33

6 3 2
                                    

* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, namun Revan belum juga bangkit dari kasurnya. Dia masih nyaman untuk tidur dengan posisi telungkup dan selimut yang berada di atas punggungnya.

Drtt

Suara musik yang sedari tadi terputar pun berhenti karena panggilan dari seseorang. Revan meraba-raba mencari keberadaan ponselnya.

"hmm?"

"Van, lo dipilih jadi perwakilan sekolah untuk olimpiade badmintoon bulan depan antar Provinsi, lombanya di gedung stadion Yogya, jangan lupa latihan"

Revan langsung terduduk, matanya terbelak. Dia kaget mendengar pernyataan barusan.

"serius lo? Kenapa baru dikasih tau sekarang?"

"pulang sekolah tadi anak badmintoon rapat, gue nyari lo taunya lo udah pulang duluan. Makanya gue kasih tau lewat telfon"

Revan menggaruk kepalanya yang tak gatal, "yaudah yaudah. Makasih infonya, Bas"

Kemudian, Revan memutus panggilan sepihak. Baru saja bangun dia malah dapat beban baru dari sekolah. Sebenarnya tidak apa kalau dia dipilih untuk mewakili sekolahnya, cuman yang membuatnya kesal adalah dia harus berlatih keras karena semenjak kelas 12 ini dia tidak pernah lagi mengikuti latihan di sekolah. Paling hanya dua bulan sekali, maksimal.

* * *

Verrel tiba di halam rumah Rachel, dia menjemput gadis itu karena mereka sudah berjanji dengan teman-teman yang lain untuk makan makan bersama di kafe yang baru saja buka di dekat sekolah mereka.

Di dalam rumah, Rachel sedang memakai sepatunya di ruang tamu dengan susah payah dikarenakan sepatunya sudah hampir tak muat. Sepatu kesayangannya tidak pernah ia lepas saat pergi kemanapun.

"mau keman lo?" tanya Bryan dengan piring yang berada di tangannya, dia baru selesai makan di kamarnya. Kebiasaan, makan di kamar jauh lebih nikmat daripada makan di meja makan. Kalau kata Bryan begitu.

"mau main sama teman"

Bryan meletakkan piringnya di wastafel dan mencucinya, "biar gue antar"

Rachel langsung berdiri saat sepatunya sudah terpakai sempurna di kakinya, "gak usah. Gue udah di jemput sama teman, dia nunggu di depan"

"siapa? Cowok yang kemarin? Kan gue udah bilang ja—"

"bukan dia" potong Rachel cepat dan bergegas keluar rumah untuk menemui Verrel. Bryan juga ikut-ikutan mengikuti adiknya dari belakang. Rachel menghentikan langkahnya, berbalik badan menatap kesal sang kakak.

"lo ngapain sih, Kak?"

"cowok baru? Siapa namanya?"

"Verrel, teman satu sekolah gue"

RA & RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang