06

893 61 10
                                    

Boleh minta vote sama komennya?

Makasih orang baik, god bless you:)

***

Pagi menyapa. Matahari muncul dari ufuk timur, menerangi bumi. Gelapnya malam tergantikan oleh terangnya pagi.

Je terbangun saat mendengar deru sepeda motor dipanaskan, dia mengerjap mengumpulkan jiwanya, ini kosan Faldo dan Egin masih tertidur di sebelahnya.

Mata Egin bengkak akibat menangis semalaman, hidung cewek ini juga masih memerah. Je turun melangkah tertatih menuju kamar mandi, mencuci muka lalu kembali duduk di sebelah Egin.

“Gin, bangun.” Je menepuk pelan pipi Egin.

Dilihat Egin mulai menggeliat lalu membuka matanya perlahan kemudian duduk setelah melihat wajah Je.

“Mananya yang sakit?” tanya Egin masih mengingat keadaan Je.

“Enggak ada yang sakit.”

“Gue tabok lo.” Je terkekeh. Ia tidak ingin membuat Egin cemas saja, meski Egin sudah tahu ia masih kesakitan.

“Gue harus pulang,” ucap Egin.

“Cuci muka dulu.”

Egin berlari ke kamar mandi, cuci muka lalu kembali duduk di sebelah Je bersamaan dengan pintu diketuk oleh pemiliknya.

“Masuk, Do.”

Faldo pun masuk dengan kernyitan. “Enggak lo kunci semalam? Parah lo! Entar kosan gue dimalingin. Mana malingnya mergokin lo lagi ena-ena lagi.”

“Porno lo!” Lemparan bantal mendarat pada Faldo. Sementara Faldo terkekeh jumawa.

“Nih, gue beliin sarapan. Makan tuh,” kata Faldo memberikan bungkusan sarapan.

Egin terenyuh, Faldo sangat berbeda dengan Evan. Cowok itu lebih perhatian dan masih bisa menerimanya, tidak seperti Evan yang selalu menolaknya.

“Teman gue baik banget ternyata,” kata Je terharu.

“Bayar, sebungkusnya sepuluh rebu, sama ongkos. Total lima belas rebu.” Baru diterbangkan sekarang dijatuhkan.

“Itungan lo.”

“Kalian makan aja, gue disebelah.” Lalu Faldo kembali keluar kamar.

Setelah Faldo pergi, Egin mengambil bungkusan tersebut. Di lihatnya dua porsi bubur ayam terlihat menggiurkan.

“Sini.” Egin bersiap menyuapi Je. “Buka mulut lo.”

Je kicep lalu berkata, “Biasanya juga aku yang nyuapin.”

“Lo kan lagi sakit.” Je terkekeh lalu menerima suapan Egin.

Suapan demi suapan telah masuk ke dalam mulut Je. Egin sangat manis kalau perhatian seperti ini. Tahu begini ia jadi ingin seperti ini terus agar Egin selalu memberikan perhatian padanya.

Setelah satu kotak bubur habis, Je meminta lanjut ke kotak berikutnya. Rupanya ia lapar. Selesai makan Egin beberes merapikan kasur dan mengikat rambutnya. Ia bersiap pulang.

𝐀𝐧𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang