Boleh minta vote sama komennya?
Makasih orang baik, god bless you:)
***
Sebagai imbalan kemarin, minggu pagi ini Je mengajak Egin ke Ancol untuk refreshing. Kalau keliling Jakarta mencoba berbagai kuliner sudah sering mereka lakukan, tetapi jarang mereka menghabiskan waktu ke tempat wisata seperti ini.
“Je fotoin gue dong!” Egin berujar seraya menyerahkan ponsel pada Je.
“Yang bagus ya! Awas kalo nanti nge-blur." Belum Je memposisikan kameranya pada angle yang pas, Egin sudah mengancam.
“Iya, iya.” sahut Je kemudian. “Mana posenya?”
Lantas Egin menggerakkan tubuhnya hingga membentuk pose yang pas agar terlihat bagus hasilnya. Meski dia selalu terlihat kaku. Akan tetapi, kalau di depan kamera Egin sudah seperti model profesional.
Ckrek.
Jepretan pertama menunjukkan Egin tengah memejamkan mata seolah menikmati hembusan angin pantai.
Ckrek.
Disusul yang kedua, pose Egin memperlihatkan deretan gigi putih, sementara tangan kanannya memegang tepi topi.
“Seleb nih bos!” ujar Je diselingi tawa ringan dia melihat beberapa foto Egin yang berhasil ia ambil.
“Mana coba lihat?” Egin berdecak kagum melihat hasil foto Je. Tak ada satu pun foto yang cacat, semuanya memuaskan hingga Egin gatal ingin memposting foto-fotonya ke sosial media.
“Cocok lo jadi fotografer,” celetuk Egin.
“Jadi fotografer lo sabilah."
Terlihat kedua bola mata Egin berbinar. “Are you serious?”
“Lo mau?”
Anggukan sebagai jawaban. Egin menaruh ponselnya ke kantung yang digantung di lehernya. Sementara Je sudah tak berdiri lagi, cowok itu sudah duduk di hamparan pasir.
“Duduk sini.” Tangan Je menepuk tempat di samping.
Egin turut serta. Setelah bokongnya mendarat sempurna di atas pasir, ia menaruh kepalanya di bahu Je. Menikmati angin pantai juga panasnya terik matahari di bahu pacar sangatlah menyenangkan.
“Anginnya tenang banget kayak hidup lo." Celetukkan Egin disusul kekehan dari Je.
“Kalo hidup kamu?” Ah kata gantu itu. Egin tak mempermasalahkannya, terserah Je mau menggunakan kata ganti bagaimana. Mau pake ane-ente juga tidak pa-pa, asal jangan lo-ente.
“Hidup gue kayak rumus matematika. Rumit."
Tak disengaja Je melihat sebuah ranting tak jauh dari mereka. Sebuah lampu menyala di atas kepalanya. Mengingat suatu tersebut membuat senyumannya tersungging.
“Gin."
Di pundak Je dengan mata terpejam Egin menjawab, “Hmm."
“Ada ranting, ada kayu. Aku nothing without you." Spontan pejaman mata Egin terbuka lebar.
“Nghahaha! Dapet begituan dari mana lo!” tukas Egin diiringi tawa. Niat Je menggombal jatuhnya kayak dark jokes.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐧𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐟𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮 [ End ]
Random"𝗝𝗮𝗱𝗶𝗮𝗻 𝘆𝘂𝗸! 𝗚𝘂𝗲 𝗯𝗼𝘀𝗲𝗻 𝗷𝗼𝗺𝗯𝗹𝗼." *** Sebut saja dia Regina Egin. Gadis rantauan yang rela terpisah dengan orang tuanya demi pendidikan bersama sahabat dari oroknya, Rajendra Mahardika. Namun, hubungan sahabat mereka tergantikan...