33. After Been Trough

369 87 17
                                    

"Babynya suka nendang-nendang ya Bunda?"

Wanda menoleh sejenak sesaat dia mengusap puncak perutnya yang kini sudah membesar. Kemudian tersenyum, "Iya nih Bu Dokter, apalagi kalau sudah malam, duh saya beneran nggak bisa tidur. Tapi nggak apa-apa lah, biar saya tahu dianya masih senang di dalam."

Dokter kandungan yang Wanda pilih itu tertawa kecil, lalu menuliskan sebuah resep obat yang bisa diminum Wanda jika memang dia membutuhkan obat pereda mual untuk orang hamil.

"Masih belum ketemu sama Ayahnya ya Bunda?"

Suatu hari, beberapa minggu yang lalu, saat Wanda akhirnya memilih dokter kandungan yang paling terbaik yang ada di kota ini. Pertemuan mereka ini yang digunakan Wanda untuk memberitahu soal kehidupannya.

Wanda pikir paling tidak dia memiliki seseorang yang tahu keadaannya seperti ini. kemudian bisa memahaminya, bahwa dia kemungkinan besar tidak akan pernah membawa suami, pasangan atau ayah dari anak yang ada di dalam tubuhnya.

"Masih belum ketemu nih bu dokter. Tapi kalau ketemu juga sayanya bingung sendiri mau bilang apa. Udah lebih dari setengah tahun kan nggak ketemu. Malah kikuk nanti kalau ketemu."

"Ya nggak dong, kan sekarang ada baby, jadi pasti ada pembahasan yang harus dibicarakan. Ngurusin anak itu susah loh bunda, bunda mungkin bisa aja punya nanny, tapi sosok ayah tuh dibutuhin banget. Jadi coba pikirin lagi deh, nggak ada salahnya kok Bunda yang minta ke ayahnya, buat menjelaskan kalau Bunda lagi hamil."

Sebenarnya Teya sudah sering sekali menjelaskan dan memberitahu bahwa peran ayah sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak sekalipun masih ada di dalam kandungan.

Tapi sepertinya Wanda tidak tertarik untuk memanfaatkan saran yang sudah dia sampaikan. Dia bersikukuh bahwa segala hal mengenai kehamilannya ini bisa dia lakukan sendirian.

Meskipun Wanda tidak bisa menampik, bahwa kadang ada waktu dirinya membutuhkan orang lain. Tapi, dia tahu bahwa Charis tidak bisa ada di sampingnya. Kalaupun bisa, apakah Wanda bisa mempercayai orang itu?

"Kan saya sudah cerita dok, Ayahnya baby nggak mungkin punya waktu buat saya. Terakhir ketemu aja, dia sama perempuan lain, saya nggak tahu lagi apa yang harus saya lakuin, karena mungkin saya minta ke dia untuk ada di sini pun nggak mungkin."

Teya memahami, setiap kalimat yang disampaikan oleh Wanda. Banyak perempuan yang memiliki latar yang sama seperti Wanda. Jadi Teya hanya bisa prihatin dan berharap jika permasalahan mereka bisa segera selesai.

Dalam kasus Wanda, Teya punya harapan yang besar. Bahwa Wanda masih bisa menerima perhatian dari sosok lelaki atau ayah dari anak yang dikandungnya. Sayangnya sepertinya Wanda tidak tertarik dengan berbagai saran yang dia berikan.

"Kalau tiba-tiba ayahnya bayi datang ke tempat kamu gimana?" kali ini suara Teya berubah serius. Mencoba menarik Wanda dalam pembicaraan ini. karena dia juga ingin memberikan yang terbaik kepada Wanda.

Wanda terdiam sejenak, kemudian, "Saya nggak pernah menutup pintu buat dia dok. Kalaupun sekarang dia ada di sini, buat aku nggak masalah. Tapi," Wanda merasakan perutnya mengeras, karena itu dia meringis sejenak.

"Tapi kenapa lagi? Ini bayi-nya juga kayaknya pengen deh deket sama Ayahnya deh. Ini kita lagi ngomongin ayahnya ikutan nimbrung yah. Kayanya kangen nih sama Ayah yah?" Teya ikut mengusap permukaan perut Wanda. Di sana dia bisa merasakan pergerakan yang samar.

Wanda tidak menyahut apapun. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakan untuk membalas Teya. Tapi, sekalipun dia mengatakan sesuatu mengenai ketidak inginannya bertemu dengan Charis. Tubuhnya bergerak berlawanan. Semua yang ada di tubuhnya justru mengingat Charis ada di sekitarnya.

Trauma (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang