Bismillah rame.
Charis tidak tahu apakah dia harus bahagia atau merasa sedih. Karena sekarang dia bisa mencegah hal yang tidak diinginkannya terjadi. Setelah berhasil tidur dengan bantuan berbagai macam alkohol, sekarang dia bangun sudah ada di hadapan rumah Wanda, di Bogor.
Tentu saja ini adalah kelakuan Dika. Tidak tahu atas dasar apa, untungnya lelaki itu tidak berhasil menemui Wanda. Karena sekarang di hadapannya, sebuah pintu kayu dengan secarik kertas yang tertempel di sana.
Charis bahagia, tentu saja. Karena dalam posisi memberikan luka untuk Wanda, perempuan itu tetap menunggunya. Tetap setia padanya. Hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Tapi dia juga merasa bahwa selama Wanda menunggunya, hal yang akan didapatkan Wanda adalah luka yang mungkin sulit sembuh.
"seharusnya kamu nggak nungguin aku," kata Charis lirih, kepada kertas yang seolah merupakan relaksasi Wanda di sana.
Charis bisa saja pergi dari sana, kemudian pergi menunju butik yang dimaksud oleh Wanda. Tapi, apakah langkah yang dia ambil itu bisa memastikan bahwa Wanda tidak akan terluka? Karena selama ini Wanda hanya menemui berbagai macam masalah. Dan mungkin akan memberikan trauma baru.
Charis harus segera pergi dari sana. sebelum Wanda bisa menemuinya. Dan dia tidak tahu harus melakukan apa. Sungguh ini bukan waktu yang tepat untuk berpura-pura menjadi Dika. Karena, dia tidak tahu juga apa yang akan disampaikan.
Tapi lo kangen kan sama dia?
Tiba-tiba saja Charis mendengar sebuah bisikkan yang berasal dari dirinya. Tentu, dia ingin membalas dan menjelaska bahwa rindu ini terus dia hitung. Belum genap dua bulan, dan rasanya dia sedang berada di dalam neraka beratus-ratus tahun.
Lo bisa ketemu dia, itu mudah Charis. Ketemu sama dia.
Ya, seharusnya itu sangat mudah. Jika saja tidak ada Dika di dalam dirinya. Dia akan sekuat tenagan berlari menuju Wanda yang sekarang mungkin belum menyerah menunggunya. Karena Wanda mungkin akan menjadi satu-satunya perempuan yang akan dia kasihi.
Dengan hati yang berat, Charis memutar tubuhnya, beranjak dari sana. dan berharap Dika tidak melakukan hal ini lagi. Karena bukan hanya dirinya yang terluka. Tapi juga Wanda. Sebesar apapun dirinya memberontak, memaksa untuk menemui Wanda dia hanya ingin memastikan bahwa perempuan itu baik-baik saja tanpanya.
Charis tidak pernah merasa bahwa dia sedang menampung beban seberat ini. Dia tidak mudah stres atau depresi. Makanya dia bingung kenapa Dika ada di dalam dirinya mengingat bahwa dia cukup mudah mengatur dirinya sendiri.
Dika seperti sesuatu yang ingin sekali dia bunuh dan tinggalkan begitu saja. Tapi, sepertinya, itu adalah hal tersulit yang bisa dia lakukan. Alasannya, karena Dika adalah dirinya sendiri. Dika adalah sosok lain yang lebih memberontak. Yang sampai saat ini masih tidak dia pahami.
Harusnya Dika bisa merasa bahagia karena tubuh ini kini berada di bawah pengawasannya. Dia bisa menguasai tubuh ini. Tapi sebaliknya, Dika justru memaksanya, membawanya ke tempat yang paling memungkinkan dirinya bisa bertemu dengan Wanda.
"Jadi mau lo apa Dika?!" geram Charis yang tidak habis pikir dengan keputusan-keputusan Dika yang selalu menyulitkannya.
Karena, gue cuma punya Lo Charis. Cuma lo. Jadi kalau lo menyerahkan hidup lo, ke siapa gue berinang nantinya?
Charis terdiam mendengar bisikkan itu. Tentu saja, dia menyadari bahwa saat ini atau bahkan saat mereka belum bertemu dengan Wanda. Mungkin Charis tanpa sadar memang segaja membiarkan Dika hidup di dalam dirinya. Begitu juga Dika yang tidak berusaha menguasai tubuh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma (Completed)
FanfictionCharis bertemu Wanda yang memanggilnya dengan nama Dika. Setelah bertahun-tahun akhirnya dia mengetahui siapa sosok lain yang bersemayam di tubuh yang sama itu. Kemudian, Wanda yang masih trauma dengan kepergian suaminya dihadapkan oleh dua orang b...