3. From The Beginning

729 94 14
                                    

"Ga, jangan sekarang ya, aku capek."

Wanda baru saja melepas baju pengantinnya. Menghapus bekas riasan di wajahnya. Tubuhnya hampir saja roboh jika mereka tidak cepat-cepat untuk pamit dan masuk ke dalam kamar.

"Yah terus kapan dong sayang," Saga duduk di samping Wanda. Memijat lengan perempuan yang baru saja dinikahinya itu.

"Kan masih ada besok. Serius aku udah nggak sanggup ngapa-ngapain lagi. Yah, aku mau mandi abis itu tidur."

Saga memberengut kecewa. Kemudian dia melepaskan pakaiannya dan segera masuk ke dalam kamar mendahului Wanda. Sementara gadis itu hanya menggelengkan kepala dan memutuskan merebahkan dirinya di atas kasur sambil menunggu Saga selesai.

Awalnya dia akan membasuh dulu tubuhnya. Sayangnya saking lelahnya, malam itu dia langsung terlelap. Dengan pakaian dalam yang masih dia kenakan. Beristirahat karena kelelahan.

Paginya tidak tahu kenapa, Wanda merasa bahwa tubuhnya justru semakin lelah. Padahal dia yakin semalam dia tidur dengan nyenyak. Dia juga yakin kalau tubuhnya masih berbalut pakaian dalam. Tapi sekarang, seluruh kulitnya menyentuh permukaan kasur. Tertutupi selimut tebal. Dan Saga di sampingnya sedang melingkarkan tangan di pinggangnya.

Wanda berusaha mengingat apa yang sudah mereka lakukan semalam. Tapi tidak ada satupun yang bisa dia ingat. Dia tidur begitu nyenyak. Dan tidak menyadari bahwa mungkin Saga sudah menidurinya tanpa izin.

"Eh udah bangun kamu sayang?" Sialnya, Saga bangun saat Wanda masih berusaha memikirkan apa yang terjadi semalam.

"Hmm," Gumam Wanda menyahuti pertanyaan Saga.

"Nyenyak banget kamu semalem. Padahal udah aku gangguin. Capek banget ya?" Jemari Saga yang tadi melingkar di pinggangnya kini terangkat. Membuat selimutnya turun melewati dada.

Wanda segera menarik selimut itu. Membuat Saga tertawa kecil. "Kok ditutup semalam juga aku lihat kok."

Mereka suami istri. Wanda tahu. Soal tubuh mungkin bukan lagi menjadi privasi mereka. Tapi yang tidak Wanda terima adalah, Saga tidak meminta izin kepadanya. Bahkan untuk melihat kemolekan yang dia miliki.

"Kamu yang lepas pakaian dalam aku?" Tanya Wanda kemudian menggeser tubuhnya menjauh dari sentuhan Saga.

"Iya, kenapa?"

"Apa yang kamu lakuin ke aku pas aku tidur?"

Mata Saga memicing, "Kenapa sih? Ya melakukan hal.. Sesuatu yang wajar seperti itu."

"Apa?" Tanya Wanda lagi.

Alis Saga bertaut, "Nda, kita suami istri, nggak ada salahnya kan kita ngelakuin ini?"

Ini yang dimaksud Saga adalah hubungan seksual antara perempuan. Yang sangat wajar dilakukan pasangan menikah.

"Tapi kamu nggak minta izin dulu ke aku Saga. Kamu harusnya tanya pendapat aku. Kamu pikir aku semalem tidur duluan nggak ada maksud? Aku capek. Aku bilang sama kamu. Dan ternyata kamu nggak dengerin aku!"

Wanda tidak tahu kenapa pagi itu menjadi pagi yang buruk. Tidur dalam keadaan tidak perawan adalah hal yang tidak pernah dia bayangkan. Sekalipun itu adalah dengan suaminya sendiri.

"Wanda," panggil Saga pelan, sambil digenggamnya lengan gadis itu agar tenang. "Aku minta maaf. Aku salah, aku harusnya minta izin dulu sama kamu. Aku minta maaf."

Tidak. Maaf itu seharusnya tidak pernah ada di dalam pernikahan itu. Saga tidak menghargainya sebagai istri bahkan pada saat hari pertama pernikahan mereka.

Pertikaian itu ditutup oleh Wanda yang memutuskan untuk pergi dari sana. Membalutkan selimut ke setiap inci tubuhnya.

"Wanda," Saga memanggilnya pelan. Tapi percuma, Wanda meninggalkannya dengan amarah yang besar. Sementara Saga hanya mematung canggung, di atas kasur yang ada bercak darah di atas spreinya.

Trauma (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang