Boleh minta vote sama komennya?
Makasih orang baik, god bless you:)
***
Kembali seperti dulu, sebelum Je pacaran bersama Egin, Je kembali sibuk dengan organisasinya. Rapat, mengurus segala tanggung jawabnya. Dengan kesibukannya sebagai ketua BEM berhasil mengalihkan Egin dari pikirannya."Oke, makasih ya buat temen-temen semua, udah menyempatkan untuk hadir. Kasih tahu juga ke yang lainnya, lain kali hadir kalau ada rapat. Saya akhiri rapat, ini. One more again, terima kasih." Masing-masing dari mereka merapikan barang-barang berupa buku agenda, bollpoint dan berbagai peralatan lainnya.
Usai rapat, Je pun sama membereskan beberapa barang-barangnya. Ia keluar dari ruang rapat setelah dirasa semuanya beres.
Seraya menjalankan kaki, Je melipat tangan jas almamaternya membuat kaum hawa melihat dia terpana.
"Je!" Teriakan dari belakang membuat Je menghentikan langkah.
"Lo abis rapat ya?" Lexa datang menghampiri dengan senyuman lebar.
"Iya. Kenapa emang?" tanya Je balik.
"Sambil jalan aja ngobrolnya." Mereka melanjutkan jalannya kembali dengan Lexa berjalan di samping Je. Gadis itu terlihat lebih pendek dari Je, tingginya hanya sebatas bahu lelaki beralmamater biru tua itu disertai logo Universitas Erlangga di dada bagian kiri.
"Anyway. Kok gue enggak lihat lo sama cewek itu lagi sih?" Untuk sementara Je terhenyak akibat pertanyaan tiba-tiba itu. Namun, untungnya Lexa tak menyadari air wajah yang terlihat tegang itu dicampur masygul itu.
"We're lose." Je menjawab singkat.
Lexa menoleh terkejut pada Je, "Beneran? Kok bisa? Masalahnya apa? Oh! Jangan-jangan lo dighosting ya?"
"Not your business," jawab Je tak minat. Amarah bergerombol di hati begitu dia mengingat saat-saat terburuk itu.
Risi ditanya-tanya hubungannya dengan Egin, Je meninggalkan Lexa setelah melontarkan kata pamit. Meski mood-nya sedang buruk, Je masih melemparkan senyuman ramahnya pada orang-orang sekitarnya.
***
Di sini Je sekarang setelah melarikan diri dari pertanyaan tak bermutu Lexa. Datang berkumpul bersama teman-temannya setiap jam istirahat tiba di basecamp.
"Cie yang udah putus," ledek Faldo.
"Cie yang masih jomblo." Adam menyahuti sambil mencolek dagu Faldo.
"Diem lo anjing!" umpat Faldo menepis kasar tangan Adam.
"Sesama jomblo jangan saling ngatain," ujar Je lalu duduk di samping Evan.
"Apa gue bilang! Egin tuh emang orangnya kayak gitu. Lo aja enggak mau nyadar." Evan menimpali.
"Kita lihat seberapa lama Je tanpa Egin akan bertahan," papar Faldo tersenyum jumawa.
"Heleh baru semalam aja si Je udah depreshot," ujar Adam dihadiahi tawa oleh Faldo dan kekehan dari Je, Evan pengecualian, dia hanya diam. Sepertinya sedang sariawan abis jelekin orang.
"Kenawhy enggak sekalian bunuh diri aja, Je? Kan enak tuh kalo lo enggak ada,"
"Asu lo!" umpat Je lalu mengapit leher Faldo di sela ketiaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐧𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮 [ End ]
Random"𝗝𝗮𝗱𝗶𝗮𝗻 𝘆𝘂𝗸! 𝗚𝘂𝗲 𝗯𝗼𝘀𝗲𝗻 𝗷𝗼𝗺𝗯𝗹𝗼." *** Sebut saja dia Regina Egin. Gadis rantauan yang rela terpisah dengan orang tuanya demi pendidikan bersama sahabat dari oroknya, Rajendra Mahardika. Namun, hubungan sahabat mereka tergantikan...