah, Adam pun bertanya, “Siapa yang sakit Bu?”

“Anak kos, udah semingguan sakit. Kasihan enggak ada yang rawat.” Adam mengangguk paham.

“Sakit apa?”

“Typus. Adek sendiri sakit apa?”

“Kontrol luka, abis kecelakaan." Ibu tadi pun mengangguk, tak ayal dua bola mata dia melihat kondisi Adam yang dikatakan tidak baik-baik saja.

Mereka terdiam menunggu panggilan dari penjaga loket.

“Regina Egin!” Panggil penjaga loket sedikit teriak.

“Ibu ambil obat dulu ya.” Pamit Ibu kos tersebut. Tak lama sosoknya menghilang dari pandangan Adam.

Seperempat siku terlihat di pelipis Adam kala ia melihat sosok familier menghampiri Ibu tadi.

“Egin?”

Mendengar namanya dipanggil dari seseorang, Egin menoleh. Bola mata Adam melebar, benar rupanya kalau Egin lah yang sakit.


“Astaga! Je tahu lo sakit?” Egin menggeleng, Adam beringsut lalu menyentuh kening Egin, panas.

“Gue enggak pa-pa, kok.” Egin menjauhkan tangan Adam dari keningnya.

Sesaat Adam menimang sesuatu. Ganjal rasanya kalau ia membiarkan Egin sendirian seperti ini. Lantas sebuah tawaran ia ungkapkan.

“Gue anter pulang ya?” ucapnya. “Anggep aja makasih gue, soalnya lo pernah nolongin gue.”

Gelengan dari Egin Adam dapatkan, tandanya Egin menolak tawarannya. Egin pikir itu tidak perlu, sebab ada Ibu kos yang sudah mengantarnya.

“Egin ayo pulang!” Ajak Ibu kos setelah beliau mendapatkan obat. Egin dipapah bangun oleh ibu kos.

“Bayar makasih lo dengan rahasiain ini dari Je. Itu aja,” kata Egin. Ibu kos nampak terkejut. “Ini temen kampus,” kata Egin setelah tahu respons ibu kos.

Adam menatap kepergian Egin dengan cemas. Perempuan itu memang benar-benar keras kepala. Pasti ini soal pertengkarannya dengan Je masalah putus waktu itu.

Setelah beres mengontrol lukanya Adam bergegas pulang. Di perjalanan Ia berusaha menghubungi Je. Namun, Je tak menjawab. Adam beralih menghubungi Faldo, tetap tak ada jawaban. Adam berharap Egin baik-baik saja sampai Je bisa dihubungi dan mendatanginya.

𝐀𝐧𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang