36

6 3 0
                                    

* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

"Van, kenapa semalam gak angkat telfon gue?"

"lo sibuk banget ya semalam? Ada yang perlu gue bantu?" Revan terus melangkahkan kakinya di tengah koridor sekolah, dia sudah muak dengan pertanyaan Rachel yang dari pagi tadi mengusiknya. Bahkan sejak tadi malam disaat dirinya tengah menangis, perempuan itu sibuk menelponnya hingga berkali kali sampai ponselnya mati daya. Hari ini, lelaki itu juga merasa cukup lelah. Mungkin karena dia harus menyetir lama tadi malam.

Rachel mensejajarkan kakinya dengan kaki Revan. "Van, lo mau kemana?"

"lo marah ya sama gue?"

"Revan, liat gue bentar" Rachel menarik tubuh Revan agar menatapnya sebentar.

"lo kenapa?"

"Gue gapapa, semalam gue lagi di rumah sakit bantuin Papa makanya gak sempat angkat telfon dari lo dan setelah itu hp gue mati" jawab Revan dengan nada lesuh.

"terus tadi, kenapa cuekin gue Van?" Revan menghela nafas gusar, "gue capek, Hel. Jangan ganggu gue dulu" Revan pun melangkah masuk ke ruang guru karena Pak Amru memanggilnya.

Rachel menatap nanar Revan, dia semakin takut kalau lelaki itu benar-benar tidak mencintainya.

"gue salah apa sih sama lo?" tanyanya pada diri sendiri.

"lo sama Revan kan dekat, harusnya lo lebih tau masalah apa yang Revan hadapi" Rachel menoleh kebalakang, melihat Liora yang berdiri sambil membawa buku kas.

"maksud lo?"

"semua orang juga udah tau kalau lo sama Revan dekat, jadi lo udah pasti tau dong tentang Revan"

"gue gak tau karena Revan gak pernah cerita apapun ke gue"

"itu karena dia, belum bisa terbuka sama lo. Dia belum sepenuhnya percaya sama lo"

"maksud lo itu apa sih, Li?"

"jelasnya kalau lo beneran suka dan sayang sama Revan, lo pasti cari tau tentang dia"

"gue juga selalu mikirin itu, gue juga pengen tau gimana Revan. Tapi gue nunggu Revan untuk cerita semuanya ke gue, gue gak mau dengan gue cari tau sendiri, Revan marah dan benci sama gue!" setelah perdebatan singkat antara mereka, Rachel memilih pergi dari hadapan perempuan itu. Hatinya panas, dia tak mengerti maksud dari semua ucapan Liora.

Selama ini juga dia selalu berusaha untuk mencari tau tentang Revan. Namun tak ada satu orang pun yang membantunya, Luna bilang dia tidak mau Revan marah padanya. Jadi apa yang harus dia lakukan? Menunggu Revan menceritakannya sendiri? Bahkan itu pun salah kata Liora.

Rachel duduk di perpustakaan seorang diri, percuma saja kembali ke kelas karena semua guru sedang rapat. Dia meletakkan kepalanya di atas meja dengan tangannya sebagai bantal. Gadis itu berusaha menenangkan sedikit hatinya.

RA & RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang