Senyuman indah yang lama tak Evan lihat kini kembali ia lihat. Namun, tak lama ia menatap senyuman itu, cengkraman di tangannya kian mengeras mengundang tawa Faldo dan Adam.
“Jangan ngeliatin cewek orang mulu, lo! Noh lihat muka cewek lo! Asem banget!” ujar Adam diiringi tawanya.
“Colok aja, Xa, matanya, kalo ngeliatin cewek lain lagi,” kelakar Faldo.
“Tau nih! Nanti juga mau gue colok pake cinta,” sungut Lexa semakin mengeratkan gandengannya.
“Hilih! Dasar emang bucin ya lu.” Adam mencibir. Lexa hanya melengos tak peduli.
“Gak nyangka, ya? Gue kira dulu lo suka sama Je. Ternyata salah." Egin terkekeh dengan asumsinya sendiri.
Lexa hanya mengulas senyum, “Maafin kebegoan cowok gue, ya? Dia emang terlalu baik mau comblangin gue sama temennya sendiri."
Tawa kecil Egin terdengar, “Untung aja Je gak tertarik sama lo. Kalo aja iya, udah gue mutilasi tuh cowok lo.”
“Ya gak bakalan lah aku berpaling sama kamu. Kan cuma kamu satu-satunya ratu yang menempati hati aku." Kontan semua yang di sana meringis geli mendengar penuturan Je.
“Hoek! Mending Lexa yang bucinnya masih tahap bucin, daripada lo yang udah ke tahap bulol!” Faldo menyetting seakan dia ingin muntah.
“Biarin aja, Je. Maklum dia emang jomblo berkarat, jadi iri sama kita.” Je mengangguk setuju pada Evan yang baru bersuara.
“Sorry, sorry aja ye, ngab. Gini-gini juga gue bucinnya Lisa BlackPink." Faldo berujar pongah.
“Lisa belek ijo kali,” cibir Adam.
“Yang gak ada bucinnya diem,” sungut Faldo kemudian.
“Ngaca nih, Do, di kaki gue,” kelakar Je. Sementara Faldo bersungut-sungut.
“Kaki lo terlalu bagus. Mending Faldo ngaca aja tuh di sana." Lantas Egin menunjuk kaca besar di bandara ini.
Di hari minggu ini, mereka mengantarkan Evan juga Lexa yang akan terbang ke Aussie untuk menyiapkan pernikahan mereka. Penjelasan Evan di hari lalu juga telah terdengar ke telinga Egin.
Dan kini mereka berdamai setelah Evan membuat kekacauan. Hanya satu kata maaf yang Evan ucapkan, tetapi seribu balasan mereka berikan. Mereka memaklumi Evan yang bodoh karena cintanya.
Evan melirik jarum jam di lengannya yang dilingkari oleh jam tangan. Lalu ia melirik satu-persatu teman-temannya.
“Bentar lagi gue mau chek-in." Interupsinya.
“Yah .... Bakal kangen deh gue nanti,” lirih Egin.
Lantas Lexa memeluk Egin. Begitu juga Egin yang balas memeluk Lexa “Gue pasti seneng banget dikangenin sama orang baik kayak lo,” bisik Lexa.
Egin mengangguk, “Bahagia ya lo di sana sama Evan. Semoga betah.”
Cukup lama mereka berpelukan, seakan kehadiran empat cowok di sekitarnya adalah angin yang berembus.
“Van, lo gak mau pelukan sama kita?” tanya Adam kemudian.
“Ogah!” tolak Evan telak.
“Lo bau ketek sih, Dam. Kalo sama gue mau, kan?" Mata Je berbinar menatap Evan.
“Bahkan ketek lo lebih bau dari Adam,” sarkas Evan, langsung mendapat sembutan tawa dari Faldo.
“Daripada pelukan sama Evan, mending gue peluk Lexa aja." Lexa yang baru saja mengurai pelukannya dengan Egin, berkelit begitu Faldo menghampiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐧𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮 [ End ]
Random"𝗝𝗮𝗱𝗶𝗮𝗻 𝘆𝘂𝗸! 𝗚𝘂𝗲 𝗯𝗼𝘀𝗲𝗻 𝗷𝗼𝗺𝗯𝗹𝗼." *** Sebut saja dia Regina Egin. Gadis rantauan yang rela terpisah dengan orang tuanya demi pendidikan bersama sahabat dari oroknya, Rajendra Mahardika. Namun, hubungan sahabat mereka tergantikan...