13

840 56 3
                                    

Boleh minta vote sama komennya?

Makasih orang baik.

***

Jam menunjukkan sepuluh malam. Egin melepas celemek dan mengambil tas bergegas pulang. Tadinya Je ngotot ingin menjemput Egin, tapi Egin melarangnya. Egin ingin pulang sendiri, ia rindu taksi online.

Saat Egin hendak keluar, seseorang telah menunggunya. Egin acuh dan menampakkan wajah datar. Entah mengapa setiap kali melihat wajah itu, rasanya Egin mau mengeluarkan semua isi perutnya. Mengapa juga Tuhan harus mempertemukan dia dengan makhluk menyebalkan ini

"Ikut gue," ucapnya, tapi Egin tak menggubrisnya. Membuang-buang waktu saja. Itu pikirnya.

"Eh pelacur!" Untuk kali ini Egin menghentikan langkahnya, ia mendelik tajam ke arah Evan. Dada dia menggemuruh mendengar hinaan dari mulut hina itu lagi. Kalau saja membunuh tidak akan dipenjara, maka Egin akan melakukannya. Tak apa dosa juga, kan tujuan dia untuk menambah dosa sekalian memusnahkan lelaki bermulut jamet macam Evan.

Emang cowok itu hobinya nyari masalah mulu sama dia. Heran, enggak ada kerjaan lain apa?

"Gue enggak punya urusan sama lo! Stop gangguin gue!" Emosi Egin tersulut. Sudah berapa kali Evan mengatainya pelacur?

"Gue udah peringatin berkali-kali sama lo! Jauhin Je!" teriak Evan, sedangkan Egin merotasi bola mata malas.

"EVAN!" Itu suara Faldo. Dia telah membuntuti Evan sejak tadi. Dia penasaran akan perilaku Evan akhir-akhir ini, itu makanya dia mengikuti Evan.

Apa yang Faldo curigakan selama ini ternyata benar. Evan tak mungkin bersikap baik pada Egin, secara cowok itulah yang paling membenci Egin, entah dalam dasar apa.

Melihat secara langsung bagaimana Evan mengatai Egin tak layak, Faldo muak. Cowok itu bisa saja baik pada Je, tapi tidak dengan pacar Je.

"Jangan ganggu Egin. Dia gak ada urusannya sama lo," tekan Faldo.

Evan terkekeh sinis, "Oh, lo juga udah kerayu sama pelacur ini, hah? Udah pernah tidur sama dia?" Evan menoleh pada Egin, lalu bertepuk tangan. "Bagus sekali. Lo emang gak perlu di-"

Bugh!

Satu tinjuan tepat di tulang hidungnya mengeluarkan darah dari sana. Evan juga terjerembab jatuh ke aspal. Tak terima dipukul mendadak, Evan langsung bangkit balas memukul Faldo.

"STOP!" Egin berteriak melerai mereka.

Bagaikan angin lalu, begitulah teriakan Egin. Egin panik kala aksi baku hantam terus beralnjut.

Bugh.

Faldo menendang perut Evan hingga kembali tersungkur. Egin mendekat, memerikas kondisi Evan. Evan terengah setelah mendapat banyak pukulan dari Faldo, mulutnya berdarah juga lebam di wajahnya. Tangannya menepis Egin tatkala Egin ingin memeriksa wajahnya.

"Don't tuch me, slut!" Faldo yang mendengarnya menggeram.

Menarik kerah baju Evan hendak menghajarnya kembali. Tak ada yang menyadari sebuah mobil melaju ke arah mereka yang tengah baku hanyam di tengah jalan.

𝐀𝐧𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang