14. Its Been A While Charis

379 96 53
                                    

rame bisa yuk rame hee.

"Kenapa?" Wanda bergumam. Matanya mendelik ke arah Charis yang kini seperti sedang menatapnya dari balik kaca ruangan yang berbeda.

Charis seperti sedang kedapatan, sedang memata-matai rekan kerja barunya itu. Yang duduk di sebelah ruangannya. Dipisahkan oleh kaca transparan yang dihiasi teralis dan gorden otomatis, tempat Bekti biasanya memantau. Rasanya aneh, mendapati Bekti ditemani oleh orang lain seperti Wanda.

"Cuma aneh aja ada orang lain di ruangan ini selain saya sama Bekti," kata Charis yang akhirnya memilih untuk keluar ruangan, menyapa Wanda yang sedang dilatih Bekti.

"Kalau gitu, saya pindah aja, kamu kan bisa siapin ruangan lain buat saya."

"Nggak praktis," sahut Charis sekenanya. Mendapati lirikan misterius dari Bekti yang kini duduk di samping Wanda.

"Saya bisa lari kalau kamu butuh saya."

"Kalau bisa di ruangan ini kenapa harus saya kasih ruangan lain? Bekti yang bakal pindah kok. Bukan kamu," katanya, kemudian masuk lagi ke dalam ruangannya.

Bekti semakin penasaran. Kenapa Charis bersikap seperti itu. Karena seperti tidak biasanya. Charis adalah salah satu orang yang cenderung memilih untuk menutup diri. Memilih untuk tidak memasukkan orang baru di dalam kehidupan mereka. Dan Bekti sangat menyadari, bahwa Wanda bukan salah satu orang yang sudah lama ada di dalam hidup Charis.

Sejak awal, dia curiga bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Charis dan Wanda. Dia ingin tahu. Tapi kalau dia tahu, apakah dia bisa terbebas dari masalah ini? mengingat jika dia sudah banyak sekali ditarik paksa untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh sikap labil milik Charis.

"Jadi Nda, sebenernya, kalau lo mau call up si bos, bisa pakai pesawat telepon aja. Nggak usah masuk. Gue sadar kok lo bakal bosan, makanya buat mencegah itu terjadi lo bisa pakai telepon ini, kalau ada perlu," mata Bekti menatap sinis ke arah Charis saat mengatakan kalimat ini.

Wanda tertawa kecil, "Oke, terus? Ada lagi yang perlu gue tahu?"

Bekti mengalihkan tatapannya, kini dia menarik kursi agar lebih dekat ke arah Wanda, "Lo tahu nggak soal habitnya Charis? Yang eum itu lah suka malem-malem keluar rumah. Terus ya bangun di pagi hari sambil memeluk cewek bugil?"

Alis Wanda bertaut, "Make it simple Mas. You want to say one night stand kan?"

Bekti mengangguk, "Biar nggak frontal gitu loh Nda. Tapi lo tahu nggak?"

Mendengar pertanyaan itu, Wanda mulai berpikir. Dia belum mengenal dengan baik sosok Dika yang belakangan justru tidak muncul. Selain itu dia juga tidak tahu mengenai Charis. Karena mereka baru saling mengenal.

Mendengar apa yang dikatakan Bekti, dia bahkan tidak tahu, siapa sosok yang sering melakukan hal itu. Entah Charis yang berpura-pura menjadi sosok lain karena tahu bahwa dirinya memiliki alter. Atau Dika yang memiliki sifat yang berbeda 180 derajat dengan Charis. Wanda tidak tahu.

"Tahu kok," dibandingkan bertanya mengenai lebih lanjut, Wanda lebih memilih mengatakan hal itu. Agar Bekti tidak banyak berspekulasi mengenai hubungan mereka. Karena dia tahu bahwa Bekti bukan orang yang juga tahu mengenai keadaan Charis saat ini.

"Yaudah kalau tahu, jadi siap-siap aja lo dibombardir sama cewek-ceweknya dia. lo juga harus mikir sebesar apa kompensasi yang harus Charis penuhi. Begitu yah."

Bekti mulai meletakkan beberapa peralatan yang mungkin dibutuhkan Wanda. Dibatasi dengan kaca tipis yang menghubungkan ruangannya dan ruangan Charis, Wanda melirik sebentar. Charis masih menatapnya. Seperti penuh harap. Entah berharap apa. Tapi Wanda memberikannya senyum. Seolah mengatakan, aku akan berusaha mewujudkan harapan kamu.

Trauma (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang