20. If Its So

360 100 30
                                        

"Kamu ninggalin saya di rumah. Nggak sarapan juga. Ada kerjaan mendadak?"

Dika kira ketika dia pergi, dia secara otomatis akan menjauh dari Wanda. Tapi ternyata sekarang dia mendapati, Wanda yang meletakkan tas nya di meja milik Bekti kemudian masuk ke dalam ruangannya lalu meletakkan sekotak makanan yang mungkin dibuat olehnya pagi ini. Di atas mejanya.

Wanda memicingkan mata. "Kamu bukan Charis," katanya.

Dika memejamkan mata. "Benar. Saya bukan Charis jadi jangan pernah dekat-dekat saya lagi," kata Dika ketus.

Wanda memberengut. Kemudian semakin mendekati Dika. "Kalau bukan Charis kenapa kamu act like him? Kamu juga pakai parfumenya dia!"

Dika terdiam. Kenapa? Ya tanpa alasan. Parfume milik Charis wangi. Jadi dia menggunakannya. Meskipun diam-diam dia juga pernah membeli parfume yang sesuai dengan jati dirinya. Tapi hari ini dia hanya ingin berpura-pura menjadi Charis.

"Kenapa kamu harus tahu alasan saya pakai parfume-nya Charis?" Dika melipat tangannya. Kemudian menaikkan dagunya agar terlihat angkuh.

"Karena nggak pantas! Kamu tuh manipulatif, berlindung di balik jati diri Charis. Bikin kekacauan. Dan selalu Charis yang beresin!"

"Kamu peduli banget ya sama dia?"

"Iya, tentu aja. Karena siapa lagi kalau bukan saya yang peduli? Kamu? Mana mungkin!"

Dika terdiam, dia mencerna tiap kata yang keluar dari mulut Wanda. "Kamu suka dia?"

Wanda mematung. Kemudian dia melirik ke arah kanan dan kiri secara bergantian. "Charis baik, jadi saya suka. Wajar kan?" katanya.

Dika menyadari gelagat aneh milik Wanda. Kemudian dia maju lagi selangkah. "Semalam, kamu tidur di sampingnya Charis. Dan bangun di samping saya. Jadi, itu yang kamu maksud dari suka kan?"

"Kita ketiduran!" sampai sini Wanda yakin kalau dia tidak berbohong. Dia dan Charis semalam saling berbagi cerita. Jadi mereka ketiduran. Tidak ada yang salah. Tentu saja. Sampai saat ini.

"Kalau bukan kamu yang suka berarti Charis," tebak Dika.

"Kamu ngaco, Charis membutuhkan saya karena kamu masih eksis di hidupnya dia!" Wanda masih tidak mau terima, dia melipat tangannya. Emosi.

"Benar, pasti Charis suka sama kamu. Secara teknis kamu perempuan pertama yang masuk ke apartemennya dia."

Wanda kehabisan ide untuk menyela kalimat yang dikeluarkan Dika padanya. Dia memecingkan mata agar membuat Dika bisa diam. Tapi lelaki itu justru terus mengeluarkan kalimat yang aneh dan omong kosong.

"Kamu dari tadi bahas Charis. Sekarang biar saya yang tebak. Mungkin kamu yang suka sama saya!"

Dika menautkan alisnya, "Ya ampun itu lebih daripada omong kosong yang tadi saya katakan."

"Saya punya bukti!"

"Apa?"

"Selain Viona, saya yang kamu kasih tahu nama kamu. Ingat? Dika. Jadi apa kalau kamu nggak tertarik sama saya?"

Dika tentu ingat hari itu. Hari dimana dia akhirnya bisa menyebutkan namanya kepada orang lain yang bukan Viona. Bukti yang kuat. Jadi membuat Dika menyunggingkan senyumannya. "Bisa jadi kamu benar," katanya kembali melangkah mendekati Wanda.

"Kan!"

"masalahnya, Kalau memang benar, apa yang akan kamu lakukan?"

Mata Wanda membola, "Bukan urusan saya," katanya.

"Tentu aja jadi urusan kamu Wanda. Pertama karena saya nggak pernah benar-benar suka sama orang."

"Yaudah berarti kamu juga nggak benar-benar suka sama saya," sela Wanda.

Trauma (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang