"panggilan kepada ketua dan bendahara kelas dua belas Ipa dan Ips untuk segera ke ruang rapat"
"sekali lagi, panggilan kepada ketua dan bendaharaa kelas dua belas Ipa dan Ips untuk segera ke ruang rapat. Terima kasih"
Suara mikrofon dari meja piket yang terdengar sampai satu sekolah, mereka yang dipanggil pun segera keluar kelas. Seperti yang dilakukan Revan dan Liora saat ini.
Sebelum itu, Liora mengambil buku kas juga pulpen untuk berjaga-jaga. Sedangkan Revan masih duduk di bangkunya.
"kayaknya mau sumbangan lagi deh" ucap Claudya dengan nada sedih.
"Jangan sok tau. Bisa aja kita mau ngadain acara, udah kelas 12 juga kan" sahut Clara yang diangguki oleh Luna dan Rachel. Seperti biasa, Rachel mengambil bangkunya dan duduk di samping Claudya untuk berkumpul dengan mereka. Karena, di barisan bangkunya penuh dengan para cowok.
"emang ada apa sih, Li?"
"gue juga gak tau, Dy. Bentar ya" Liora melangkahkan kakinya keluar kelas, tidak lama kemudian Revan menyusulnya dari belakang. Tanpa disadari, mereka berdua saling tunggu. Ya, Liora sengaja ikut berbincang sejenak dengan temannya karena menunggu Revan yang belum juga bergerak, begitu juga dengan Revan.
Biasanya hal seperti itu sering terjadi sama yang diam-diam suka, iya kan?
Revan berjalan agak lebih cepat agar bisa berdampingan dengan Liora.
"gimana keadaan lo?"
"gimana apanya? Gue baik-baik aja"
"hati lo, lagi gak baik"
"apa sih. Gajelas" ujar Liora sambil terkekeh kecil membuat Revan tersenyum tipis. Dua insan itu menjadi pusat perhatian beberapa orang yang lewat karena melihat adegan langka.
Jadi bahan sorotan hal biasa bagi mereka.
Sesampainya di ruang rapat, Liora duduk di meja paling depan, dan Revan duduk di belakangnya, di barisan paling kanan yang dekat dengan dinding.
"duduknya sesuai kelas ya, ketua dan bendahara duduknya berdua" spontan mata Liora terbelak kaget karena tiba-tiba saja Revan sudah duduk di sebelahnya. Dia menggeser sedikit ke kanan.
Revan melihat ke samping, "kenapa ngejauh? Gue bau ya?" tanyanya pada Liora yang seakan gelisah.
"gak kok, gue lagi pengen nyender ke dinding aja" Revan yang tak percaya terus menatap mata gadis itu. dan yang ditatap langsung buang muka.
"duh Liora, lo kenapa sih!" batinnya.
Revan juga kembali ke arah depan, dia menunjukkan smirk manisnya karena tingkah Liora tadi. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan mereka berdua? Kenapa mereka malu-malu?
Apa benih benih cinta mulai tumbuh seperti yang dikatakan Arnold waktu itu?
Revan tersadar, raut wajahnya kembali datar.
"kok gue gini ya? Gak, gak boleh. Lo harus cari Rara dulu, Van!" ujarnya dalam hati.
"Baiklah, Bapak akan menjelaskan alasan mengapa kalian dipanggil. Sekarang, kalian sudah kelas dua belas yang artinya sebentar lagi akan tamat. Maka dari itu, Bapak selaku perwakilan dari guru Olahraga ingin mengadakan acara kamping khusus angkatan kalian"
Sorak gembira dari mereka memenuhi ruangan, ternyata impian yang hampir tiga tahun mereka inginkan tercapai juga. Karena ini pertama kali bagi mereka untuk kamping, sebelumnya memang tidak pernah.
"maka dari itu, Bapak mohon kerja samanya dengan kalian. Ketua kelas, tolong beri tahu teman kelasnya mengenai informasi ini, dan untuk Bendahara kelas kalian harus mengumpulkan dana Rp.10.000 saja per orang untuk biaya transformasi. Untuk makanan, kalian bisa membawanya sendiri, bebas. Mau bawa kompor, kulkas, lemari makan pun boleh" mereka tertawa karena kalimat yang terakhir Pak Anwar ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RA & RE
Teen FictionMasa lalu memang tidak akan terlupakan, tapi bagaimana jika kita memang tidak ingat apapun tentang masa lalu? Revan, lelaki yang tak pernah berhenti untuk mencari keberadaan Rara, teman kecilnya. Revan tak pernah menganggap kalau Rara sudah tewas s...